Opini
Emansipasi Bukan Tujuan Kartini
Oleh: Naila Ahmad Farah Adiba
(Siswi MAN Batam)
TanahRibathMedia.Com—Miris, peringatan Hari Kartini seolah hanya sebagai ajang tahunan semata. Melakukan pawai atau karnaval dengan pakaian adat maupun pakaian berbagai profesi tanpa pernah memahami hakikat sebenarnya dari Hari Kartini.
RA. Kartini merupakan tokoh muslimah di masa penjajahan dahulu, yang kemudian namanya menjadi santer dibicarakan karena beliau adalah seseorang yang sangat gigih memperjuangkan hak-hak para wanita, yakni bisa mendapatkan pendidikan sebagaimana kaum lelaki.
Namun sayangnya, kini tujuan mulia RA. Kartini seolah disalahgunakan oleh para pegiat feminisme. Mereka menjadikan tokoh RA. Kartini sebagai dalih pembenaran atas apa yang telah mereka perbuat. Mereka mengatakan bahwa feminisme ini berasal dari RA. Kartini, yang dahulu juga menuntut kesetaraan gender antara laki-laki dengan perempuan.
Hal ini jelas adalah pemikiran dan tindakan yang keliru. Beliau hanya memperjuangkan hak-hak para wanita untuk bisa bersekolah dan memiliki pendidikan sebagaimana para lelaki, bukan menuntut kesetaraan gender sebagaimana yang digaungkan oleh para pemuja feminisme saat ini.
Perlu diketahui, RA. Kartini adalah seorang muslimah yang sangat taat terhadap perintah Allah Subhannahu Wata'ala. Maka sangat tidak mungkin apabila beliau merintis perihal feminisme tadi. Pada faktanya, feminisme bukan menjadi solusi atas tertindasnya perempuan, keberadaannya malah makin memperburuk keadaan.
Pada hakikatnya, perempuan dan laki-laki sudah Allah ciptakan sepaket dengan fitrah yang telah diberikan pada masing-masing mereka. Maka, tidak mungkin Allah salah dalam menciptakan setiap hamba-Nya.
Fakta bahwa fitrah antara laki-laki dan perempuan berbeda, seharusnya tidak menimbulkan iri dan dengki di hati para wanita sendiri. Allah yang telah menciptakan kita, tentu tahu mana yang lebih baik untuk kita, dan mana yang buruk untuk kita.
Nah, seharusnya dengan segala potensi yang telah Allah anugerahkan kepada kita, hal itu dimanfaatkan untuk berbuat kebaikan dan menabung pahala untuk kelak di akhirat. Tapi sayangnya, hal itu sangat susah untuk direalisasikan di tengah sistem yang diterapkan saat ini.
Maraknya pemikiran mengenai feminisme ini, tentu tidak terlepas dari peran masing-masing individu yang sudah teracuni oleh pemikiran Barat perihal kesetaraan gender ini.
Ditambah dengan pemahaman tsaqofah atau pengetahuan Islam yang kurang didalami, mengakibatkan banyak dari mereka yang langsung menelan bulat-bulat ide feminisme tersebut, tanpa mencoba untuk mengkaji lebih lanjut. Sehingga dengan mudahnya mereka menyebarkan ide-ide tersebut, sekalipun itu adalah ide bathil.
Kemudian individu-individu yang sebagian besar cenderung apatis dan tak peduli, sehingga menghasilkan lingkungan yang tidak melakukan tugas sebagaimana mestinya. Masyarakat yang seharusnya bertugas untuk melakukan amar makruf nahi mungkar, dengan adanya sikap tersebut bisa dipastikan tidak akan pernah terjadi.
Dari beberapa faktor di atas, akhirnya sampailah kita pada satu kesimpulan akhir yakni berbagai problem yang terjadi saat ini, termasuk menyebarnya ide feminisme dalam kehidupan masyarakat disebabkan oleh tidak diterapkannya syariat Islam secara sempurna, sehingga tidak adanya sanksi yang tegas bagi para pelanggar syariat-syariat Allah Subhannahu Wata'ala.
Maka, apa yang bisa kita lakukan untuk memutus mata rantai feminisme ini? Tentu saja yang pertama adalah dengan membentengi diri sendiri dan keluarga dengan mengkaji tsaqofah Islam secara mendalam. Lalu kemudian mendakwahkannya ke tengah umat. Sehingga perlahan akan terwujud masyarakat dan negara yang bersatu dalam satu kepemimpinan, yakni Daulah yang akan menerapkan syariat Islam secara sempurna.
Maka, teruslah berdakwah dan berjuang, hingga kelak syariat Islam bisa diterapkan dengan sempurna di seluruh penjuru alam.
Wallahu a'lam bish showwab.
Via
Opini
Posting Komentar