Opini
Pesta Bikin Lara?
Oleh: Emge
(Sahabat Tanah Ribath Media)
TanahRibathMedia.Com—Pada tanggal 14 Februari 2024 yang lalu serentak di seluruh wilayah Indonesia berlangsung pesta demokrasi yang telah memilih presiden-wakil presiden, anggota DPRD dan DPR RI, serta pemilihan angota Dewan Perwakilan Daerah (DPD) RI.
Para kontestan yang terpilih akan menjabat selama 5 tahun ke depan. Pemilihan umum ini juga memilih partai politik yang juga mengusung para kontestan tersebut.
Selayaknya sebuah pesta, seharusnya membuat bahagia para kontestan serta seluruh perangkat yang ikut terlibat pada pesta tersebut. Sebuah pesta seharusnya tidak akan menimbulkan efek gangguan kejiwaan pada semua yang terlibat. Faktanya pada pemilihan umum tahun 2019 justru meninggalkan duka karena menimbulkan banyak korban jiwa pada pihak panitia penyelenggara pemilu.
Belum lagi banyak para kontestan (caleg) yang gagal terpilih pada pemilihan umum tersebut justru mengalami gangguan kejiwaan. Selain depresi, para caleg yang gagal pun ada di antaranya malah terlilit hutang yang jumlahnya cukup besar. Adapun dana pinjaman tersebut dikeluarkan untuk keperluan sosialisasi sebagai kontestan pemilu tersebut.
Selain para caleg, masyarakat pun banyak yang merasakan kegelisahan dan kecemasan akibat pemilu. Efek ini sebut sebagai election stress disorder yang dipopulerkan oleh seorang psikolog asal Washington D.C., Steven Stonsy ketika ia mengaku kewalahan menghadapi keluhan kesehatan mental dari pasiennya selama Pilpres Amerika Serikat 2016 silam. Hal ini sudah dapat dirasakan melalui komentar-komentar emosional para warganet di media sosial, atau tekanan untuk memilih capres-cawapres atau calon tertentu yang makin agresif di lingkungan sekitar.
Dalam penelitian Timothy Fraser yang dirilis Cambridge University Press, menunjukkan pemilihan presiden Amerika Serikat pada tahun 2020 yang lalu telah berdampak terhadap gangguan mental masyarakatnya. Dalam penelitian tersebut diperkirakan 12,5% dari warga Amerika mengalami gejala yang sesuai dengan kemungkinan diagnosis PTSD terkait pemilu. Post-Traumatic Stress Disorder (PTSD) merupakan gangguan mental yang muncul setelah seseorang mengalami atau menyaksikan peristiwa yang bersifat traumatis atau sangat tidak menyenangkan.
Pada pemilihan umum tahun 2024 ini pun banyak rumah sakit yang mengantisipasi kejadian tersebut dengan menyediakan ruangan bagi para kontestan pemilihan umum yang depresi karena gagal terpilih di arena tersebut. Sebut saja RSKD Dadi Makassar yang menyediakan 14 psikiatri serta menyiapkan ruangan kelas 1 hingga super VIP bagi para kontestan yang gagal terpilih. RSUD Karsa Husada Kota Batu pun menyiapkan ruangan khusus bagi caleg yang mengalami depresi pasca pemilu. Begitu juga di daerah lain, rumah sakit menyediakan ruangan khusus bagi para kontestan pasca pemilu 2024.
Adapun jumlah dana yang digelontorkan pun cukup besar untuk agenda lima tahunan ini. Untuk pemilu tahun 2024 saja Kementerian Keuangan (Kemenkeu) mengalokasikan anggaran sebesar Rp 71,3 triliun yang dialokasikan sejak 20 bulan sebelum pelaksanaan pemilu. Seharusnya dana yang dikeluarkan yang sangat fantastis jumlahnya tersebut diimbangi dengan terpilihnya pemimpin negeri yang berkompeten dan mampu menyejahterakan seluruh lapisan masyarakat, bukan hanya para pemilik modal. Pemilu tersebut seharusnya menghasilkan pemimpin yang bertakwa kepada Allah Swt. dengan cara menerapkan Islam secara total.
Waallahu A'lam Bish Shawwab.
Via
Opini
Posting Komentar