Opini
Sahabat Suka Duka Selamanya
Oleh: Umi Hanifah
(Aktivis Muslimah Jember).
TanahRibathMedia.Com—Suami istri ibarat sahabat, suka duka di jalani bersama, tempat curhat yang menyenangkan, saling membantu, menyayangi satu sama lain serta ada ketenangan ketika berada disisinya. Allah Swt. telah menggambarkan hal tersebut dalam surat Ar-Rum ayat 21:
“Dan di antara tanda-tanda (kebesaran)-Nya ialah Dia menciptakan pasangan-pasangan untukmu dari jenismu sendiri, agar kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan Dia menjadikan di antaramu rasa kasih dan sayang. Sungguh, pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi kaum yang berpikir.”
Ketenangan akan melahirkan kebahagiaan, sehingga suami istri bisa menjalani peran masing-masing dengan maksimal. Ayah akan semangat mencari nafkah dan melindungi keluarganya dari bahaya fisik maupun arus lingkungan yang merusak. Ayah juga memastikan kalau anak-anaknya taat kepada Allah Swt. kapanpun dan di manapun. Tentu ia akan memberikan keteladanan dalam kesehariannya, sebelum memerintahkan taat.
Ibu juga akan mengurusi kebutuhan anak-anak dengan bahagia agar mereka sehat, dan mudah untuk di ajak dalam ketaatan karena kebutuhan dasarnya sudah terpenuhi. Ayah dan ibu bekerjasama dalam mendidik anak-anaknya, tidak ada yang merasa lebih banyak jasanya karena mereka sadar akan peran masing-masing kelak ada pertanggungjawaban disisi Allah Swt..
Tentu saja anak-anak akan tumbuh baik dan kuat, karena mereka mendapatkan kasih sayang dan keteladanan dari rumah. Rumah yang hangat akan membuat penghuninya betah berada di dalamnya, ibaratnya rumahku adalah surgaku.
Ada beberapa kunci rumah tangga sakinah dan membuat suami istri bak sahabat:
Pertama, paham bahwa menjalani rumah tangga adalah ibadah terlama. Suami istri sadar akan kewajiban dan hak masing-masing. Mereka akan menjalaninya dengan optimal karena ibadah adalah bentuk ketundukan kepada Allah Swt.. Ketika suami bekerja keras mencari nafkah maka ia paham hal itu adalah akan mendatangkan rida Allah. Istri, ketika menjalani perannya mengurusi anak-anak dan suami juga atas landasan kesadaran bahwa itu adalah perintah Allah.
Kedua, bersabar atas ujian yang diberikan Allah, misalnya terkait ekonomi yang sulit karena harga berbagai kebutuhan melonjak sedang pendapatan suami kurang mencukupi maka istri tetap bersabar atas qadha Allah. Kesabaran istri akan memberikan ketenangan suami untuk tetap istikamah, sebaliknya ketika istri menuntut nafkah yang di luar kemampuannya maka bisa jadi suami akan melakukan kecurangan demi menyenangkan istri.
Ketiga, suami dan istri saling menyadari bahwa pasangannya adalah manusia biasa, bisa jadi punya kelebihan dan juga kekurangan. Ketika terjadi salah paham maka istri atau suami akan mendiskusikannya demi solusi terbaik, tidak saling menyudutkan bahkan menyalahkan. Mereka sama-sama paham ketika ada kerikil dalam rumah tangga, harus dikomunikasikan dengan baik maka semuanya akan tuntas.
Keempat, hadirnya negara dalam mengurusi kebutuhan rakyatnya menjadikan kehidupan rumah tangga berjalan dengan baik. Ketika kebutuhan pokok masyarakat terpenuhi maka emosi mudah dikendalikan, bisa berpikir dengan jernih sehingga ketika ada masalah tidak berlarut-larut.
Sungguh indah kehidupan rumah tangga yang di landasi iman dan mencari rido Allah Swt. semata. Pemimpin melayani dengan baik, maka rumah tangga masyarakatnya akan bisa berjalan dengan tenang.
Namun dalam sistem sekularisme kapitalis saat ini, kehidupan suami istri sering seperti atasan bawahan, mencurigai satu sama lain, persaingan, dan pertengkaran kerap terjadi hanya karena masalah sepele. Mereka membangun rumah tangga hanya karena landasan cinta, harta, sering juga karena hamil yang tidak diinginkan. Mereka juga tidak punya tujuan dalam menjalaninya. Sistem yang mengabaikan agama dalam mengatur kehidupan membuat manusia jauh dari panduan, akhirnya salah jalan, tersesat dan sengsara.
Fakta menyesakkan, suami membunuh istri, ibu membunuh buah hatinya, dan KDRT sering menghiasi kehidupan rumah tangga hari ini. Jangankan ketenangan, kehidupan rumah tangga justru menjadi sarang kekerasan dan baku hantam akibatnya rumah bak neraka. Ketika terjadi perceraian, anak-anak menjadi korban ego orang tuanya, pergaulan bebas, narkoba, keras kepala, tawuran, bullying adalah dampak dari masalah orang tuanya.
Sungguh penerapan sistem sekularisme kapitalis menciptakan bencana bagi rumah tangga, dan hanya dengan penerapan Islam sajalah kehidupan rumah tangga mendatangkan ketenangan dan kebahagiaan.
Allahu a’lam
Via
Opini
Posting Komentar