Opini
Lisan Anak Muda Harus Mulia!
Oleh: Nurhilal AF Abdurrasyid
(Sahabat Tanah Ribath Media)
TanahRibathMedia.Com—Allah sudah menciptakan mulut untuk manusia. Tujuannya supaya mereka bisa berbicara dan berkomunikasi dengan sesamanya secara verbal (ucapan). Namun, tak sedikit ada di antara hamba-hamba Allah tersebut yang menggunakannya untuk mengucapkan kata-kata yang tidak mulia dan malah membiasakan diri dengan perkataan yang mungkar (buruk) dan kotor.
Perkataan kasar dan keji makin viral di kalangan anak muda hari ini. Ucapan-ucapan itu ada yang diambil dari Bahasa Inggris, bahasa daerah dan ada juga yang dihasilkan dari ke-kreatifan mereka sendiri.
Di antara kata-kata yang tidak bagus tersebut ada yang sudah biasa diucapkan mereka. Beberapa di antara mereka paham dengan artinya, namun kebanyakannya justru hanya karena terbiasa mendengar dari teman mainnya atau karena menjadi bahasa yang populer diucapkan idolanya. Bahkan ada yang hanya karena merasa "enak" mengucapkannya.
Tentu, bagi seorang muslim hal ini bukanlah perkara yang ringan dan sepele. Budaya pengotoran lisan dengan berbagai kata-katanya merupakan penyakit yang mesti diobati bersama.
Bahkan Allah dan Rasul-Nya telah mengingatkan tentang buruknya perkataan keji dan mungkar sehingga layak untuk ditinggalkan. Allah berfirman dalam surat Al Humazah ayat 1 yang artinya, "Celakalah bagi setiap pengumpat dan pencela."
Syaikh As Sa'di di dalam tafsirnya menjelaskan makna ayat di atas. Adapun kata (celakalah) bermakna sebagai ancaman, bencana besar dan siksaan yang dahsyat. (Bagi setiap pengumpat dan pencela), diartikan sebagai orang yang mengejek orang lain dengan perbuatannya dan mencela mereka dengan lisannya. Al hammaz adalah sebutan bagi orang yang suka mempermalukan orang lain, menghina orang lain dengan menggunakan suatu tanda atau dengan perbuatannya.
Sedangkan Al lammaz diartikan sebagai orang yang merendahkan orang lain menggunakan ucapannya.
Imam At Tirmidzi meriwayatkan sebuah hadis bahwa Rasulullah pernah bersabda, yang artinya, "Tidak ada suatu hal yang lebih berat timbangannya bagi orang yang beriman di hari kiamat nanti kecuali akhlak yang baik. Sesungguhnya Allah benar-benar marah kepada orang yang berkata kotor dan keji."
Oleh karena itu, seorang muslim, khususnya kalangan anak muda, wajib meninggalkan ucapan-ucapan yang kotor dan kasar. Walaupun banyak orang mengucapkannya. Jika tidak berhenti, ucapan-ucapan kotor dan keji itu pasti akan menjadi tumpukan-tumpukan dosa yang dibenci Allah.
Asal Mula Masalah dan Solusinya
Masalah ini muncul karena terlalu bebasnya dunia digital. Siapapun bisa "memainkannya" dan bisa menyebarkan ucapannya, terlepas bagaimana kualitas informasi dan cara penyampaiannya. Padahal tontonan dan ucapan yang di upload dan dinikmati itu bisa jadi tidak disaring terlebih dahulu. Akhirnya kata-kata yang tidak sesuai hukum syarak bisa didengar dan diikuti siapapun.
Selain karena itu, pengawasan di lingkungan keluarga dan masyarakat hari ini sudah tidak sesering dan setegas dulu. Sebagian orang tua membiarkan anaknya untuk berekspresi semaunya dan sebagiannya lagi merasa lelah dengan sikap abai dan memberontaknya si anak ketika diberikan nasehat.
Ini juga mungkin diakibatkan oleh mengikisnya porsi akidah Islam dari dunia pendidikan, keluarga dan sosial umat Islam. Sehingga identitas muslim menjadi luntur dan beralih kepada kebebasan menurut persepsi pribadinya.
Memahami dari itu semua. Tentu, ini merupakan persoalan sistemik yang seharusnya dipimpin penyelesaiannya oleh negara. Bagaimana tidak! Negaralah yang dapat mengatur tayangan apa yang ditonton dan didengar di setiap rumah, negara juga yang dapat mengembalikan peran masyarakat supaya lebih peduli dengan anggota masyarakat lain di lingkungannya, negaralah yang mampu mengembalikan peran ayah bunda untuk lebih fokus kepada pembangunan karakter keluarga, dan negaralah yang mampu merubah kurikulum pendidikan umat agar sejalan dengan akidah Islam dan menjadikan syakhshiyyah Islamiyyah (kepribadian Islam) sebagai tujuan pendidikan umat.
Memang betul, masalah ini juga harus ada peran keluarga, masyarakat dan lembaga pendidikan. Tapi mereka tidak bisa mewujudkannya secara ideal apabila negaranya tidak mempunyai visi untuk menyelamatkan generasi dari tingkah laku yang tidak terpuji tersebut. Apalagi jika negara malah menyebarkan pemahaman dan budaya asing, seperti liberalisme (kebebasan), sekularisme (memisahkan agama dari kehidupan) dan hedonisme (kesenangan duniawi).
Justru inilah yang membuat anak muda menjadikan kata-kata kasar dan kotor sebagai budaya mereka.
Wallahu'alam
Via
Opini
Posting Komentar