Opini
Tahun 2023, Ekonomi Kita Baik-baik Saja?
Oleh: Guntoro
(Sahabat Tanah Ribath Media)
TanahRibathMedia.Com—Tahun 2023 baru saja berlalu. Dengan segala fenomena yang terjadi pada tahun lalu tentunya menyisakan problematika yang makin kusut dan karut-marut.
Dalam bidang politik, ekonomi, sosial, budaya dan pendidikan serta bidang-bidang lainnya yang masih saja terjadi ketidakadilan dan ketimpangan yang membuat mayoritas masyarakat makin sulit kehidupannya, bahkan sekadar untuk memenuhi kebutuhan primer saja terasa sangat sulit.
Banyak hal yang menarik yang terjadi pada 2023 untuk dituangkan dalam sebuah tulisan agar ditelaah dan didiskusikan bersama, khususnya dalam aspek ekonomi.
Menurut data Bank Indonesia, Pertumbuhan ekonomi Indonesia tetap kuat di tengah ketidakpastian kondisi perekonomian global. Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan pertumbuhan ekonomi Indonesia triwulan III 2023 tetap tumbuh kuat sebesar 4,94%, walaupun sedikit melambat dari pertumbuhan pada triwulan sebelumnya yang sebesar 5,17%. Bank Indonesia memprakirakan pertumbuhan ekonomi 2023 tetap pada kisaran 4,5-5,3%. Sementara itu, konsumsi Pemerintah tumbuh negatif 3,76% disebabkan terutama oleh belanja pegawai yang mengalami pergeseran sehubungan penyaluran gaji ke-13 ke triwulan II.
Namun, fakta yang terjadi di masyarakat justru pertumbuhan ekonomi tersebut hanya dirasakan oleh segelintir masyarakat, terutama para pengusaha. Bahkan justru terjadi anomali dari fakta pertumbuhan yang dirilis BPS. Pada tahun 2023 justru terjadi PHK di beberapa perusahaan yang tentu saja menambah angka pengangguran di Indonesia yang mengakibatkan makin sulit bagi masyarakat terutama kaum buruh. BPS mencatat sampai bulan November 2023 angka pengangguran mencapai 7,86 juta. Tentu saja jumlah tersebut akan terus bertambah seiring dengan terjadinya PHK dibeberapa perusahaan. Salah satunya yang terjadi di perusahaan yang memproduksi ban yaitu PT. Hung-A Indonesia Cikarang yang mengakibatkan sekitar 1500 karyawan dirumahkan.
Di samping itu beban masyarakat makin bertambah karena kenaikan tarif PPN yang berimbas pada kenaikan harga berbagai komoditas di masyarakat. Harga berbagai komoditas meroket sehingga menyebabkan makin sulitnya masyarakat untuk memenuhi kebutuhan primer. Kelangkaan bahan bakar pun sering terjadi yang mengakibatkan terganggunya distribusi bahan-bahan pokok yang diperlukan masyarakat. Bahkan walupun Indonesia merupakan salah satu penghasil kelapa sawit yang merupakan bahan mentah untuk pembuatan minyak goreng justru pernah mengalami kelangkaan minyak goreng.
Dari berbagai fakta di atas menimbulkan pertanyaan “Bagaimanakah tata kelola perekonomian di negara kita?”
Di belahan dunia manapun jika perekonomian yang dianut adalah kapitalisme maka hal-hal tersebut sangat wajar terjadi. Perekonomian hanya dikuasai oleh segelintir para pemodal yang memiliki kapital yang jumlahnya sangat fantastis di mana mereka hanya berorientasi bagaimana mengeruk keuntungan semaksimal mungkin. Dan tentu saja kesejahteraan dan kemamuran hanya dirasakan oleh sebagian kecil masyarakat yang notabene adalah para pemodal.
Lalu bagaimanakah perekonomian bangsa kita di tahun 2024 ini? Asumsi APBN menargetkan pertumbuhan ekonomi sebesar 5,2 %. Tentu saja jika pertumbuhan target ini pun kelak tercapai maka hanya segelintir masyarakat saja yang akan menikmatinya. Apalagi dengan fakta bahwa harga bahan pangan pada awal tahun ini pun semakin meroket, maka target pertumbuhan ekonomi ini pun rasanya sangat mustahil dirasakan oleh seluruh masyarakat terutama masyarakat ekonomi lemah.
Via
Opini
Posting Komentar