Opini
Kapitalisme Sukses Merusak Fitrah Keibuan
Oleh : Suci Nurani
(Sahabat Tanah Ribath Media)
TanahRibathMedia.Com—Tragis. Seorang ibu di Gunung Kidul dibekuk polisi, setelah membunuh dan membuang bayinya. Peristiwa tersebut terjadi pada 4 agustus 2023 lalu.
Kapolres Gunung kidul, AKBP Edy Bagus Sumantri, menyatakan pada 4 Agustus sekitar pukul 11.30 WIB warga mengaku melihat sebuah bungkusan plastik berbau busuk di sebuah bengkel motor di Padupuhan Tambak Rejo Kelurahan Sumanu, Kapanewon Semanu. Betapa mengejutkan saat dibuka ternyata isinya bayi laki-laki yang sudah tidak bernyawa.
Naluri seorang ibu yang selalu menginginkan yang terbaik buat anaknya berbanding terbalik dengan seorang ibu yang ada di Gunung Kidul, dia tidak menginginkan bayinya lahir ke dunia kemudian tega membunuhnya karena beban ekonomi dan tingginya beban hidup.
Tidak terjaganya suasana keimanan (tidak adanya ketakwaan individu), tidak berfungsinya keluarga, sehingga ibu merasa terbebani dalam masalah pemenuhan ekonomi. Bukan hanya itu kurangnya kepedulian masyarakat dan tidak adanya jaminan kesejahteraan negara mengakibatkan tingginya beban hidup telah mematikan fitrah keibuan. Ibu yang seharusnya melindungi, menyayangi anaknya, kini tega menghilangkan nyawanya.
Sebagai agama yang diturunkan dari pencipta manusia, Islam punya segala macam solusi kehidupan dari bangun tidur sampai bangun negara semua ada caranya tak terkecuali masalah yang dihadapi manusia.
Allah menganugerahkan akal pada manusia berikut fungsinya yaitu untuk berpikir. Membedakan mana yang baik dan mana yang buruk, dan mencari solusi atas segala masalah. Ketika manusia dihadapkan pada dua pilihan yaitu jalan maksiat atau taat, maka kedua jalan ini akan hadir pada setiap persoalan.
Membunuh adalah dosa besar. Allah swt. berfirman yang artinya, "Dan janganlah kamu membunuh anak-anakmu karena takut kemiskinan, kamilah yang akan memberi rezeki kepada (anak-anak) mereka dan juga kepadamu sesungguhnya membunuh mereka adalah satu dosa yang besar." (QS Al-Isra: 31).
Tak mungkin ada asap kalau tidak ada api. Kasus seperti ini pasti ada penyebabnya. Peliknya hidup dalam sistem yang bukan sistem Islam memang sangat menyiksa dan menyengsarakan rakyat. Semua serba mahal. Untuk memenuhi kebutuhan kita harus berusaha banting tulang, peras keringat. Bahkan perempuan turut andil dalam memenuhi kebutuhan hidup yang seharusnya ada di pundak suami. Akan tetapi jebakan sekuler kapitalisme, seorang ibu yang tugasnya di rumah, yang awalnya sebagai tulang rusuk kini terpaksa menjadi tulang punggung.
Kapitalisme nyata menjadi penyebab dari kesenjangan sosial, di mana yang kaya makin kaya yang miskin kian terpuruk. Sulit untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, kepemilikan umum yang seharusnya dikelola oleh negara dan hasilnya di bagikan kepada rakyat malah dimiliki oleh segelintir orang. Hal ini membuat rakyat tidak terpenuhi kebutuhan pokoknya karena haknya dikuasai pihak lain.
Makin terasa susahnya hidup di sistem yang bukan sistem Islam jika diilustrasikan keadaan umat Islam saat ini bagai anak ayam yang kehilangan induknya tidak ada penolong/pelindung sepertinya hukum rimba yang berlaku, di mana yang kuat bisa bertahan dan sebaliknya yang lemah ditindas. Sungguh sangat ironis keadaan umat sekarang.
Umat seharusnya berkaca pada masa para sahabat Rasulullah saw. yang menerapkan hukum Islam dalam seluruh aspek kehidupan. Sehingga mereka mendapatkan kesejahteraan yang merata tanpa pandang suku, ras, bahkan agama, yang non muslim juga merasakan hidup sejahtera di bawah kepemimpinan islam, yang sudah terbukti selama 14 abad lamanya. Kepemimpinan dalam Islam memberikan perlindungan kepada umat cahaya keadilan menyinari seluruh alam semesta dan itulah yang dikatakan Rahmatan lil'alamiin.
Lantas masih adakah harapan di sistem yang sekarang ini? Mari kita berusaha untuk tegaknya kembali sistem islam dimuka bumi ini.
Sistem yang akan memberi jaminan kepada umat untuk hidup sejahtera tanpa ada lagi seorang ibu yang takut tidak bisa mengurus atau membiayai anaknya karena negara yang akan bertanggung jawab untuk kelangsungan hidupnya. Maka dari itu mari kita berusaha untuk melanjutkan kehidupan Islam di bawah naungan khil4f4h Islamiyyah.
Wallahu A'lam Bish Shawwab.
Via
Opini
Posting Komentar