Tsaqafah
Tak Kan Pernah Bertakwa Selama Masih Sekuler
Oleh: Muhammad Syafi'i
(Aktivis Dakwah)
TanahRibathMedia.Com—Target ibadah puasa di bulan Ramadan adalah menjadikan hamba-hamba yang bertakwa. Namun predikat takwa selamanya tidak akan pernah diraih, jika sekularisme masih menuntun dalam kehidupan.
Takwa bermakna menjalankan seluruh perintah Allah dan menjauhi seluruh larangan-Nya. Makna ini sesuai dengan penjelasan Ali bin Abi Thalib radhiyallahu 'anhu dan Umar bin Abdul Azis.
Ali bin Abi Thalib radhiyallahu 'anhu mendefinisikan takwa sebagai takut kepada Allah, beramal sesuai yang diperintahkan (Al-Qur'an dan As-sunnah), menerima dengan yang sedikit dan selalu senantiasa bersiap-siap menempuh untuk hari perjalanan menghadap Allah.
Umar bin Abdul Azis menerangkan bahwa ketakwaan kepada Allah bukanlah terletak pada puasanya seseorang di siang hari dan salatnya di tengah malam maupun hal-hal yang dia kerjakan di waktu-waktu itu, akan tetapi ketakwaan kepada Allah terletak pada meninggalkan apa-apa yang diharamkan Allah dan meninggalkan semua kewajiban yang Allah perintahkan dan barang siapa yang diberi rezeki sesudah itu maka itu merupakan kebaikan sesudah kebaikan.
Sementara sekularisme bermakna pemisahan agama dari kehidupan.
Dalam kamus Oxford sebagaimana dikutip dalam liputan6.com, sekularisme diterjemahkan sebagai doktrin bahwa moralitas harus semata-mata didasarkan pada atas umat manusia dan kehidupan, dengan membuang semua pertimbangan yang diambil dari keyakinan pada Tuhan atau hari akhirat.
Nurcholish Madjid alias Cak Nur, mendefinisikan sekularisme sebagai suatu paham yang menyatakan bahwa Tuhan tidak berhak mengurusi masalah manusia secara duniawi. Masalah-masalah duniawi tersebut harus diurus dengan cara lain yang tentunya tidak datang dari Tuhan.
Dari definisi di atas, jelaslah konsep takwa dengan sekularisme sangatlah bertolak belakang. Takwa menuntut taat pada Allah dengan menjalankan seluruh perintah dan menjauhi seluruh larangan Allah. Sedangkan sekularisme justru melarang mengikuti semua perintah Allah. Jika menyangkut urusan politik, ekonomi dan urusan publik lainnya, aturan agama harus diabaikan. Bahkan membawa-bawa ajaran agama dalam urusan kehidupan dianggap akan menimbulkan kekacauan dan dicap sebagai tindakan yang melanggar layaknya tindakan kriminal.
Kenyataannya sekularisme selalu menghalangi kaum muslimin menjadi bertakwa. Di negeri yang mayoritas muslim ini saja, organisasi Islam yang berjuang menegakkan syariah dipaksa bubar. Padahal tidak akan mungkin seorang muslim bisa meraih takwa tanpa menegakkan syariah secara kafah. Sebab syariat Islam berisi tentang perintah dan larangan Allah subhanahu wa ta'ala yang harus selalu menjadi tuntunan bagi mereka yang bertakwa.
Para khatib dan dai pernah mendapat tekanan untuk tidak menyinggung masalah politik di mimbar-mimbar masjid. Bahkan sampai hari ini masih banyak yang enggan menyampaikan masalah politik di mimbar-mimbar masjid karena khawatir mendapat teguran dari berbagai pihak. Padahal untuk meraih takwa umat mesti memperoleh pemahaman yang menyeluruh tentang berbagai masalah kehidupan lalu hukum atas semuanya berdasarkan syariat Islam. Termasuk masalah politik dan pemerintahan harus sesuai dengan syariat Islam. Jika tidak, politik dan pemerintahan akan berjalan sesuai hawa nafsu manusia. Tentu kondisi ini jauh dari perilaku orang yang bertakwa.
Kenyataan lainnya, memang di bulan Ramadan masjid lebih ramai dibanding sebelumnya. Tempat hiburan malam ditutup selama bulan Ramadan. Kaum Muslimin lebih banyak membaca Al-Quran, lebih semangat mengerjakan salat sunnah, lebih banyak dalam bersedekah, namun di waktu yang sama praktik transaksi ribawi tetap berlangsung di bulan Ramadan, bahkan mengalami peningkatan.
Bukannya meraih takwa, keterlibatan seorang muslim dengan riba justru akan mendatangkan murka Allah dan diganjar dengan dosa besar yang tidak terhapus dengan hanya mengandalkan amalan ibadah di bulan Ramadan.
Masih banyak fakta-fakta lain yang menunjukkan bahwa sekularisme yang diterapkan dalam kehidupan umat Islam hari ini merupakan penghalang besar bagi umat Islam meraih predikat takwa. Untuk itu, harus ada upaya serius untuk menghilangkan sekularisme dari kehidupan kita jika ingin meraih predikat takwa.
Berikut tips untuk menghilangkan sekularisme sekaligus mewujudkan cita-cita menjadi orang yang bertakwa.
Pertama, luruskan akidah kita. Meluruskan akidah dengan kembali memikirkan jawaban yang benar atas tiga pertanyaan mendasar manusia, dari mana manusia berasal? Untuk apa manusia hidup? Akan kemana setelah mati? Setelah kembali menemukan Islam sebagai jawabannya, berpegang teguh lah dengan akidah Islam sekuat-kuatnya.
Kedua, buang jauh-jauh sekularisme dan akidah lain yang bertentangan dengan akidah Islam serta berbagai pemikiran turunan dari sekularisme maupun akidah lainnya.
Akidah lain semisal materialisme yang melahirkan ideologi komunisme. Sedangkan pemikiran turunan dari sekularisme antara lain kapitalisme, liberalisme, hak asasi manusia, demokrasi dan pluralisme.
Ketiga, meninggalkan seluruh aktivitas yang bertentangan dengan syariat Islam. Seperti riba, politik demokrasi, zina, minuman keras, judi, ghibah termasuk korupsi. Sekaligus memohon ampunan Allah.
Keempat, memaksimalkan amal salihh dan mendakwahkan Islam kafah. InsyaAllah predikat takwa bisa kita raih.
Via
Tsaqafah
Posting Komentar