Opini
Musuh Umat: Khil4f4h atau Penjajah?
Oleh: Ghea R. Dyanda
(Aktivis Islam Jember)
Narasi anti-khil4f4h kembali muncul pasca peringatan 100 tahun dunia tanpa khil4f4h. Narasi jahat yang mem-framing (membingkai) ajaran Islam (khil4f4h) dan pengembannya sebagai common enemy (musuh bersama) bagi setiap negara dan umat.
Khil4f4h sebagai ajaran Islam selalu dinarasikan sebagai musuh negara dan keberagaman yang harus diperangi demi terjaganya perdamaian di negeri ini. Setiap kelompok yang mengembannya akan dipersekusi bahkan dikriminalisasi seolah mendakwahkan khil4f4h ini adalah dosa besar di negeri ini.
Namun anehnya permasalahan umat masih terus terjadi bahkan berpotensi memburuk padahal khil4f4h belum tegak. Pertanyaannya, jika demikian siapa sebenarnya yang menjadi musuh utama umat Islam? Tentunya bukan khil4f4h, karena khil4f4h belum tegak semenjak keruntuhannya tahun 1924.
Jika kita cermati, musuh umat sebenarnya adalah negara penjajah dengan ideologi kapitalismenya yang mencengkram dan menjajah negeri kaum muslimin dengan berbagai bentuk penjajahannya.
Para penjajah itu adalah Barat beserta sekutunya yang telah berhasil mengekspor dan memaksakan sistem demokrasi ke negeri kaum muslimin, yang dengan sistem tersebut memberikan karpet merah bagi mereka untuk menguasai berbagai aset-aset umat seperti SDA-nya (sumberdaya alam) yang melimpah dan tanpa perlu pengerahan militer yakni dengan dalih investasi.
Diantara contoh ‘karpet merah’ yang dimaksud adalah pengesahan UU Minerba yang menjadi legitimasi eksploitasi besar-besaran SDA di berbagai wilayah Indonesia khususnya..
Dampaknya adalah umat Islam berada dalam penderitaan luar biasa di tengah melimpahnya SDA di negeri mereka. Penderitaan ini nampak dalam bentuk kemiskinan yang merajalela, bodohnya umat dalam ilmu terutama ilmu Islam, kriminalitas yang semakin tak terkendali, moralitas yang makin rusak, dan masyarakat yang makin individualis dan hedonis.
Sementara itu, dalam hal kenegaraan justru problematika seputar korupsi, ketidakadilan hukum, hegemoni penjajah, nepotisme, dan problem lainnya juga masih menjadi momok mengerikan bagi negeri ini. Penderitaan umat Islam justru bukan disebabkan karena keberadaan khil4f4h, namun karena ketiadaan khil4f4h yang menerapkan syari’at Islam yang sempurna dan paripurna. Lantas, mengapa kemudian khil4f4h yang di ‘kambing hitamkan’ padahal khil4f4h belum tegak?
Narasi Anti-Khilafah: Narasi Sesat!
Narasi anti-khil4f4h sesungguhnya adalah narasi sesat yang digulirkan penjajah beserta anteknya dalam rangka menjaga eksistensi penjajahannya, upaya pengalihan tanggung jawab atas gagalnya sistem yang mereka bangun dan mencegah tegaknya khil4f4h yang akan menjadi rival utama penjajahan.
Penggiringan opini bahwa khil4f4h adalah ancaman bagi negara, keberagaman, serta pengkhianatan terhadap konsensus pendiri bangsa Indonesia adalah sebuah kamuflase belaka untuk mengokohkan kekuasaan mereka yang rapuh atas umat. Tujuan utama narasi sesat ini adalah agar umat islam lupa terhadap kewajiban utama mereka untuk berhukum dengan hukum Allah.
Sejatinya setiap muslim wajib terikat dengan hukum syarak dalam berbagai aktivitasnya, baik aktivitas ibadah terhadap Tuhannya, aktivitas yang berhubungan dengan dirinya sendiri, maupun aktivitas dengan sesamanya berupa muamalah (interkasi sosial) dan hudud (persanksian dalam Islam).
Jika umat Islam lalai terhadap wajibnya penerapan hukum syarak bagi mereka, maka hal ini akan memperpanjang masa penjajahan terhadap berbagai negeri kaum muslimin. Lain halnya jika khil4f4h tegak, maka mereka tidak akan leluasa untuk menjajah, merampas, memfitnah, apalagi membunuh kaum muslim.
Khil4f4h Pelindung Umat, Bukan Musuh Umat!
Khilaf4h adalah kepemimpinan umum bagi seluruh kaum muslimin di muka bumi untuk menerapkan syariat Islam dan mendakwahkannya ke seluruh penjuru bumi.
Umat Islam wajib mengangkat seorang khalifah (pemimpin khil4f4h) yang satu, untuk berhimpun di dalamnya seluruh kaum muslim tanpa terkecuali dan taat pada khalifah selama khalifah tersebut taat pada Allah Swt. dan Rasul-Nya.
Saat ini negeri-negeri kaum muslimin secara telah mengalami penderitaan yang luar biasa di bawah kepemimpinan dunia Barat yang berideologi kapitalisme. Berbagai konflik yang muncul tidak pernah terselesaikan secara tuntas, dan yang dirugikan selalu dari kaum muslimin. Bahkan umat Islam dengan jumlah lebih dari 1,5 milyar tak mampu melawan negara kecil semisal Myanmar dengan junta militernya yang membunuhi dan mengusir kaum muslimin Rohingya.
Islam mengajarkan, wajib menolong saudara seiman yang dizalimi dengan pertolongan yang mampu menyelamatkannya.
Pertolongan ini tidak bisa dilakukan secara sempurna oleh individu maupun sekelompok orang dari kaum muslimin. Pertolongan ini hanya bisa diraih dengan intervensi dari sebuah negara, yang sampai hari ini tidak ada bentuk negara yang mampu melakukannya kecuali khil4f4h sebagaimana dahulu pernah dilakukannya.
Kaum muslimin di Palestina yang terkurung dalam penjara besar di tengah negeri Arab yang mayoritas muslim, Rohingya yang terusir dari kampung halamannya di Rakhine Myanmar, Suku Uighur di China yang dijebloskan dalam kamp penahanan, Muslim Kashmir di India yang menjadi korban kebrutalan ekstrimis hindu, muslim di Eropa yang mengalami diskriminasi dan kekerasan atas penggunaan atribut keislaman (jilbab, kerudung, cadar, dan lai-lain), serta berbagai konflik diantara negeri kaum muslimin yang tak pernah usai.
Siapakah yang akan menyelamatkan mereka? PBB, OKI, Negara-negara arab atau negara muslim lain? Faktanya tidak ada upaya dari mereka kecuali sekedar umpatan kosong tak bermakna.
Sedangkan Khil4f4h, dengan segala kemampuannya akan menghimpun kekuatan dari kaum muslimin untuk menyelamatkan saudara-saudaranya dari penjajahan dan penindasan. Khil4f4h tidak akan membiarkan kaum muslim terzalimi sedikit pun, sebagaimana yang telah diajarkan dalam Islam.
Lantas jika demikian, pantaskah khil4f4h menjadi musuh umat atau justru negara kafir imperialis itu yang harusnya jadi musuh umat?
Wallahu a’lam bis shawab.
Via
Opini
Posting Komentar