Nafsiah
Hikmah Ramadan: "Perjalanan Menyenangkan"
Oleh: Maman El Hakiem
(Sahabat Tanah Ribath Media)
Hari Kelima Ramadan
TanahRibathMedia.Com—Ramadan, bulan suci dalam agama Islam, sering kali dianggap sebagai perjalanan yang membawa seorang muslim menuju kedekatan dengan Allah Swt. berupa ketakwaan, "La‘allakum tattaqÅ«n” (QS Al Baqarah:183).
Hakikat berpuasa bukan sekadar menahan lapar dan haus dari fajar hingga senja, Ramadan menyajikan sejumlah hikmah yang dalam ketika dikaitkan dengan konsep perjalanan dalam berbagai makna, termasuk proses meraih derajat ketakwaan. Pun bisa dijadikan pemahaman bagaimana konsep safar (perjalanan) dalam syariat Islam. Boleh jadi saat dalam perjalanan banyak yang melupakan aturan syariat Islam, baik menyangkut persoalan fikih ibadah semisal salat, maupun adab dan ketentuan mahram dalam perjalanan.
Perjalanan Beragam Dimensi
Ramadan adalah perjalanan spiritual yang mendalam bagi umat Islam. Selama bulan ini, umat muslim diundang untuk melakukan introspeksi diri, memperbaiki hubungan dengan Allah, dan memperdalam pemahaman tentang ajaran Islam. Seperti dalam sebuah perjalanan spiritual, setiap individu berusaha mencapai tujuannya dengan menemukan kedamaian dan kedekatan dengan Sang Pencipta.
Dalam Ramadan, umat Islam berupaya meningkatkan amal ibadah dan menjauhi perbuatan dosa. Setiap langkah yang diambil selama bulan suci ini menjadi bagian dari perjalanan menuju kesempurnaan diri. Analoginya mirip dengan perjalanan fisik menuju tujuan akhir yang tidak hanya tentang mencapai titik akhir, tetapi juga tentang menghargai setiap langkah di sepanjang perjalanan. Harus selalu diingat aturan syariat melekat pada setiap langkah hidup manusia yang masih diberikan akal yang sehat.
Seperti perjalanan bersama, Ramadan membawa umat Islam bersama-sama dalam pengalaman kolektif. Dari sahur hingga berbuka, umat Islam berbagi momen, saling mendukung, dan merayakan kemenangan kecil sepanjang perjalanan ini. Ini mengingatkan pada pentingnya solidaritas dan persatuan dalam mencapai tujuan bersama.
Meskipun Ramadan adalah tentang perjalanan spiritual, namun ada juga aspek fisiknya. Menahan diri dari makan, minum, dan aktivitas lainnya selama puasa mengajarkan kesabaran, disiplin, dan pengendalian diri. Ini seperti melakukan perjalanan fisik yang menuntut ketahanan dan kekuatan untuk menyelesaikan perjalanan dengan sukses.
Dakwah Perjalanan Menyenangkan
Dalam syariat Islam, safar (perjalanan) memiliki konsep dan aturan yang diatur dengan baik. Di dalam Ramadan, konsep safar bisa diterapkan dalam perjalanan /fisik yang melibatkan bepergian jauh atau dalam perjalanan spiritual menuju pemahaman yang lebih dalam tentang ajaran agama. Adapun hukum-hukum khusus terkait safar selama Ramadan termasuk adanya pengecualian dari puasa bagi mereka yang melakukan perjalanan yang melelahkan atau yang memiliki risiko kesehatan. Mereka yang sedang safar boleh tidak berpuasa, hanya saja harus diganti pada hari setelah Ramadan.
Dengan demikian, Ramadan bukan hanya tentang menahan diri dari makan dan minum, tetapi lebih dari itu, adalah tentang perjalanan spiritual dan fisik yang membawa umat Islam menuju kesempurnaan diri dan kedekatan dengan Allah Swt. Dengan memahami konsep perjalanan ini, setiap langkah selama Ramadan bisa diisi dengan makna yang mendalam dan hikmah yang tak ternilai. Misalnya saja, aktivitas dakwah menyeru umat untuk menerapkan syariat Islam secara kaffah.
Selamat menikmati perjalanan Ramadan yang menyenangkan, nikmati dengan penuh kesabaran untuk meraih derajat ketakwaan.
Wallahu'alam bish-Shawwab.
Via
Nafsiah
Posting Komentar