Opini
Tidak Ada Ketakwaan tanpa Ilmu
Oleh: L. Nur Salamah, S.Pd.
(Penulis, Pengasuh Kajian Mutiara Ummat)
سَوُّوا صُفُوفَكُمْ، فَإِنَّ تَسْوِيَةَ الصُّفُوفِ مِنْ إِقَامَةِ الصَّلَاةِ
Artinya, “Luruskan shaf kalian, sesungguhnya meluruskan shaf termasuk dari menegakkan shalat.” (HR Al-Bukhari no. 723).
TanahRibathMedia.Com—Rasa-rasanya tidak asing di telinga kita, ketika mendengar kutipan hadis di atas. Iya, hadis di atas kerap
diucapkan oleh seorang imam tatkala hendak menunaikan atau memimpin salat berjamaah.
Hal itu jelas bukan sekadar rutinitas belaka tanpa maksud dan tujuan. Sebagai orang beriman seyogianya menjadikan Al-Qur'an dan Sunnah Nabi Muhammad saw. sebagai petunjuk dalam setiap amal perbuatan.
Termasuk keberadaan hadis di atas yang diucapkan imam sebelum memimpin salat merupakan anjuran yang mestinya diikuti dengan baik oleh makmum (jamaah).
Namun sayangnya, tidak sedikit dijumpai barisan/ shaf salat berantakan alias tidak beraturan. Termasuk yang terjadi di salah satu masjid di kota Batam. Khususnya terjadi pada jamaah perempuan saat menunaikan ibadah salat Tarawih.
Misalnya, shaf depan belum penuh bahkan tampak bolong-bolong, berkelompok-kelompok mendekat dengan kipas angin. Kemudian di barisan atau shaf berikutnya juga demikian. Terkesan sesuka hati/ semau gue, tak peduli terhadap tata tertib dalam salat. Meskipun salat yang dikerjakan kedudukannya Sunnah, namun bagi orang yang berilmu (mafhum), hal yang demikian dapat menghilangkan keutamaan salat.
Terkadang ada orang yang paham, hendak mengingatkan terasa berat karena merasa tidak punya wewenang di sana. Sehingga kebiasaan kurang baik tersebut terus berkelanjutan dari tahun ke tahun.
Kondisi yang demikian itu terjadi bisa disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain:
Pertama, kurangnya ilmu agama, khususnya ilmu fiqih tentang salat. Padahal ilmu fiqih adalah sebaik-baik aturan yang akan mengantarkan manusia dalam kebaikan dan ketakwaan. Sampai-sampai dikatakan oleh ulama dalam Kitab Adab Ta'limu Al Muta'alim Thariqotu Ta'alum karya Imam Az-Zarnuji Rahimahullah bahwa tidak ada ketakwaan tanpa ilmu. Bagaimana kita hendak bertakwa dengan sebenar-benar takwa jika tidak ada ada ilmu sebagai panduannya.
Kedua, racun sekuler liberalisme. Paham yang memisahkan agama dari aktivitas kehidupan. Sehingga ilmu yang mungkin pernah dipelajari menguap begitu saja. Tidak berbekas. Karena tidak pernah diamalkan. Ilmu hanya bersifat teoritis belaka.
Selanjutnya paham kebebasan. Baik kebebasan bersikap dan bertingkah laku, kebebasan berpendapat dan lain-lain. Sehingga perasaan cuek dan semau gue ini menjadi tradisi di tengah-tengah masyarakat. Maka ketika ada yang mengingatkan dinilai ikut campur dan melanggar hak asasinya. Berbeda dengan Islam. Orang yang mengingatkan itu karena dorongan sayang dan menginginkan kebaikan dunia dan akhirat.
Sayangnya, ini hari tidak lagi ditemui, karena umat Islam saat ini jauh dari keislaman. Umat Islam sedang mengalami kemunduran dan kian terpuruk. Islam hanya sebatas kulit.
Oleh karena itu sudah saatnya umat bangkit dari keterpurukan. Diperlukan adanya sebuah aktivitas penyadaran kepada umat bahwa Islam adalah agama yang sempurna dan solusi atas segala problematika kehidupan.
Waallahu A'lam Bish Shawwab.
Via
Opini
Posting Komentar