Nafsiah
Hikmah Ramadan: "Pemburu Takjil"
Oleh: Maman El Hakiem
(Sahabat Tanah Ribath Media)
Hari kedelapan Ramadan.
TanahRibathMedia.Com—Di hari kedelapan Ramadan, saat matahari mulai menurun di ufuk barat, kita diingatkan akan perjalanan hidup yang terus bergerak. Fenomena orang-orang berjalanan sore hari menjadi cerminan perjalanan spiritual kita selama bulan suci ini.
Setiap langkah yang diambil saat menjelang berbuka puasa, setiap detik yang dilewati dalam doa dan ibadah, semuanya menggambarkan perjalanan panjang menuju kesempurnaan diri. Seperti orang-orang yang bergerak pulang ke rumah setelah seharian bekerja, kita juga berusaha pulang kepada kebenaran, kedamaian, dan keberkahan.
Fenomena Pemburu Takjil
Namun, di tengah perjalanan ini, kita dihadapkan pada fenomena lain yang tak kalah menarik: tradisi memburu makanan takjil. Seolah-olah para pencari takjil ini menjadi perwujudan dari kita yang selalu mencari kebaikan, pahala, dan keberkahan dalam setiap kesempatan yang ada. Mereka berlomba-lomba untuk mendapatkan yang terbaik, sebagaimana kita juga berlomba-lomba dalam memperoleh kebaikan dalam setiap amal ibadah yang kita lakukan.
Dari fenomena ini, kita bisa mengambil beberapa hikmah yang dapat menjadi pedoman dalam perjalanan Ramadan kita:
Pertama, keseimbangan antara dunia dan akhirat. Seperti orang-orang yang berburu takjil, kita juga harus memahami pentingnya menjaga keseimbangan antara urusan dunia dan akhirat. Meskipun kita mencari kenikmatan duniawi seperti makanan takjil, namun kita tidak boleh melupakan tujuan utama kita dalam Ramadan, yaitu mendekatkan diri kepada Allah.
Kedua, kesungguhan dalam mencari kebaikan:
Seperti kegigihan orang-orang yang berburu takjil, kita juga harus gigih dalam mencari kebaikan dan pahala selama Ramadan. Kita harus berusaha sekuat tenaga untuk melakukan amal ibadah dengan ikhlas dan konsisten.
Ketiga, berbagi dengan sesama.
Seperti dalam tradisi memburu takjil, kita juga diajak untuk berbagi dengan sesama. Ramadan mengajarkan kita untuk peduli terhadap orang lain, terutama yang kurang beruntung. Oleh karena itu, kita harus selalu ingat untuk berbagi rezeki kita dengan mereka yang membutuhkan.
Dengan memahami dan mengambil hikmah dari fenomena sehari-hari seperti orang bergerak pulang dari bekerja dan tradisi memburu takjil, kita dapat memperkaya perjalanan spiritual kita dalam Ramadan. Mari kita terus bergerak maju dengan tekad yang kuat, menjaga keseimbangan, mencari kebaikan, dan selalu berbagi dengan sesama.
Salah satu dalil yang menyebutkan keutamaan memberi makanan untuk orang berpuasa terdapat dalam hadis yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan Muslim dari Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu:
"Barangsiapa yang memberi makanan untuk orang yang berpuasa, baginya akan mendapatkan pahala seperti pahala orang yang berpuasa itu, tanpa mengurangi pahala orang yang berpuasa sedikit pun." (HR Bukhari dan Muslim)
Dalam hadis ini, Rasulullah saw. menegaskan bahwa memberi makanan untuk orang yang sedang berpuasa memiliki keutamaan yang besar di sisi Allah. Bahkan, pahala yang diperoleh bagi orang yang memberi makanan sama dengan pahala orang yang berpuasa tersebut, tanpa mengurangi pahala orang yang berpuasa sedikit pun.
Hal ini menunjukkan pentingnya berbagi rezeki dengan sesama, terutama dalam bulan Ramadan yang penuh berkah. Dengan memberi makanan kepada orang yang berpuasa, selain mendapatkan pahala yang besar, juga dapat membantu mereka yang membutuhkan untuk merasakan kegembiraan berbuka puasa dengan layak.
Wallahu'alam bish Shawwab.
Via
Nafsiah
Posting Komentar