Opini
Jerat Ribawi Menyasar Dunia Pendidikan
Oleh: Nai Ummu Maryam
(Tim Redaksi Tanah Ribath Media)
TanahRibathMedia.Com—Kejam dan menjerat. Program pinjaman online berbasis riba telah menyasar dunia pendidikan. Mirisnya, kebijakan ini telah disahkan negara dan digandeng oleh perguruan tinggi terkemuka di tanah air. Diketahui, ITB menjadi salah satu institusi pendidikan yang menggandeng platform DanaCita, yakni sebuah platform pinjaman dana pendidikan yang katanya mampu mengurangi beban mahasiswa dalam membayar uang kuliah tunggal (UKT) atau berbagai tagihan uang kuliah per semesternya.
Dilansir dari (tempo.co, 26-1-2024), pinjaman yang ditawarkan berupa pinjaman tanpa jaminan dan tanpa DP apapun. Opsi pembayaran pun beragam. Ada yang per 6 bulan atau per 12 bulan, adapun informasi yang didapat adanya bunga yang harus dibayar peminjam sebesar 1,75 persen dan terdapat biaya persetujuan sebesar 3 persen.
Seyogianya dalam pandangan Islam, bunga dengan persen yang sedikit maupun banyak tetaplah perbuatan riba dan haram hukumnya. Sebagaimana firman Allah Swt.,
"Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba. Orang-orang yang telah sampai kepadanya Iarangan dari Tuhannya, laIu terus berhenti (dari mengambil riba), maka baginya apa yang telah diambilnya dahulu (sebelum datang Iarangan) dan urusannya (terserah) kepada Allah. Orang yang kembali (mengambil riba), maka orang itu adalah penghuni-penghuni neraka mereka kekaI di dalamnya." (QS Al-Baqarah: 275).
Paradigma Pendidikan Kapitalisme Vs. Pendidikan Islam
Pada dasarnya, banyak pihak yang menyayangkan adanya DanaCita dengan skema pinjaman online yang berbasis riba. Karena dengan skema keuangan seperti itu akan memberatkan banyak pihak, mulai dari pihak yang mengesahkan, pengelola hingga mahasiswanya. Bukan hanya urusan berat di dunia saja. Urusan ini akan sampai pertanggungjawabannya hingga akhirat.
Dana pendidikan adalah dana yang seharusnya menjadi tanggung jawab negara seutuhnya agar terwujudnya cita-cita mulia yakni menciptakan Sumber Daya Manusia yang cerdas, beriman dan bertakwa. Namun, harapan ini terasa sirna seperti pungguk merindukan bulan ketika berharap pada sistem saat ini.
Dalam dunia pendidikan dengan sistem kapitalisme ini, pendidikan dijadikan komoditas bisnis yang berlandaskan untung dan rugi semata. Biaya pendidikan yang selangit saat ini tidak mampu memberikan jaminan pendidikan yang berkualitas yang dapat dijangkau oleh seluruh lapisan masyarakat. Justru, rakyat dibebani dengan biaya yang mahal.
Hal ini bisa terjadi karena negara setengah hati memberikan jaminan pendidikan kepada rakyatnya. Penyelenggaraan pendidikan banyak diserahkan kepada pihak swasta yang memiliki wewenang penuh dalam menentukan kebijakan. Alhasil penyalahgunaan anggaran pendidikan banyak terjadi di lapangan.
Ya, beginilah fakta dan risiko dari penerapan sistem ekonomi kapitalisme, sektor pendidikan pun menjadi korbannya. Tidak mempedulikan nasib anak negeri, yang ada hanya berpikir materi.
Dalam kacamata Islam, keberhasilan pendidikan tidak diukur dari tingginya gelar di dunia akademi. Tolok ukur keberhasilan pendidikan apabila melahirkan generasi yang berakhlak Islami. Generasi yang cemerlang akan dibekali dengan kurikulum yang berasaskan akidah Islam yang kuat yang dengannya mereka sadar akan ketaatan kepada Allah Swt..
Sudah bisa dipastikan, apabila landasan utama kurikulum pendidikan adalah akidah Islam, maka skema pinjaman online berbasis riba tidak akan pernah ada di dalam dunia pendidikan.
Dalam Islam, negara benar-benar bertanggung jawab penuh terhadap rakyatnya. Karena pemimpin adalah pengurus yang wajib atasnya mengurusi urusan rakyat.
Wallahu'alam
Via
Opini
Posting Komentar