Opini
Pesta Rakyat Berbuah Depresi
Oleh: Tsani Tsabita Farouq
(Sahabat Tanah Ribath Media)
TanahRibathMedia.Com—Pesta rakyat yang seharusnya berakhir dengan kebahagiaan, justru malah menyisakan kesedihan.
Berbagai fenomena dari beberapa caleg, timses dan pendukung yang kecewa melihat jumlah perolehan suara para jagoannya. Peristiwa ini menjadikan beberapa caleg menarik kembali hasil dari pemberiannya kepada masyarakat. Juga ada beberapa timses menderita karena stress meratapi hasil perolehan suara, bahkan yang terparah hingga melakukan aksi bunuh diri. Naudzubillah!
Seperti dikutip dari tvOnenews.com, dua orang timses salah satu caleg depresi usai gagal mengantarkan caleg jagoannya meraih suara. Padahal, caleg dimaksud digadang-gadang meraih suara tinggi untuk duduk di kursi legislatif tingkat kabupaten.
Warga Desa Jambewangi, Kecamatan Sempu, Banyuwangi, Jawa Timur dihebohkan dengan penarikan material paving oleh salah satu calon anggota legislatif (caleg).
Fakta yang dipaparkan di atas menjadi gambaran yang membuat miris, betapa jabatan saat ini menjadi suatu hal yang sangat diharapkan karena keuntungan yang akan diraih sehingga rela melakukannya dengan modal besar-besaran untuk meningkatkan branding melalui kampanye yang dilengkapi oleh akomodasi, logistik, atribut, transportasi, bansos hingga mengorbankan apapun demi mendapatkan kursi jabatan. Pencitraan menjadi serangan paling ampuh dalam memikat hati rakyat walaupun pada faktanya minim adab dan zero gagasan.
Selain itu, peristiwa di atas juga membuktikan bahwa sangat lemahnya kondisi mental para caleg maupun tim sukses yang ada saat ini, dimana mereka hanya siap menang dan tidak siap kalah. Ketika kalah, mereka akan stress karena harus kehilangan harta yang tidak sedikit dan ditambah lilitan utang yang jumlahnya segunung, sehingga menjadikan berbagai hal buruk menimpa dirinya.
Pada sistem demokrasi kapitalisme, politik terlihat begitu keji dan kotor. Manusia rela berebut kekuasaan, mengorbankan segalanya untuk mendapatkan keuntungan dari kekuasaan tersebut.
Padahal pada hakikatnya, politik itu tidak hina, tidak keji dan tidak kotor jika kita melihatnya dari perspektif Islam. Karena di dalam Islam, sebuah kepemimpinan itu dipandang sebagai amanah yang nantinya akan
dipertanggungjawabkan dihadapan Allah Ta'ala.
Saking beratnya amanah ini, banyak dari kalangan sahabat Nabi saw. yang takut hingga tidak mau menerima amanah tersebut. Oleh karenanya, pemimpin perlu keimanan dan komitmen yang kuat dalam menjalankan amanah kekuasaannya.
Seperti halnya sabda Rasulullah saw. :
“Barang siapa diberi beban oleh Allah untuk memimpin rakyatnya lalu mati dalam keadaan menipu rakyat, niscaya Allah mengharamkan surga atasnya.” (HR Muslim).
Pemilu dalam Islam bersifat praktis, simpel, ekonomis dan sederhana. Tidak membutuhkan modal besar untuk branding diri, sebab umat akan mengenalnya secara alami, bukan dengan pencitraan. Dan tentu saja tidak perlu berutang sana sini untuk modal kampanye, sehingga memiliki beban mental dan berujung dengan kesehatan mental para caleg yang mengkhawatirkan dan berbagai kemudaratan lainnya yang akan terus terjadi.
Wallahu'alam bishshawab
Via
Opini
Posting Komentar