Sastra
Aku Hanyalah Seorang Wanita
Oleh: Roslina Sandi
(Sahabat Tanah Ribath Media)
TanahRibathMedia.Com—Aku hanyalah seorang wanita, anak dari kedua orangtuaku. Maafkan aku tak bisa menjadi anak yang baik.
Harapanku bisa memberikan kebahagiaan, di masa tua kalian dapat kurawat sampai tuntas sebagai bakti seorang anak. Apa dayaku, prioritas ketaatanku setelah pada Rabb-ku adalah kepada suamiku. Sedangkan keadaan kami tidak seperti yang kalian harapkan.
Sekat antara bakti dan ketaatanku menghalanginya.
Padahal antara rida dan kewajiban tak bisa terpisahkan. Semoga kalian memaklumi kondisi.
Aku hanyalah seorang wanita, sebagai istri bagi suamiku.Maafkan aku tak bisa menjadi istri yang taat dalam setiap waktu. Dunia dalam balutan sekularisme begitu kejam padaku.
Seharusnya diriku menjadi tulang rusuk bagi suamiku.
Apalah daya karena kondisi memaksaku menjadi tulang punggung bagi keluargaku.
Suamiku bukan tanpa daya tapi ekonomi sulit tak ada jalan bagiku. Kebutuhan harus tetap dipenuhi.
Rumah yang seharusnya kutata bagaikan surga kadang berubah menjadi neraka. Masalah bertubi-tubi menyertaiku.
Maafkan aku suamiku, istrimu ingin sekali melayanimu sepenuh hati dan jiwa. Tetapi tubuh yang koyak akibat dari kejamnya dunia tak bisa membawa kebahagiaan itu ke rumahmu. Semoga engkau memaafkanku
Aku hanyalah seorang wanita, ibu dari anak-anakku.
Sorang ibu pendidik generasi hanyalah pemanis bagiku.
Seorang ibu sebagai madrasah utama hanya sebuah angan bagiku.
Maafkan aku Nak, ibu tak setangguh yang kalian pikir.
Tumbuh kembang kalian kugadaikan. Anak sehat kuat cerdas sungguh sulit kucapai. Berteman dengan kalian bagaikan mimpi
Berkasih sayang dengan kalian hanyalah ilusi.
Kadang aku bisa menjadi sahabat, namun di lain waktu aku bisa menjadi penjahat.
Maafkan aku Nak...
Ibumu bagaikan terpenjara situasi. Hari ini tak ada yang ramah padaku. Sungguh pilu. Mendekap kesulitan itu setiap hari
Aku hanyalah seorang wanita. Semua identitas itu begitu berat ku sandang.
Kebebasan telah merenggut kesucianku sebagai wanita.
Feminisme mencabutku dari fitrah. Demokrasi menjadikanku tumbal kejayaan segelintir orang.
Kapitalisme membawaku pada fitnah dunia dan akhirat
Liberalisme menginjak-injak harga diriku.
Kembalikan mahkotaku sebagai wanita. Kembalikan kemuliaan identitasku.
Kembalikan fitrah dari Tuhanku. Semua kerusakan yang ada pada diriku ini diakibatkan dari pemaksaan sistem yang bukan untukku
Aku tak mau kerusakan itu menggerogoti identitasku
Lepas, cabut, hempaskan, koyak, lempar sistem itu...
Jangan dekati kesucianku dengan sistem rusak itu.
Tak kan pernah ramah sistem itu untuk didekati.
Ke mana pun aku bertindak sistem itu selalu menghancurkanku.
Lelah, pasrah, tanpa daya kuberupaya.
Yaa Allah, kuatkan diriku sebagai wanita hamba ciptaan-Mu.
Maruahku ketika taat kepada-Mu.
Izzah-ku hanya kepada-Mu
Iffah-ku berada di hadapan-Mu.
Kembalikan yaa Allah, buatlah semua identitas itu mudah..
Wanita sebagai hamba-Mu
Wanita sebagai seorang anak.
Wanita sebagai seorang istri.
Wanita sebagai seorang ibu.
Wanita sebagai anggota masyarakat.
Hanya kepada-Mu hamba kembali, menyusuri langkah di dunia demi mendapatkan kebahagiaan di akhirat nanti.
Indramayu, 6 Maret 2024
______________________
(Sebuah keresahan dari seorang wanita, pastinya juga dirasakan juga oleh wanita-wanita lainnya ketika menyadari sulitnya hidup dibawah sistem sekuler kapitalis).
Via
Sastra
Posting Komentar