Opini
Semua Manusia Pasti Punya Potensi
Oleh: Cesc Riyansyah
(Graphic Designer dan Sahabat Tanah Ribath Media)
TanahRibathMedia.Com—Pernahkah Anda merasa tidak memiliki kemampuan apa-apa? Lalu, merrasa minder ketika berada di tengah kumpulan banyak orang? Menjadi sosok pendiam dan pendengar setia dalam setiap kesempatan yang Anda lewatkan?
Dari sejak kecil, penulis hidup di bawah bayang-bayang ketidakmampuan. Banyak sekali sisi negatif dalam diri ini. Dipandang tidak bisa ini dan itu, bahkan orang tua pun memandang demikian.
Perasaan itu terus berlanjut hingga dakwah Islam menyentuh penulis, ketika berada di tengah jamaah selalu minder, tidak banyak bercerita hanya jadi pendengar setia. Cukup senyum dan anggukkan kepala yang menjadi isyarat berkomunikasi.
Maka terkadang selalu mencurahkan isi hati dan pikiran melalui tulisan. Dalam sebuah tulisan, penulis tidak pernah memikirkan tentang ketidakmampuan diri. Hanya berusaha menulis yang terbaik.
Sebab tidak pernah terpikirkan akan ada orang yang mau membaca tulisan dari penulis ini. Secara, sebagian orang tidak banyak tahu tentang diri penulis sehingga akun-akun media sosial penulis kecil kemungkinan untuk diketahui oleh orang lain.
Tetapi karena ingin mengamalkan ilmu dari Sang Guru, dan memberikan nasihat dari kutipkan hadis dari Baginda Nabi ï·º,
"Sampaikan dariku walau hanya satu ayat."
Maka penulis putuskan untuk menuangkan apa saja yang penulis pahami dalam bentuk tulisan. Sebab, berbicara di depan umum belum memiliki kemampuan. Meski menulis sebenarnya tidak memilik basic apalagi bakat dalam hal menulis.
Hanya modal nekat demi "menggugurkan" kewajiban menyampaikan kebenaran. Dari situ penulis putuskan setiap selesai kajian, penulis menulis poin inti pembahasan yang di sampaikan oleh para guru.
Namun tidak disangka, penulis masih ingat dulu pernah diajak salah satu guru untuk berenang bersama tiga rekan yang lain. Pada waktu yang bersamaan kami membicarakan masalah potensi dalam dakwah
Sudah terbayangkan, tidak mungkin ada yang membicarakan diri penulis ini. Sebab penulis dikenal sebagai sosok pribadi yang pendiam, tidak banyak bicara, hanya senyum dan anggukkan kepala saja sebagai alat komunikasi.
Mengejutkan! Ketika nama penulis disebut dan dikatakan bahwa diri ini memiliki potensi menulis, terlihat dari setiap tulisan yang dibagikan di sosial media. Sang guru pun melanjutkan nasihatnya, ia menyemangati penulis untuk terus berlatih dan menajamkan sisi pembahasan masalahnya.
Sejak saat itu penulis memutuskan akan terus berlatih menulis sesuai kemampuan diri, tentunya dengan terus mengupgrade diri untuk menjadi lebih baik lagi dari sisi tulisan yang akan dihasilkan.
Tidak perlu memikirkan tentang mau ada yang membaca atau tidak, dapat like atau tidak. Sebab tujuannya adalah mengikat ilmu yang telah dipelajari di majelis, kemudian menyampaikannya kembali kepada khalayak ramai agar umat mengetahui tentang Agama Islam.
Terlebih saat ini, kondisi masyarakat semakin parah akibat tidak diterapkannya aturan Islam. Rakyat sudah begitu terpuruk dalam segala bidang, baik itu politik, ekonomi, sosial, budaya, pendidikan, pergaulan bahkan hingga ke ranah rumah tangga.
Begitu mengerikan kondisi masyarakat saat ini ketika Islam tidak dijadikan sebagai aturan dalam bernegara, menyerang dan menghancurkan segala bidang. Salah satunya pergaulan. Maka saya ingin lebih fokus menulis yang berkaitan dengan pergaulan.
Mengapa?
Karena rusaknya pergaulan bukan hanya menimpa generasi Millenial dan generasi Gen Z. Tetapi generasi pendahulunya juga bisa terkena pergaulan yang salah. Sebagaimana yang disebutkan oleh Syaikh Taqiyuddin an Nabhani bahwa manusia selama ia hidup tidak akan lepas dari interaksi bersama manusia lain. Maka ini yang menjadikan manusia ada potensi untuk salah dalam bergaul sehingga harus ada dakwah yang fokus menjelaskan bagaimana pergaulan yang sesuai dengan aturan Islam.
Dari apa yang penulis alami dulu, dapat disimpulkan bahwa setiap manusia memiliki potensi di dalam dirinya. Bukan masalah berbakat atau tidak berbakat. Tetapi ini masalah tentang mau atau tidak mau untuk belajar.
Tidak ada anak yang secara otomatis bisa berjalan tanpa melalui proses merangkak terlebih dahulu. Tidak ada orang sukses tanpa melalui proses jatuh bangun terlebih dahulu
Maka begitupun dengan kita! Tidak ada diantara kita yang otomatis bisa jadi pembicara hebat tanpa melalui proses salah-salah dalam bicara terlebih dahulu. Tidak ada juga d iantara kita yang menjadi penulis hebat tanpa melalui proses kesalahan dalam merangkai kata terlebih dahulu.
Wallahualam
Via
Opini
Posting Komentar