Opini
Dakwah Jejak Terbaik
Oleh: Syahdan Syarif
(Sahabat Tanah Ribath Media)
TanahRibathMedia.Com—Pernahkah anda berjalan di pasir di pinggir pantai? Atau pernahkah Anda melihat sebuah mobil yang melaju di tengah lapangan yang berpasir?
Apa yang bisa Anda lihat dari orang yang berjalan di atas pasir di pinggir pantai, atau sebuah mobil yang berjalan di tengah lapangan yang berpasir. Yah, di sana terdapat jejak kaki atau jejak bekas ban.
Begitulah sejatinya gambaran hidup ini, kita sedang membuat jejak-jejak, yang nantinya jejak ini akan mempengaruhi kehidupan setelah kematian kita.
Jejak-jejak kehidupan ini, setidaknya terbagi atas dua. Pertama, jejak yang baik (amal salih). Kedua, jejak yang buruk (amal salah).
Jikalau jejak yang ditinggalkan berupa jejak yang baik (amal salih), maka di Yaumil Hisab (hari perhitungan), akan mendapatkan ganjaran berupa pahala, yang boleh jadi dimasukkan ke dalam surga Allah Swt..
Begitupun sebaliknya, jika jejak yang buruk (amal salah) yang ditinggalkan, maka akan mendapatkan ganjaran dosa, yang akan di balas berupa siksa. Jejak kehidupan nabi dan para sahabatnya adalah jejak dakwah. Bagaimana tidak, jejak itu (dakwah nabi) berbekas hingga hari ini, dan kita rasakan hingga saat ini.
Jejak dakwah adalah jejak yang terbaik. Mengapa? Karena dengan berdakwah, menyampaikan kebenaran sekaligus mencegah kemungkaran. Ketika seseorang tercerahkan, karena dakwah yang kita sampaikan, maka amal jariyah yang akan kita terima terus menerus mengalir tanpa mengurangi pahala orang tersebut.
Rasulullah saw. bersabda,
“Barang siapa yang mengajak menuju hidayah maka akan mendapatkan pahala seperti pahala orang-orang yang mengikutinya, tetapi tanpa mengurangi sedikit pun dari pahala mereka. Barang siapa yang mengajak menuju kesesatan maka dia akan mendapatkan dosa seperti dosa orang-orang yang mengikutinya, tetapi tanpa mengurangi sedikit pun dari dosa-dosa mereka.” (HR Muslim).
Dengan kata lain berdakwah, mampu mendatangkan pahala yang terus menerus mengalir tanpa henti, bahkan, sampai kita telah meninggal. Sebab, karena jejak dakwah yang kita lakukan.
Dalam dakwah, seruan bisa dilakukan dengan lisan, bisa juga dengan tulisan. Lisan dibutuhkan saat bertatap muka langsung dengan umat, sementara tulisan dibutuhkan saat tidak bersama umat secara langsung. Keduanya (lisan dan tulisan) harus dimaksimalkan agar dakwah benar-benar massif sampai kepada umat, dan menghasilkan jejak terbaik bagi pengemban dakwah.
Tulisan yang baik tentu tulisan yang dapat mencerahkan ummat. Tulisan yang memaparkan dan membongkar kerusakan sistem hari, lalu menyodorkan solusi praktis atas kerusakan tersebut.
Jika hari ini kerusakan sistem kehidupan diakibatkan oleh diterapkan sistem warisan penjajah kapitalisme-sekularisme.
Maka membongkar kerusakan tersebut adalah wajib, sebagaimana wajibnya memberikan solusi praktis yaitu Islam (sistem Islam).
Menulis dalam rangka dakwah, menjadi suatu yang sangat mendesak, sebab di era informasi begitu mudahnya seseorang mengakses informasi di mana dan kapanpun, kita bisa saja menerima informasi tersebut.
Dilain sisi konten/tulisan yang dapat menyesatkan umat begitu massif. Karena alasan inilah menulis dalam rangka dakwah menjadi sangat urgent. Inilah jejak yang terbaik bagi pengemban dakwah.
Wallahu'alam
Via
Opini
Posting Komentar