Opini
Bangkit dari Keterpurukan Umat
Oleh: Maman El Hakiem
(Sahabat Tanah Ribath Media)
TanahRibathMedia.Com—Mengutip ungkapan ulama besar, seorang Mujtahid mutlak Syekh Taqiyuddin An Nabhani dalam kitab Nizam Al Islam, dikatakan bahwa, bangkitnya manusia atau umat harus dimulai dari perubahan pola pikirnya dalam memahami makna kehidupan yang sebenarnya.
Di dalam tatanan kehidupan manusia secara global, ada sebuah sistem pemerintahan yang pernah berjaya berpuluh abad lamanya. Itulah sistem kekhilafahan Islam yang kehancurannya pada 3 Maret 1924 telah meninggalkan sebuah luka yang mendalam di hati umat Islam.
Namun demikian, kita tidak boleh terjebak dalam masa lalu dan kehilangan semangat untuk membangun masa depan yang lebih baik. Waktu telah tiba bagi umat Islam untuk bangkit dan memperkuat kembali jati diri dan kebanggaannya, untuk menemukan kembali kejayaan yang pernah dicapai dalam masa lalu.
Kembali ke Pemikiran Islam
Sebagaimana dikatakan Syekh Taqiyuddin An Nabhani di awal tulisan ini, kita tidak bisa bangkit atau menemukan keberhasilan, kecuali mampu mengubah pemikiran umat untuk kembali kepada akar pemikiran nilai-nilai Islam yang telah membentuk kehidupan umat Islam selama berabad-abad. Keyakinan berupa akidah yang dihasilkan melalui proses berpikir yang mendalam akan adanya Allah Swt. sebagai satu-satunya pembuat aturan hukum akan menjadi dasar dari segala tindakan atau perbuatan manusia di dalam kehidupan yang fana ini.
Kehidupan umat Islam saat ini memang berada dalam kondisi terpuruk di berbagai bidang kehidupan. Pemikiran umat terkontaminasi sistem kehidupan sekuler, untuk itu perlu adanya penyadaran kembali betapa pentingnya kajian tentang upaya umat Islam untuk bangkit dari segala keterpurukannya.
Semangat untuk Bangkit
Kita harus mengingat bahwa masa lalu tidak bisa diubah. Yang bisa kita ubah adalah masa depan. Inilah saatnya waktu yang tepat untuk memulai perubahan ke arah yang lebih baik. Tidak ada lagi alasan untuk tidak bangkit dari keterpurukan. Waktu telah tiba untuk menunjukkan kepada dunia bahwa umat Islam masih memiliki potensi besar untuk menjadi pemimpin dalam hal kemanusiaan, kemajuan, dan perdamaian pada kehidupan yang sejahtera.
Dengan berpegang pada nilai-nilai Islam, akidah Islam yang kukuh, berkomitmen pengamalan syariat Islam secara menyeluruh, memiliki kemandirian ekonomi, dan bersatu dalam solidaritas, umat Islam bisa kembali meraih kejayaan yang pernah dicapai dalam sejarah. Kejayaan itu bukan hanya untuk kaum muslim itu sendiri, melainkan untuk seluruh umat manusia di dunia karena Islam merupakan rahmat untuk semesta alam.
Ada salah satu negara yang bangkit dari masa keterpurukan dan menjadi negara maju pada saat ini, meskipun ini hanya dilihat dari kemajuan secara fisik bukan peradaban yang utuh seperti Islam. Negara tersebut adalah Jepang.
Pada awal abad ke-20, Jepang merupakan sebuah negara yang menderita akibat dari modernisasi yang buruk, kematian penduduk akibat kelaparan, perang dan kemiskinan yang meluas. Tetapi pada 1945, setelah kekalahan Jepang dalam Perang Dunia II, Jepang melakukan reformasi yang radikal dan berhasil menjadi salah satu negara dengan ekonomi terbesar di dunia.
Namun permasalahannya, negara sekuler seperti Jepang kurang memperhatikan nilai-nilai fundamental. Memang Jepang telah berhasil memperbaiki ekonominya melalui inovasi dalam sektor manufaktur, industri, dan pemasaran. Salah satu contoh terbaik dari inovasi ini adalah industri otomotif. Jepang menciptakan mobil yang lebih murah, lebih efisien dan lebih andal daripada pesaingnya, yang menyebabkan pertumbuhan ekonomi yang signifikan.
Selain itu, Jepang juga berhasil meningkatkan infrastruktur dan layanan publik yang berkualitas, seperti sistem kereta api yang terkenal cepat dan efisien, serta layanan kesehatan yang terjangkau. Ini semua berkat sistem manajemen yang efektif, kebijakan yang progresif, dan masyarakat yang berkomitmen untuk membangun negaranya.
Namun, keberhasilan Jepang bukanlah contoh yang baik untuk sebuah nilai peradaban yang mulia sebagaimana negara adidaya Khil4f4h Islamiah yang hampir menguasai duapertiga belahan dunia. Kemajuan yang didapatkan oleh negara bangsa seperti Jepang atau lainnya hanyalah kemajuan secara ilmu pengetahuan pada perkara yang mubah, bukan dalam hal tingginya peradaban menyangkut moral dan tata sosial.
Oleh karena itu, kebangkitan mereka yang masih mengadopsi sistem sekuler sekadar menjadi hikmah atau motivasi yang membuktikan bahwa semangat perubahan harus tetap menyala untuk menatap masa depan yang lebih baik. Kuncinya tidak lain ingatlah sabda Nabi Muhammad saw., "Barangsiapa yang meningkatkan ilmu pengetahuan, maka Allah akan meninggikan derajatnya." (HR Muslim).
Memahami ilmu di sini dalam konteks syariat Islam adalah pemahaman yang menyeluruh tentang aturan Islam yang harus diterapkan di dalam kehidupan.
Wallahu'alam bish Shawwab.
Via
Opini
Posting Komentar