Opini
Bencana Berulang, Mengapa Terus Diundang?
Oleh: Sunaini, S.Pd, CTrQ.
(Sahabat Tanah Ribath Media)
TanahRibathMedia.Com—Tahun 2024 negeri ini kembali diberi sederet ujian bencana alam mulai dari gunung marapi meletus, banjir di mana-mana serta tanah longsor. Selain bencana alam penjajahan kaum muslimin di Palestina juga tidak kunjung berakhir. Begitu pun dengan kasus kriminal yang makin hari makin meningkat.
Terbaru, dikutip dari laman cnn.indonesia.com (12-05-2024) bahwa telah terjadi banjir bandang di Kabupaten Agam, Sumatera Barat hingga menewaskan 15 orang, juga korban luka-luka yang masih sedang dievakuasi. Selain itu, bencana banjir bandang ini telah meluluhlantakkan bangunan dan menyebabkan jalan raya putus total.
Bencana alam ini telah menyedot perhatian, terutama pengguna media sosial yang menyaksikan keluarga di kampung halaman telah berduka. Kesedihan yang mendalampun serta doa juga dipanjatkan sebagai bentuk kepedulian terhadap sesama.
Lantas, sebagai seorang muslim bagaimana kita seharusnya memandang peristiwa ini. Apakah sekadar melihat dari sisi bencana alam saja? Atau melakukan evaluasi atau muhasabah diri?
Kelalaian Manusia dan Peringatan dari Allah Sang Maha Pencipta
Terjadinya bencana di berbagai tempat bisa disebabkan karena alam maupun karena ulah tangan manusia. Banyaknya korban dan berulangnya bencana menunjukkan bahwa adanya pengaturan lingkungan yang belum komprehensif dan bijaksana dari manusia.
Bagaimana tidak, hari ini lingkungan hidup baik jalan, tanah, hutan, pemukiman di atur oleh sistem kapitalisme-sekulerisme. Sistem ini senantiasa tidak menggunakan aturan Allah Subhanahu wa Ta'ala. Misalnya, proyek jalan mengandalkan investor yang basisnya riba. Padahal riba jelas bertentangan dengan hukum Allah. Kemudian penataan tempat wisata yang bebas maksiat. Meskipun ada larangan tertulis, namun dengan tersedianya "tenda romantis" menarik pasangan muda-mudi untuk bermaksiat.
Jelaslah aturan kapitalisme-sekularisme adalah akar masalah yang banyak tidak disadari oleh banyak kalangan. Jadi bencana alam bukanlah sekadar fenomena alam saja. Namun, disebabkan oleh ulah tangan manusia.
Allah Subhanahu wa Ta'ala telah memperingatkan hamba-Nya yang beriman terkait bencana alam,
ظَهَرَ ٱلْفَسَادُ فِى ٱلْبَرِّ وَٱلْبَحْرِ بِمَا كَسَبَتْ أَيْدِى ٱلنَّا سِ لِيُذِيقَهُم بَعْضَ ٱلَّذِى عَمِلُوا۟ لَعَلَّهُمْ يَرْجِعُونَ
Artinya: "Telah tampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar)." (QS Ar-rum:41).
Sebagai kaum muslimin sudah sepantasnya menggunakan segenap kemampuan akal untuk memikirkan bahwa, bencana alam ini terjadi akibat ulah tangan manusia. Allah menginginkan hamba-Nya agar sadar dan kembali kepada aturan Islam secara kafah.
Butuh adanya negara yang menerapkan sistem kehidupan Islam. Karena, aturan Islam akan mempertimbangkan sebaik mungkin pembangunan jalan, pelebaran tanah, lahan maupun pemukiman. Hal ini diperhatikan guna menjaga kelestarian alam. Diterapkan aturan pergaulan di tempat umum (rekreasi) sehingga tidak lagi mengundang bencana alam. Kemudian, Islam juga menerapkan sistem persanksian dengan efek jera, juga sumber dana pembangunan anti riba.
Begitulah Islam dengan penerapan yang kafah (totalitas) yang sudah terbukti dan pasti mengantarkan rahmat dari Allah untuk keberkahan alam semesta dan manusia agar terhindar dari segala bencana.
Maka, sudah saatnya kita kembali kepada aturan Allah yaitu dengan menerapkan Islam secara kafah dalam bingkai Daulah Islamiah.
Wallahu 'alam bisshawab.
Via
Opini
Posting Komentar