Tsaqafah
3 Dampak Negatif Ketiadaan Khil4f4h
Oleh: Ma'arif Amiruddin
(Sahabat Tanah Ribath Media)
TanahRibathMedia.Com—Rasulullah saw. diutus ke permukaan bumi ini salah satunya dalam rangka menyampaikan aturan Pencipta kepada manusia, agar manusia itu menjalani kehidupannya dengan aturan Pencipta.
Hebatnya lagi ada hadiah yang disiapkan Pencipta bagi manusia yang mau mengikuti aturan itu, dan di sisi lain ada ancaman bagi mereka yang tak mau ikut aturan.
Pencipta tidak luput sedikit pun dalam perkara mengatur manusia, semua dimensi kehidupan manusia telah ada tuntunan dari Pencipta. Tuntunan itu hingga saat ini masih bisa kita indra dalam bentuk Al-Qur'an, Hadis, Ijma Sahabat dan Qiyas Syar'i.
Ditambah lagi, ada para ulama (pewaris nabi) yang menjelaskan kepada manusia tentang bagaimana aturan Pencipta itu. Sebagian orang mungkin sulit memahami aturan, apalagi orang awam yang miskin ilmu, maka disinilah peran penting ulama dalam menjelaskan dengan bahasa yang mudah dipahami dan bisa langsung dipraktikkan.
Aturan Pencipta semakin mudah dijalankan sebab negara berpartisipasi aktif dalam mensosialisasikan, menerapkan dan memberikan sanksi bagi para pelanggar aturan. Hingga tercipta suasana penuh ketakwaan, sebab mengikuti aturan Pencipta sama dengan sedang melaksanakan ibadah.
Negara menjadi instrumen utama dalam menerapkan aturan Pencipta, ini dimulai sejak Rasulullah mendirikan negara Islam di Madinah hingga saat keruntuhan pemerintahan Islam yang terakhir di Turki pada tahun 1924. Kurang lebih 14 abad lamanya Islam berkuasa dan berhasil menyatukan 2/3 wilayah yang ada di bumi.
Berbagai prestasi juga telah ditorehkan, tercatat dengan tinta emas dalam sejarah peradaban manusia. Salah satunya diungkapkan oleh Will Durant, tentang rumah sakit Al Manshuri (683 H/1284 M) di Kairo, dia berkata, “Pengobatan diberikan secara gratis bagi pria dan wanita, kaya dan miskin, budak dan merdeka; dan sejumlah uang diberikan pada tiap pasien yang sudah bisa pulang, agar tidak perlu segera bekerja…“. (W. Durant: The Age of Faith; op cit; pp 330-1).
Namun sayangnya, aturan Pencipta tidak lagi dijalankan hari ini atau hanya dijalankan sedikit saja. Itu bermula sejak keruntuhan Khil4f4h pada tahun 1924. Manusia kehilangan institusi penerap aturan Pencipta. Apa dampaknya? Setidaknya ada tiga dampak negatif ketiadaan Khil4f4h:
1. Umat terpecah belah
Dahulu kaum muslimin di seluruh dunia bersatu, mereka hanya ada satu pemimpin. Namun kini ada banyak pemimpin, dan masing-masing pemimpin memikirkan wilayah kepemimpinannya saja, tidak lagi memikirkan saudara sesama muslimnya yang diluar wilayahnya, meskipun saudaranya itu dibantai.
Kaum muslimin yang dulunya kuat, kini lemah karena berpisah. Bahkan antar satu wilayah muslim dengan wilayah muslim lainnya saling serang, lupa bahwa mereka bersaudara.
2. Kaum muslim terjajah
Tidak bisa dimungkiri, sejak keruntuhan Khil4f4h, wilayah-wilayah kaum muslimin dicaplok oleh negara pemenang perang. Wilayah mereka dijajah, bahkan sampai sekarang. Ada dengan metode penjajahan klasik (serangan fisik), ada juga dengan metode kekinian (budaya, hukum dan lain sebagainya).
SDA wilayah kaum muslimin dikuras habis oleh mereka, rakyatnya dicekoki paham kebebasan, pluralisme dan sinkretisme. Sehingga kaum muslimin kehilangan jati dirinya, malu akan identitas Islam dan berlomba mengikuti trend kebarat-baratan.
Memang benar sabda Nabi saw. dalam hadis riwayat Imam Bukhari, "Sungguh kalian akan mengikuti jalan-jalan orang-orang sebelum kalian (Yahudi dan Nasrani), sejengkal demi sejengkal, sehasta demi sehasta, hingga seandainya mereka masuk ke lubang biawak, niscaya kalian juga akan memasukinya."
3. Baitul Maqdis dirampas
Salah satu tempat suci kaum muslimin selain Makkah dan Madinah adalah Baitul Maqdis, tempat ini merupakan kiblat pertama kaum muslimin, sekaligus juga menjadi tanah yang diberkahi.
Banyak keistimewaan dari Baitul Maqdis, salah satunya adalah jumlah pahala berlipat yang didapatkan jika sholat di dalamnya, Nabi saw. bersabda, "Melaksanakan salat di Masjidilharam (pahalanya) sebanding dengan 100.000 kali salat (di masjid yang lain), shalat di masjidku (Masjid Nabawi) pahalanya sebanding dengan 1.000 kali salat (di masjid yang lain), sedang salat di Baitul Maqdis (Masjid al-Aqsa) pahalanya sebanding dengan 500 kali shalat (di masjid yang lain)." (HR Bazar, Ibnu Khuzaimah, & Thabrani dari Jabir bin Abdullah).
Mudah-mudahan dengan penjelasan singkat di atas, bisa memberi kita pemahaman betapa pentingnya keberadaan Khil4f4h, sebagai satu-satunya institusi politik yang mampu menerapkan seluruh aturan Pencipta.
Via
Tsaqafah
Posting Komentar