Opini
Kapitalisme Merenggut Fitrah Ibu
Oleh: Eci Aulia
(Aktivis Muslimah Bintan)
TanahRibathMedia.Com—Saat ada yang menyebut nama ibu, sontak semua mata tertuju pada sosoknya. Bukan karena keindahan fisik, apalagi status sosialnya. Melainkan karena teduh matanya memberi kenyamanan. Lisannya yang senantiasa penuh kelembutan menghangatkan nurani. Kasih sayangnya memeluk jiwa dan raga setiap anak. Ya, begitulah sosok wanita mulia yang memiliki ketulusan cinta tanpa syarat.
Namun sayang, kini sosok penuh kelembutan itu tiba-tiba berubah menjadi kejam dan bengis. Buah hati yang semestinya ia kasihi, ia perlakukan seperti tak punya hati nurani. Mungkinkah hatinya telah mati. Entahlah!
Dikutip dari kumparan news, 24-01-2024, seorang ibu berusia 38 tahun di Belitung tega melenyapkan nyawa bayi yang baru saja ia lahirkan.
Kejadian itu terjadi pada Kamis, 18 Januari 2024. Diduga motif pelaku karena faktor ekonomi. Karena biaya hidup yang makin tinggi, si ibu takut tidak memiliki biaya untuk membesarkan anaknya.
Sungguh menyayat hati. Iman seolah mati bersamaan dengan tingginya beban hidup. Pemenuhan ekonomi yang ternyata juga dibebankan ke pundak istri berhasil merenggut fitrah keibuan dalam dirinya.
Tidak dimungkiri, kesulitan hidup sudah bergerak ke semua lini. Mulai dari kebutuhan pokok, kesehatan, hingga pendidikan. Tentu hal ini tidak lepas dari penerapan sistem kapitalisme. Sistem yang tidak memprioritaskan kesejahteraan rakyat. Melainkan hanya memikirkan kepentingan pribadi dan segelintir orang saja.
Tidak adanya jaminan kebutuhan hidup memaksa ibu harus turun ke ranah publik untuk membantu memenuhi tuntutan ekonomi keluarga. Tak jarang kewajibannya sebagai pendidik generasi terabaikan.
Jika terus dibiarkan, maka ini akan menjadi bom waktu yang akan mematikan fitrah ibu secara perlahan. Akibatnya, akan banyak anak yang tidak lagi mendapatkan kasih sayang dan pendidikan yang layak. Akhirnya lahirlah generasi rusak. Tentu kita para ibu tidak ingin hal ini terjadi pada generasi. Maka seorang ibu harus tetap waras.
Kewarasan dan fitrah ibu akan terjaga saat imannya pun terjaga. Ditambah pula dengan adanya jaminan kebutuhan hidup. Kedua hal itu akan terjaga tatkala manusia berada dalam aturan hidup yang sahih yang bersumber dari wahyu Allah Swt. semata. Yakni sistem Islam.
Islam dengan seperangkat aturannya tersebut mengatur segala aspek kehidupan. Termasuk kesejahteraan ibu dan anak melalui jalur nafkah dari sang ayah. Sebagaimana firman Allah Swt.,
"Kewajiban ayah menanggung nafkah dan pakaian mereka dengan cara yang patut. Seseorang tidak dibebani lebih dari kesanggupannya. Janganlah seorang ibu menderita karena anaknya dan jangan pula seorang ayah (menderita) karena anaknya."
(QS Al-Baqarah: 233).
Akan tetapi, jika kepala keluarga tidak mampu bekerja, maka masyarakat yang memiliki keluasan harta akan membantu. Jika itu pun belum bisa, maka negara akan menjamin kebutuhan pokok seperti sandang, pangan, papan, kesehatan, pendidikan, dan keamanan.
Dengan begitu, seorang ibu akan tenang dan fokus dalam mendidik anak-anaknya, hingga lahirlah generasi terbaik dambaan umat. Kedamaian juga akan didapatkan karena keluarga telah menjalankan fungsinya masing-masing sebagaimana mestinya. Indah bukan?
Lantas masihkah kita berharap pada sistem kapitalisme yang menyengsarakan dan mengenyampingkan sebagian hukum Allah. Sementara ada sistem Islam yang jelas menerapkan hukum Allah secara keseluruhan.
Sungguh kemaslahatan itu hanya akan didapatkan ketika syariat Islam diterapkan secara kafah. Mari kita berjuang untuk tegaknya hukum Allah secara sempurna di muka bumi ini. InsyaAllah!
Wallahu 'alam bishowab.
Via
Opini
Posting Komentar