Opini
Kapitalisme Menggerus Peran Seorang Ibu
Oleh : Lina Lugina
(Sahabat Tanah Ribath Media)
TanahRibathMedia.Com—Tanggal 22 Desember merupakan Hari Ibu Nasional yang diperingati setiap tahunnya. Ritual tahunan ini sudah ada sejak tahun 1928 dan mengusung tema yang berbeda-beda.
Kementerian pemberdayaan perempuan dan perlindungan anak telah meliris tema hari ibu 2023 yaitu perempuan berdaya Indonesia maju. Ibu memiliki peran penting dalam kehidupan keluarga dan ibu merupakan madrasah utama dalam pembentukan kepribadian anak
Di samping itu, ibu sangat berperan sebagai figur sentral, dicontoh dan diteladani dalam hal kepribadian yang mencakup pola pikir dan pola sikap.
Sosok ibu adalah hal penting, pasalnya majunya sebuah bangsa ditentukan oleh kualitas sumber daya manusianya dalam hal ini adalah generasi. Sayangnya peran ibu sebagai pendidik generasi mulai tergerus.
Penerapan sistem kapitalisme membuat kehidupan keluarga terhimpit mulai dari harga kebutuhan pokok mahal, pendidikan mahal, kesehatan mahal ditambah pajak yang semakin mencekik rakyat menjadikan suami bekerja untuk memenuhi seluruh kebutuhan.
Beratnya beban hidup akhirnya menuntut ibu turut memikul beban nafkah. Mereka keluar rumah untuk mencari pundi-pundi rupiah.
Akhirnya kewajiban utama sebagai ibu yaitu mengasuh dan mendidik anak hingga memahami Islam dan hidup yang baik terabaikan, alhasil berbagai persoalan lain menimpa generasi, maraknya seks bebas, narkoba, tawuran, bullying, hingga remaja sebagai perilaku kriminalitas.
BKKBN merilis 60% remaja usia 16-17 tahun di Indonesia melakoni seks pranikah hingga umur 14-19 tahun tercatat 20% sudah melakukan hubungan seksual hingga pada tahun 2022 angka kriminalitas naik 23% dari tahun lalu, maka jika di rata-rata kan ada 31,6% kejahatan di setiap jam nya. Sementara penyelesaian perkara mengalami penurunan.
Mirisnya degradasi moral generasi hari ini diperparah dengan regulasi produk sistem politik demokrasi dan sistem ekonomi kapitalisme. Regulasi ini menghasilkan ibu dipandang berdaya ketika mampu menghasilkan materi dan terlibat aktif dalam politik praktis.
Hal ini terwujud dengan program pemberdayaan perempuan dalam ekonomi. Dengan iming-iming kesejahteraan perempuan, kondisi ini sejatinya menjadi cermin bahwa sekuler kapitalisme telah merampas ruang hidup bagi perempuan.
Bukan dongeng, peradaban sekuler kapitalisme telah gagal menjaga kehormatan, kemuliaan, dan jaminan kesejahteraan perempuan. Hingga membiarkan perempuan terjebak dalam pusaran ekonomi kapitalisme.
Oleh karena itu perlu adanya revitalisasi peran ibu sebagai pendidik generasi dan mengembalikan peran ibu sesuai perintah Allah Swt. dan mewujudkan generasi mulia.
Peran ibu yang hakiki tidak akan pernah terwujud dalam sistem kapitalisme demokrasi. Peran mulia ibu sebagai pendidik generasi hanya akan terwujud dalam penerapan aturan Islam dibawah khil4f4h Islam.
Di dalam Islam seorang ibu mempunyai tugas mulia yaitu sekolah pertama dan utama bagi anak-anak nya, sebagai ibu harus membentuk tujuan hidup, visi hidup, dan pedoman hidup anak serta mengarahkannya pada Islam. Sebagaimana hadits Rasulullah saw. “Setiap anak yang lahir dilahirkan atas fitrah atau suci, kedua orangtua nya lah yang menjadikannya Yahudi, Majusi, dan Nasrani.” (HR Bukhari Muslim).
Oleh karena itu Islam mewajibkan kaum perempuan menjalankan peran ini sebaik-baiknya, selain itu perempuan menjalankan perannya sebagai bagian dari masyarakat. Karena tugas utama perempuan sebagai ummu warabatul bait atau pengatur rumah tangga.
Terbentuknya generasi yang berkualitas, berkepribadian Islam dan berjiwa pemimpin sangat bergantung pada karakter ibu.
Seorang ibu harus memiliki keimanan dan ketakwaan yang tinggi, ibu seperti ini akan membina anaknya memiliki akidah yang kokoh dan memahami akan hakikat hidup dan tujuan hidup yang benar. Serta mengajarkan anaknya taat dan patuh pada aturan Allah secara sempurna.
Tidak hanya itu seorang ibu harus mendidik anaknya menjadi pejuang-pejuang Islam, sebab mereka adalah aset perjuangan bangsa. Ibu juga harus membentuk kesadaran politik Islam terhadap anaknya sehingga anak memiliki kepedulian yang tinggi terhadap problem yang menimpa umat. Termasuk akibat diterapkannya sistem kapitalisme-demokrasi. Anak tidak akan tinggal diam dengan kemaksiatan yang merajalela, mereka akan berkontribusi untuk perubahan dan berjuang tegaknya Islam.
Wallahu A'lam Bish Shawwab
Via
Opini
Posting Komentar