Tsaqafah
Terpapar Sekularisme?
Oleh: Mak Wok
(Sahabat Tanah Ribath Media)
TanahRibathMedia.Com—Sekularisme merupakan anti tesis dari teologis yang marak di Eropa pada abad kegelapan. Merupakan bentuk perlawanan intelektual kepada pemangku kekuasaan yang di dukung penuh tokoh agamawan.
Eropa bisa bangkit dengan mengemban sekularisme, sebaliknya sekularisme menjadi racun mematikan peradaban Islam. Periksa tandanya, mana tahu sudah terpapar, kan?
Teologis yang berkolaborasi dengan kekuasaan mengemban kaidah dasar, "suara raja adalah suara Tuhan", sehingga menghasilkan hukum sesuka raja yang banyak menindas. Muncullah pergolakan pemikiran dengan ide sekularisme. Membela dan berpihak kepada rakyat yang tertindas dengan slogan "suara rakyat adalah suara Tuhan".
Peraturan publik yang awalnya menjadi kewenangan raja diubah dengan mengembalikan kedaulatan membuat aturan ke rakyat/publik (republik).
Agama tetap diakui sebagai bentuk interaksi manusia dengan Tuhannya. Agama diposisikan hanya mengatur urusan pribadi/privat, tapi agama tidak boleh lagi mencampuri urusan publik. Dengan kata lain jangan bawa-bawa agama dalam urusan masyarakat.
Tuhan diposisikan seperti pembuat jam, setelah jam selesai, jam bisa jalan dengan sendirinya. Tugas Tuhan sebagai pencipta dianggap sudah selesai. Manusia di berikan kebebasan oleh Tuhan untuk mengatur urusan publik manusia, sesukanya manusia.
Intinya adalah fasluddin anilhayah (pemisahan agama dari kehidupan).
Ide ini bisa membuat bangsa Eropa bangkit dari abad jahiliah (kegelapan).
Diawali dengan renaisance, revolusi Perancis dan revolusi industri Inggris.
Bangsa-bangsa Eropa menjelma menjadi bangsa yang maju, kuat dan berlomba menjadi penjajah dengan kemajuan teknologi perang dan semua pendukungnya.
Penjajah membawa tiga misi, yaitu; gold (kekayaan); glory (kekuasaan) dan gospel (agama) yang disingkat 3G, dalam ekspedisi dan ekspansi mereka.
Setiap rombongan akan memuat tiga profesi penting yang menjalankan misi 3G tersebut, yaitu; pengusaha; tentara dan pendeta.
Misi 3G berhasil dengan gemilang menguasai banyak wilayah di benua Asia dan Afrika. Inggris sebagai adidaya saat itu mengakuisisi benua Amerika serta Australia. Migrasi besar-besaran bangsa Eropa terjadi setelahnya.
Penjajah menguasai dunia dan memaksakan ide sekularisme kepada bangsa-bangsa jajahannya. Setelah merdeka dengan beragam cerita sejarah, ide penjajah ini tetap dipertahankan sedemikian rupa oleh bangsa bekas jajahan dengan rasa bangga.
Sekularisme memang obat manjur untuk kebangkitan bangsa-bangsa Eropa, karena agama mayoritas yang mereka anut, memang tidak punya aturan agama untuk urusan publik.
Berbeda dengan agama Islam yang memiliki aturan lengkap dan paripurna untuk mengatur setiap sendi kehidupan, bahkan mayoritas hukum Islam itu mengatur urusan publik.
Sekularisme justru menjadi racun yang mematikan peradaban Islam. Ketika Eropa tenggelam dalam abad kegelapan saat diatur raja yang berkedok agama, justru peradaban Islam sedang berada dalam masa emasnya.
Sekarang negeri muslim mengekor "lubang biawak" sekularisme. Sudah 100 tahun semenjak runtuhnya peradaban Khil4f4h Ustmaniyah tahun 1924 M.
Untuk melihat, apakah racun sekularisme sedang dan masih menggerogoti pikiran Kita.
Kita bisa menganalisa beberapa tandanya, sebagai berikut.
Pertama, ketika dalam melakukan aktivitas apapun kita tidak menggunakan aturan Islam sebagai tolok ukur perbuatan.
Kedua, kita rela dan rida saja ketika semua hukum Allah Azza wa Jalla tidak tegak dalam setiap sendi kehidupan. Bahkan mati-matian membela hukum selain hukum Allah Swt..
Ketiga, kita lebih percaya kepada hukum warisan penjajah yang dibuat manusia serakah dari pada hukum warisan Rasulullah dan Khulafaurrasyidin yang menerapkan hukum Allah Azza wa Jalla dalam setiap sendi kehidupan.
Keempat, kita meyakini bahwa hukum Allah Azza wa Jalla yang mengatur urusan publik sudah tidak relevan untuk mengatur manusia modern. Selagi bisa beribadah mahdah dengan lancar, memilih makanan halal dan menyekolahkan anak keturunan di sekolah Islami.
Hukum apapun yang mengatur urusan publik tidak jadi masalah.
Kelima, kita menganggap masalah Palestina itu masalah mereka, karena berbeda teritori dengan kita.
Keenam, kita masih terpaku dengan sosok muslim yang saleh untuk memimpin perubahan, belum fokus kepada kepemimpinan Islam.
Beberapa tanda di atas, bisa menjadi indikator bahwah kita sudah terpapar racun sekularisme yang mematikan peradaban Islam. Makin banyak tanda itu bersarang dalam akal, semakin parah paparan racun sekularisme menggerogoti pikiran.
Selagi kita masih berpikir jangan bawa-bawa agama, halal dan haram, surga dan neraka dalam interaksi publik, itu indikator kuat terpapar racun sekularisme yang mematikan.
Kita masing-masing lah yang bisa menganalisanya. Analisa merupakan wilayah akal, jangan baper (bawa perasaan) dalam mengkaji setiap detilnya.
Pemikir terbuka akan bergejolak pemikirannya, sehingga "panasnya" bisa mendetoksifikasi racun sekularisme yang sudah sangat lama bersarang dalam benaknya.
______________________
Batam, #282/050224
IG @makwock
t.me/McWok
fb.me/nowrohis
#TerpaparSekularisme #MakWok #Surau_2.0 #BengkelPemikiran
Via
Tsaqafah
Posting Komentar