Opini
Narapidana dapat Remisi, Rakyat dapat Musibah?
Oleh: Reka Nurul Purnama, S.Pd.
(Aktivis Muslimah)
TanahRibathMedia.Com—Panen remisi bagi narapidana menjelang lebaran. "THR" yang diberikan pemerintah kepada narapidana yang sudah bekerjasama dengan baik dengan petugas lapas atau rutan dan karena mereka juga sudah menjaga ketertiban dan kondusif selama masa tahanan.
Seperti sebanyak 5.931 warga binaan di sejumlah lembaga pemasyarakatan (lapas) dan rumah tahanan (rutan) di Sulawesi Selatan mendapatkan remisi khusus Idulfitri. Sebanyak 14 orang di antaranya langsung bebas. (CNN Indonesia)
Lalu, Jawa Barat pun tak mau kalah. Sebanyak 16.336 narapidana di Jawa Barat mendapat remisi Hari Raya Idulfitri 1445 Hijriah, dari Kementerian Hukum dan HAM (Kemenkumham), pada Rabu (10-4-2024). Dari jumlah tersebut, ada 128 orang di antaranya bisa langsung bebas tepat pada lebaran hari ini (CNN Indonesia).
Masih ingatkah kita dengan kasus korupsi yang beberapa tahun lalu menggemparkan seluruh negeri karena banyaknya tingkah/tipudaya untuk menghindari panggilan pengadilan. Yaitu terpidana kasus korupsi Kartu Tanda Penduduk Elektronik atau e-KTP Setya Novanto pun juga mendapatkan remisi khusus Hari Raya Idulfitri 1445 Hijriah alias remisi Lebaran. Eks Ketua DPR RI itu mendapatkan diskon masa tahanan bersama 240 narapidana korupsi lainnya di Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) Sukamiskin, Bandung. (Metro.tempo.co)
Setiap lebaran dapat remisi, maka siapa yang "jera" menjadi koruptor?
Belum lagi kasus yang menghebohkan sejagat Indonesia yaitu kasus korupsi timah yang mencapai 271 triliun untuk dampak kerusakan lingkungan. Kabar terbaru Kejaksaan Agung (Kejagung) masih tetap mengizinkan perusahaan smelter timah PT. Refined Bangka Tin (RBT) milik suami artis Sandra Dewi, Harvey Moeis, untuk tetap beroperasi atau melakukan kegiatan operasional perusahaan. Tak hanya PT. RBT, PT. Tinindo Internusa ITI), PT. Sariwiguna Binsa Sentosa (SBS), CV. Venus Inti Perkasa (VIP), PT. Stanindo Inti Perkasa (SIP), di Kota Pangkalpinang juga masih dibolehkan beroperasi.
Kepala Badan Pemulihan Aset Kejagung RI, Amir Yanto, menyebut lima smelter ini tetap dikelola agar tidak rusak dan memberikan peluang usaha dan pekerjaan kepada masyarakat Bangka Belitung (Media Indonesia.com).
Kemudahan demi kemudahan bagi para koruptornya atau yang sudah maling uang rakyat sudah lumrah dan menjadi berita "biasa." Kemudahan mereka keluar lapas atau rutan yang penting punya uang tutup mulut bagi petugas, seperti kasus Gayus Tambunan yang bisa jalan-jalan ke Bali itu bukan hal aneh. Sampai koruptor yang mendapatkan fasilitas mewah di rutan atau lapas itu juga sudah biasa. Yang tidak biasa dilakukan pemerintah beserta jajarannya adalah menegakan keadilan seadil-adilnya, baru ini langka.
Rakyat sengsara dan miskin itu biasa, yang tidak biasa adalah hukum bisa memiskinkan orang yang sudah terang-terangan korupsi uang rakyat. Rakyat kelaparan itu biasa, yang tidak biasa adalah pejabat jujur yang anti korupsi dan anti menyengsarakan rakyat. Rakyat tidak punya rumah dan tinggal di kolong jembatan itu biasa, yang tidak biasa adalah apabila pejabat negara hidup seadanya dan sederhana karena hakikatnya mereka dibiayai rakyat untuk mengatur dan menyelesaikan masalah negeri ini.
Remisi demi remisi bagi narapidana kelas teri apalagi kelas kakap itu sangat biasa, karena ketika punya uang, siapapun bisa melakukan apapun. Karena uang adalah segalanya di negeri ini. Rakyat miskin jangan berani bicara ini itu karena miskin artinya tidak bisa melakukan apapun, mencuri singkong untuk makan saja bisa di penjara, hanya karena dia miskin. Kapitalisme dan uang memang berkawan baik, maka selamanya tidak akan bisa dipisahkan. Kebenaran dalam sistem kapitalis hanya ilusi yang mustahil diwujudkan karena pada asasnya berdirinya sistem ini bukan untuk menegakkan kebenaran tapi untuk menegakkan kedudukan dan kekuasaan juga kekuatan orang-orang berduit saja.
Wajar kalau melakukan kemaksiatan atau malakukan sesuatu yang melanggar hukum tidak akan dihukum dengan hukum yang menjerakan, karena tujuan dari sistem ini bukan menjerakan orang salah tapi menyuburkan orang-orang rusak dan melanggengkan sistem yang bukan berasal dari Sang Khalik.
Pantas saja, pemerintah sekarang begitu repsesif terhadap siapapun yang menyuarakan sistem Islam yang berasal dari Sang Pencipta, karena hal itu bertentangan dengan sistem kapitalis yang asasnya adalah manfaat dan materi bukan kebenaran. Lalu sebagai seorang masihkan kita mau hidup di bawah sistem yang asasnya juga keliru juga akan melahirkan dan melanggengkan orang-orang keliru juga? Masihkah kita meragukan Islam sebagai satu-satunya hukum yang pantas untuk diterapkan di muka bumi padahal hukum tersebut adalah hukum dari Pencipta kita sendiri? Semoga kita termasuk orang-orang yang diberikan taufik dan hidayah.
Wallahu'alam.
Via
Opini
Posting Komentar