Nafsiah
Hikmah Ramadan: "Mati Lampu"
Oleh: Maman El Hakiem
(Sahabat Tanah Ribath Media)
Hari kedua Ramadan.
Ketika tiba-tiba aliran listrik ke rumah kita terputus, sudah pasti banyak hal yang membuat aktivitas tersendat, terlebih lagi saat malam Ramadan. Putusnya aliran listrik bisa disebabkan berbagai hal seperti cuaca, bencana alam atau kondisi perang.
Kehidupan manusia saat ini umumnya sangat bergantung dengan kebutuhan pasokan listrik, baik sebagai alat penerang, memasak, komunikasi dan lainnya. Mati lampu sebentar saja bisa menyebabkan banyak kerugian. Namun, di belahan dunia sana yang masih berkecamuk, misalnya Gaza, realitasnya jauh dari pemandangan yang diharapkan. Matinya lampu bukan hanya mengganggu aktivitas, tetapi juga merenggut sebagian besar kualitas hidup.
Mati Lampu Saat Ramadan
Matinya lampu di Bulan Ramadan menghadirkan tantangan tersendiri bagi kaum muslim di seluruh dunia. Aktivitas seperti sahur, berbuka puasa, dan ibadah malam menjadi terganggu ketika listrik tiba-tiba padam. Meskipun masyarakat mungkin terbiasa dengan pemadaman listrik sesekali, namun di Bulan Ramadan, dampaknya terasa lebih mendalam.
Puasa dan ibadah malam yang dipraktikkan selama bulan suci ini memerlukan konsentrasi, ketenangan, dan keteraturan. Namun, ketika lampu padam, semua itu terganggu. Bahkan, di beberapa daerah, sumber daya cadangan seperti generator juga tidak selalu dapat diandalkan, meningkatkan ketidakpastian dan kesulitan bagi masyarakat yang ingin menjalankan ibadah dengan lancar.
Gelapnya Kehidupan Sehari-hari
Di sini mungkin menghadapi matinya lampu hanya selama beberapa jam, sementara di Gaza mengalami terputusnya aliran listrik yang lebih ekstrem. Di Gaza, kehidupan sehari-hari berlangsung dalam kegelapan yang hampir konstan karena pasokan aliran listrik yang kritis.
Putusnya aliran listrik yang berkepanjangan telah menjadi kenyataan yang menyedihkan bagi penduduk Gaza. Mereka terpaksa menghadapi tantangan sehari-hari seperti menyediakan air bersih, menjaga makanan agar tetap segar, dan menjalankan aktivitas rumah tangga dasar tanpa listrik. Selain itu, akses terhadap fasilitas kesehatan dan pendidikan juga terbatas karena infrastruktur yang rusak dan kurangnya sumber daya. Kehidupan sehari-hari terasa gelap.
Hikmah di Tengah Keterpurukan
Matinya lampu sering membuat orang mengeluh dan bersikap emosional, baik pada masyarakat umum, maupun khususnya di Gaza, tampaknya tak terelakkan, namun tetap ada hikmah yang bisa diambil dari situasi tersebut. Di balik ketidaknyamanan dan kesulitan, ada pelajaran berharga tentang kesabaran, kebersamaan, dan ketahanan. Masyarakat Gaza sudah teruji kesabarannya sekali pun perhatian masyarakat dunia tak kunjung menjadi nyata, hanya sebatas retorika para penguasa.
Bulan Ramadan mengajarkan kaum muslim untuk bersabar dan bersyukur atas segala nikmat yang diberikan, termasuk ketika harus menghadapi keterbatasan dan gangguan. Sementara itu, kondisi di Gaza memperkuat solidaritas sosial dan kekuatan komunitas dalam menghadapi kesulitan bersama-sama.
Kegelapan di Akhirat
Matinya lampu di Bulan Ramadan dan keterputusan listrik yang terus-menerus di Gaza adalah pengingat yang menyakitkan akan ketidaksetaraan dan penderitaan yang dialami oleh banyak orang di dunia ini. Namun, di tengah-tengah kegelapan, ada sinar harapan yang terpancar dari ketabahan, kebersamaan, dan keteguhan hati manusia untuk tetap melangkah maju. Semoga kita semua dapat mengambil hikmah dari setiap tantangan yang kita hadapi, dan bersama-sama berupaya untuk menciptakan dunia yang lebih baik bagi semua.
Kaum penjajah yang selama ini telah membuat penderitaan terhadap rakyat Gaza dengan kezalimannya yang luar biasa, mengurung rakyat Gaza tanpa pasokan makanan, air bersih, terputusnya sarana komunikasi dan listrik. Mereka yang berbuat demikian kelak di akhirat berada dalam kegelapan yang tergambar di dalam Surah An- Nur ayat 40:
"Bagaikan gelap gulita di lautan yang dalam, yang tergulung ombak, di atasnya ombak (pula), di atasnya (lagi) awan; gelap gulita yang tindih-bertindih, apabila dia mengeluarkan tangannya, tiadalah dia dapat melihatnya, (dan) barangsiapa yang tiada diberi cahaya (petunjuk) oleh Allah tiadalah dia mempunyai cahaya sedikitpun."
Ayat ini menggambarkan betapa kelamnya keadaan orang-orang kafir di akhirat. Mereka terlunta-lunta dalam kegelapan tanpa adanya cahaya atau bantuan apapun. Hal ini menegaskan bahwa kegelapan bukan hanya fisik, tetapi juga spiritual, yang mencerminkan keadaan hati yang terpinggirkan dari cahaya petunjuk Allah untuk beriman dan beramal saleh ketika hidup di dunia.
Wallahu'alam bish Shawwab.
Via
Nafsiah
Posting Komentar