Opini
Marak Bullying Anak, Orang Tua Ketar-ketir
Oleh: Santi Salsabila
(Muslimah Indramayu)
TanahRibathMedia.Com—Hati orang tua dibuat ketar-ketir, pikirannya semrawut. Mengetahui fakta, akhir-akhir ini banyak sekali drama bullying di lingkungan pendidikan. Sebagian kasus bahkan sampai menyebabkan hilangnya nyawa. Salah satu dari sekian banyak tragedi bullying yang terjadi di lingkungan sekolah dan pesantren, adalah kasus yang terjadi di salah satu pondok pesantren di Kecamatan Mojo, Kabupaten Kediri, pada Jumat (23-2-2024).
Kematian anak didik bernama Bintang Balqis Maulana begitu tragis akibat penganiyaan oleh seniornya, sehingga membuat keluarga histeris. Seperti dilansir dari TribunJakarta, kematian Bintang Balqis Maulana terungkap setelah perwakilan pondok pesantren mengantarkan jenazah almarhum ke kediaman keluarganya di Banyuwangi, Sabtu (24-2-2024) dini hari.
Permasalahan ini seperti fenomena gunung es. Media hanya memberitakan sebagian kecil saja. Yakni kasus-kasus yang terlaporkan. Sedang sebenarnya lebih banyak lagi kasus-kasus serupa yang luput dari sorotan media.
Permasalahan ini, sejatinya bukanlah tanggung jawab pihak tertentu saja, melainkan ini adalah tanggungjawab seluruh pihak, terutama negara selaku pemilik kewenangan dan pemangku kebijakan tertinggi. Harus ada peran dari seluruh lini. Mulai dari lini yang paling kecil yaitu keluarga, sampai yang paling besar berupa peran negara.
Adapun peran keluarga dalam hal ini, sebagai motor pendidikan pertama bagi anak, terutama pendidikan karakter. Islam telah me-mention, bahwa ibu adalah madrosatul 'ula. Artinya ibu adalah madrasah pertama bagi anak-anaknya. Walaupun di tengah sistem kapitalis ini, peran orang tua seringkali tergantikan.
Karena tuntutan kehidupan kapitalistik, kebanyakan dari mereka lebih fokus memikirkan bagaimana agar bisa mencukupi kebutuhan materi anaknya, dibandingkan memikirkan cara agar anak tidak kekurangan sentuhan pendidikan, kasih sayang, dan perhatian. Dampaknya kebanyakan anak yang kurang perhatian dari kedua orang tuanya akan mencari dari luar. Seringkali berupa kenakalan-kenakalan yang dibuatnya, demi mendapatkan perhatian tadi.
Kemudian terkait peran tenaga pendidik, yakni guru. Tugas seorang guru bukan hanya memberikan ilmu berupa pengetahuan, tapi juga peran pendidik harus memberikan teladan bagi murid-muridnya. Jika kita melihat para sahabat yang hidup dengan Rasulullah saw., mereka memiliki akhlak mulia. Kepribadian tersebut terbentuk salah satunya karena keteladanan yang senantiasa dicontohkan oleh Rasulullah saw..
Lalu yang paling memengaruhi semuanya adalah peran negara. Negara memiliki pengaruh besar bagi keadaan rakyatnya. Karena di tangan negara, setiap aturan dan kebijakan berawal dan diterapkan di tengah kehidupan. Maka negara pula yang paling bertanggung jawab terhadap kondisi dan permasalahan yang terjadi. Dengan kata lain, posisi negara sebagai penentu, akan dibawa ke mana masa depan bangsa dan akan seperti apa. Semuanya ditentukan dari sistem yang diemban.
Seperti yang kita saksikan saat ini. Kasus bullying yang marak terjadi merupakan salah satu dampak dari sistem kapitalis. Negara angkat tangan tentang perekonomian rakyatnya, justru saling sibuk memperkaya diri. Menyebabkan setiap keluarga, masing-masing dituntut dan disibukkan untuk memenuhi kebutuhan keluarganya. Akhirnya melupakan atau menafikan kewajiban mendidik anak. Pada akhirnya anak, yang sebenarnya adalah korban, melakukan hal-hal negatif demi mendapatkan perhatian.
Seorang guru yang tidak mendapatkan jaminan hidup secara layak dari negara, tidak akan memberikan pengajaran dan pendidikan optimal bagi para siswa. Karena banyak ter-distrak dengan hal-hal lain. Belum lagi soal administrasi keguruan yang sangat menyita waktu.
Kasus bullying pada anak pun bisa berawal dari tontonan yang menjadi tuntunan. Saat pernah orang menghilang, media akan mengambil alih. Dan lagi-lagi, di sini negara lah yang sebenarnya memiliki kemampuan mengendalikan dan memfilter media tontonan anak. Seharusnya negara bisa memfilter tontonan yang memungkinkan memberikan dampak negatif pada anak. Seperti konten kekerasan, pornografi, dll. Tapi sayangnya itu tidak dilakukan karena kebijakan sistem kapitalis berdasarkan untung rugi.
Sistem kapitalis yang berlaku sampai saat ini, sudah membawa kerusakan dahsyat. Generasi muda pun di ujung tanduk. Apalagi terkait moralitas. Bullying hanya satu dari sekian ragam kerusakan yang menimpa generasi. Dan bahkan bullying tak lagi memandang apakah muncul di sekolah umum atau pun yang berbasis Islam. Karena sejatinya masih berada dalam lingkup sistem yang sama, yakni sistem kapitalis-sekuler.
Semua kerusakan menjadi niscaya jika sebuah negeri memilih sistem lain, bukan sistem yang menjadi settingan awal dari Sang Pencipta Manusia, yakni sistem Islam.
Sepatutnya kita merenungkan firman Allah dalam surat Al-Maidah ayat 50, yang terjemahnya: "Apakah hukum jahiliah yang mereka kehendaki, dan (hukum) siapakah yang lebih baik daripada (hukum) Allah bagi orang-orang yang yakin?"
Oleh karenanya, penting dan genting untuk hidup dalam aturan Islam. Jaminan kebaikan dan keberkahannya langsung dari Allah Ta'ala. Islam memiliki syariat yang mampu memberikan solusi atas segala permasalahan secara komprehensif. Islam satu-satunya ad-diin (sistem berkehidupan), yang mengatur bukan hanya kehidupan individu tapi juga mengatur bagaimana kehidupan bernegara. Hasilnya, manusia termasuk anak-anak akan hidup rukun, hatinya penuh kelembutan, penuh kasih sayang kepada sesama makhluknya Allah.
Wallahu a’lam bish-shawwab.
Via
Opini
Posting Komentar