Opini
Demokrasi Sejalan dengan Islam?
Oleh: Ma'arif Amiruddin
(Sahabat Tanah Ribath Media)
TanahRibathMedia.Com—Demokrasi merupakan suatu sistem pemerintahan yang memegang prinsip kedaulatan berada di tangan rakyat. Artinya, rakyatlah yang memegang kekuasaan tertinggi, rakyatlah yang berhak membuat aturan atau hukum serta standar baik dan buruk.
Rakyat, dalam hal ini diwakili oleh DPR bertindak sebagai legislator atau pembuat undang-undang. Dengan undang-undang tersebut, rakyat diatur sedemikian rupa, mulai dari tata kelola pergaulan antar masyarakat, tata kelola ekonomi, pendidikan dan lain sebagainya.
Namun pada faktanya, bukan rakyat yang benar-benar membuat hukum, tapi sekelompok oligarki (pemilik modal). Oligarki inilah yang dengan kekuatan modalnya, mampu menekan para legislator untuk membuat hukum sesuai keinginannya.
Jika kita melihat UU Omnibus Law, UU Minerba, Perpu Ormas dan lain sebagainya, itu semua terkesan berpihak pada pengusaha (oligarki). Bukan lagi berpihak pada rakyat, sebagaimana semboyan demokrasi (dari rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat).
Sehingga bisa kita simpulkan bahwa kedaulatan rakyat hanyalah ilusi, yang nyata adalah kedaulatan oligarki. Persis seperti hukum rimba, siapa kuat, dia menang.
Memang sedari awal, sistem demokrasi ini tidak sejalan dengan Islam. Demokrasi memandang bahwa kedaulatan ada di tangan rakyat, sementara Islam memandang kedaulatan ada di tangan Allah Swt. Dari sini sudah sangat jelas perbedaannya, landasan berpikirnya bak langit dan bumi.
Otomatis semua turunan hukum yang dihasilkan demokrasi akan berbeda dengan Islam. Islam mengutamakan Allah, sedang demokrasi mengutamakan rakyat (lebih tepatnya mengutamakan oligarki).
Padahal Allah Swt. yang telah menciptakan manusia, bumi, langit dan segala isinya. Pastilah Allah yang lebih tau tentang apa yang terbaik untuk manusia. Di samping itu, tujuan hidup manusia adalah menyembah Allah Swt. bukan yang lain. Siapa yang taat kepada Allah akan selamat, siapa yang tidak mau taat akan sengsara.
Maka ketika Allah menyuruh manusia untuk menjalankan seluruh aktivitasnya dengan aturan-Nya, maka itulah yang seharusnya dilakukan manusia. Tidak usah capek-capek buat aturan sendiri, jangan sok-sokan buat aturan, terapkan saja aturan Allah.
Bahkan kami memandang, orang-orang yang berani membuat aturan sendiri adalah mereka yang kurang ajar dan tidak bersyukur kepada Allah Swt..
Bagaimana mungkin ada yang berani membuat hukum, sementara Allah sendiri telah melarangnya. Bukankah ini suatu pembangkangan yang besar?
Oleh karenanya kita harus kembali merenung, berpikir secara mendalam tentang hakikat kehidupan, apa sebenarnya tujuan hidup kita? Mau kemana setelah kematian? Dan darimana sebenarnya kita berasal? Jika salah dalam menjawab ketiga pertanyaan fundamental itu, pasti akan salah juga dalam menjalani kehidupannya.
Perlu kita kembali memahami bahwa manusia dan alam semesta itu sebelumnya tidak ada, kemudian diadakan oleh Pencipta. Kemudian setelah manusia ada, tujuan manusia adalah untuk menyembah sang Pencipta.
Setelah manusia mati, ujungnya adalah salah satu diantara dua tempat, surga atau neraka. Inilah yang seharusnya menjadi fokus manusia, bagaimana agar Allah rida dan berkenan memasukkan kita dalam Surga. Satu-satunya jalan tidak lain dan tidak bukan yakni dengan taat sepenuhnya dengan Pencipta langit dan bumi.
Bukan taat setengah-setengah, karna ada juga sebagian orang yang mau taat jika perintah itu sesuai dengan keinginannya, sementara jika tidak sesuai, maka tidak mau taat. Sikap ini sejatinya telah dicela oleh Allah swt..
"Apakah kamu beriman kepada sebagian al-Kitab (Taurat) dan ingkar terhadap sebagian yang lain? Tiadalah balasan bagi orang yang berbuat demikian di antaramu melainkan kenistaan dalam kehidupan dunia, dan pada hari kiamat mereka dikembalikan kepada siksa yang sangat berat. Allah tidak lengah dari apa yang kamu perbuat." (QS Al-Baqarah: 85).
Sudahlah dinistakan di dunia, ditambah lagi dengan siksa yang berat menanti di akhirat. Tidak akan beruntung orang yang mengambil Islam setengah-setengah.
Islam sangat pantas diambil secara keseluruhan, sebab Islam bukan hanya agama ritual semata, melainkan juga sebagai ideologi atau pandangan hidup. Islam memiliki seperangkat aturan yang mengatur seluruh sisi kehidupan manusia, mulai dari bangun tidur sampai tidur kembali, mulai dari urusan masuk kamar mandi hingga urusan masuk istana negara.
Islam begitu komplit, full service, sempurna dan tidak ada bandingnya. Itu ditegaskan dalam penggalan Firman Allah dalam surah Al Maidah ayat 3, ".... Pada hari ini telah Aku sempurnakan agamamu untukmu, dan telah Aku cukupkan nikmat-Ku bagimu ...."
Oleh karenanya, tidak pantas bagi kaum muslimin mengambil demokrasi dan mencampakkan Islam. Kita lahir dalam keadaan Islam, hidup juga seharusnya dalam aturan Islam dan nanti ketika mati, tentu kita ingin dikebumikan dengan cara Islam. Semoga Allah memberi taufik untuk kita semua. Aamiin.
Via
Opini
Posting Komentar