Opini
Valentine Bukan Bagian dari Islam
Oleh: Zaitun Zahra
(Sahabat Tanah Ribath Media)
TanahRibathMedia.Com—Sudah memasuki bulan ke dua di kalender Masehi, yang mana pada bulan ini 14 Februari menjadi tanggal khusus yang dibuat oleh orang-orang kafir untuk merayakan "Valentine Day's".
Lalu bagaimana sikap kita sebagai muslim menghadapi fakta seperti ini? Sejatinya, Islam tidak pernah membatasi interaksi antara yang muslim dan yang bukan muslim, namun di dalam berinteraksi juga ada hal-hal yang harus dihindari atau memahami batasan-batasan yang jelas.
Yakni dalam ranah akidah, terutama ritual (ibadah), perayaan, pakaian dan semisalnya. Islam sangat jelas dalam hukum-hukumnya, sehingga setiap yang melanggarnya akan mendapatkan dosa (hukuman) dari Allah Swt..
Sangat disayangkan pada akhir zaman ini, terlebih pada generasi milenial, jika di perhatikan merekalah yang paling sering melenceng dari hukum dan syariat Islam. Mulai dari berpakaian yang meniru gaya orang-orang kafir, ikut andil dalam perayaan orang-orang kafir, seperti tahun baru dan juga perayaan hari Valentine. Menurut kebanyakan muda-mudi, jika tidak ikut dalam merayakan perayaan tersebut, maka mereka telah mengalami kemunduran alias ketinggalan zaman.
Hal yang demikian bukanlah tentang sebuah kemunduran atau kemajuan zaman. Hal ini tentang perkara agama, tentu ini sangat bertentangan dengan Islam. Seyogianya, sebagai seorang muslim kita telah diajarkan tentang segala perbedaan yang muslim dan yang bukan muslim, banyak ayat Al-Qur'an yang menegaskan haramnya meniru kebiasaan orang-orang kafir, juga banyak hadis dari Rasulullah saw. pun demikian:
مَنْ تَشَبَّهَ بِقَوْمٍ فَهُوَ مِنْهُمْ
"Barang siapa menyerupai suatu kaum, dia termasuk dari mereka."
Dari hadis tersebut, Ibnu Taimiyah menjelaskan bahwa, hadis tersebut secara lahiriah menunjukkan kafirnya orang-orang muslim yang menyerupai orang-orang kafir.
Tidak hanya menjadi kafir, mengekor (mengikuti) orang-orang kafir juga memiliki dampaknya tersendiri; (1) Mengekor (mengikuti) kepada orang-orang kafir, mengandung kecintaan kepada mereka, karena menyerupai mereka dalam lahirnya menunjukkan rasa kecintaan kepada mereka dalam batinnya, sehingga segala yang nampak baik bagi mereka (para mukmin) maka akan mereka ikuti, meskipun hal yang baik itu tidak diridai bahkan dimurkai Allah Ta'ala. (2) Mengekor (mengikuti) kepada orang-orang kafir, mengandung makna peleburan kepribadian umat Islam serta penghancuran eksistensi mereka. (3) Mengekor (mengikuti) orang-orang kafir berarti ikut membantu mereka dalam menghidupkan kemusyrikan. (4). Mengekor (mengikuti) kepada orang-orang kafir, merusak agama kaum muslimin dengan terciptanya berbagai khurafat yang di ambil dari agama kaum kuffar.
Firman Allah Ta'ala:
أَلَمْ يَأْنِ لِلَّذِينَ آمَنُوا أَن تَخْشَعَ قُلُوبُهُمْ لِذِكْرِ اللَّهِ وَمَا نَزَلَ مِنَ الْحَقِّ وَلَا يَكُونُوا كَالَّذِينَ أُوتُوا الْكِتَابَ مِن قَبْلُ فَطَالَ عَلَيْهِمُ الْأَمَدُ فَقَسَتْ قُلُوبُهُمْ ۖ وَكَثِيرٌ مِّنْهُمْ فَاسِقُونَ
“Belumkah datang waktunya bagi orang-orang yang beriman, untuk tunduk hati mereka mengingat Allah dan kepada kebenaran yang telah turun (kepada mereka). Janganlah mereka seperti orang-orang yang sebelumnya telah diturunkan al-Kitab kepadanya, kemudian berlalulah masa yang panjang atas mereka lalu hati mereka menjadi keras. Dan kebanyakan di antara mereka adalah orang-orang yang fasik.”
(QS Al- Hadid: 16).
Ibnu Taimiyah rahimahullah menjelaskan,
“Janganlah mereka seperti orang-orang yang sebelumnya telah diturunkan al-Kitab kepadanya”, ini adalah larangan yang bersifat mutlak dalam hal meniru mereka. Ayat ini lebih khusus menekankan larangan menyerupai mereka dalam hal kekerasan hati. Kerasnya hati adalah salah satu buah kemaksiatan.”
Asal-Usul Valentine Day's
Hari Valentine merupakan perayaan Romawi yang di sebut dengan perayaan Lupercalia (festival pagan kuno), meskipun ada yang mengatakan bahwa Valentine dan Lupercalia itu beda, tetapi tujuannya tetap sama, yang di mulai dari tanggal 13-18 Februari, di mana pada dua hari pertama, pada tanggal 13-14 februari di khususkan untuk Dewi Kesuburan (Queen of Feverish Love) yang bernama "Juno Februata" yang menurut mitologi Romawi, dia adalah istri dari Jupiter (Dewa Agung). Selain perayaan Lupercalia ini, mereka juga merayakan hari Dewi Kesuburan dan Dewa Kesuburan, yang mana, seorang dewa yang di gambarkan dengan kaki dan kepalanya seperti seekor kambing, sedangkan badannya adalah manusia. Mereka merayakan perayaan ini dengan cara mengumpulkan seluruh laki-laki dan perempuan, kemudian para perempuannya disuruh untuk menuliskan namanya masing-masing, lalu di masukkan ke dalam sebuah wadah, kemudian untuk di undi oleh para lelaki tersebut, maka setiap yang mendapatkan satu nama dari perempuan tersebut dia akan menemani lelaki yang mendapatkan undian namanya selama semalam.
Lalu apa yang mereka lakukan? yang mereka lakukan selama semalam ialah berzina dan bermaksiat. Bahkan sampai hari ini, perayaan yang merusak itu masih saja ditampakkan oleh orang-orang yang merasa bahwa perayaan tersebut bentuk mengekspresikan cinta dan kasih sayang. Pada tahun 496 M ketika Romawi mengambil Kristen sebagai agama negara, pada tahun itu Paus Gelasius tidak tahan dengan perayaan (Lupercalia) yang diadakan oleh orang-orang Romawi tersebut, maka dia meresmikan dengan perayaan gereja, namun pada tahun 1969 perayaan ini di anulir (pembatalan) oleh gereja, dan dianggap bukan bagian dari tradisi gereja karena mereka menyadari buruknya perayaan tersebut.
Kemudian di Amerika dikenal dengan istilah "The National Condom Week", yakni di tanggal 14 Februari, seminggu sebelumnya dan seminggu setelahnya di rayakan, pemerintah di sana menghawatirkan akan mengalami kepadatan penduduknya karena adanya seks bebas, maka mereka menyarankan untuk menggunakan kondom. Lalu kemudian di Inggris, juga pada tanggal 14 Februari, yakni di adakannya( free seks) seks bebas karena masih berhubungan dengan Valentine Day's, dan hingga saat ini, perayaan Valentine Day's masih berlangsung.
Perbuatan demikian sangatlah bertentangan dengan Islam, yakni dua orang yang belum terikat dengan pernikahan, namun melakukan hubungan seks bebas. Dalam Islam, berkasih sayang juga punya aturan tersendiri, yakni diikat dengan sebuah pernikahan.
Maka benarlah perkataan Rasulullah saw. yang mana, Beliau memberitakan bahwa, umatnya kelak akan meniru kebiasaan orang-orang kafir. Beliau mengabarkan ini sebagai bentuk peringatan kepada orang-orang yang mau menerima peringatan. Dari Abu Sa’id al- Khudri radhiyallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda;
لَتَتَّبِعُنَّ سَنَنَ مَنْ قَبْلَكُمْ شِبْرًا بِشِبْرٍ وَذِرَاعًا بِذِرَاعٍ حَتَّى لَوْ سَلَكُوا جُحْرَ ضَبٍّ لَسَلَكْتُمُوهُ قُلْنَا: يَا رَسُولَ اللهِ، الْيَهُودَ وَالنَّصَارَى؟ قَالَ فَمَنْ؟
“Sungguh, kalian akan mengikuti langkah orang-orang sebelum kalian sejengkal demi sejengkal, dan sehasta demi sehasta. Kalaupun mereka menempuh jalur lubang dhabb (binatang sejenis biawak), niscaya kalian akan menempuhnya.” Kami mengatakan, “Ya Rasulullah, apakah jalan orang-orang Yahudi dan Nasrani?” Beliau menjawab, “Siapa lagi kalau bukan mereka?” (HR al-Bukhari dan Muslim).
Pada hadis tersebut sudah sangat jelas bahwa, pada akhir zaman nanti, umat Islam akan mengalami masa kemunduran dan kejahiliaan, ini karena tidak mencari tau tentang agamanya dengan baik, sehingga tanpa di sadari, mereka telah melenceng dari ajaran Islam (kafir tanpa di sadari).
Apakah Islam Melarang Apa Itu Cinta?
Allah Ta'ala sendiri mensifati diri-Nya dengan sifat Ar-Rahman dan Ar-Rahim (Maha Pengasih dan Maha Penyayang), munculnya sifat ini, karena adanya cinta, oleh sebab itu, di dalam Islam tidak ada larangan tentang cinta, bahkan Islam juga memberikan ruang tersendiri untuk cinta, bedanya pada mengekspresikan cinta tersebut. Dalam Islam, Allah mengatur tentang cinta dengan khas tersendiri, sehingga kita sebagai umat Islam pun menyalurkan cinta dengan teratur, bahkan kita sebagai manusia, di ciptakan dengan berpasang-pasangan, ini semua juga karena cinta, dan Allah menyatukan dua orang insan dengan pernikahan, itu juga karena atas dasar cinta, maka dengan inilah hal yang paling benar dalam mengekspresikan cinta dan kasih sayang di dalam Islam.
Ketidaktahuan Membawa Malapetaka
Ikut merayakan perayaan orang-orang kafir, tak lain itu karena kebodohan dari umat Islam itu sendiri, mereka tidak ingin mencari tau tentang hukum-hakam dalam agamanya, mereka berdiam diri dalam ketidaktahuannya itu sendiri.
Ketidaktahuan ini merupakan penyakit kronis, ibaratkan orang buta yang tidak tau arah mana yang harus dia lalui, maka tak heran, jika sampai hari ini, umat Islam mengikuti perayaan orang-orang kafir, maka yang seharusnya dilakukan ialah dengan bermajelis ilmu, serta berkumpul dengan orang-orang alim agar dapat mengetahui dengan jelas tentang hukum-hakam agamanya.
Kuncinya Pada Pemimpin
Baik itu pemimpin dalam rumah tangga, atau juga pemimpin dalam sebuah negara, ketidaktahuan pada umat, bukan merupakan alasan satu-satunya agar terhindar dari perbuatan tersebut, tapi juga pada pemimpinnya, sebagai seorang pemimpin, seharusnya mengambil tindakan dalam hal-hal yang sudah merusak antara keluarga dan masyarakatnya, karena meskipun umat tidak mengetahui dengan benar tentang hukum-hakam agamanya, jika seorang pemimpin sudah menegakkan sebuah hukum, maka wajiblah untuk anggota keluarganya dan para masyarakatnya untuk tunduk dan patuh pada aturan yang telah ditetapkan.
Allahuta'ala A'lam.
Via
Opini
Posting Komentar