Opini
Hari Pendidikan Nasional, Akankah Membawa Perubahan?
Oleh: Naila Ahmad Farah Adiba
(Siswi MAN Batam)
TanahRibathMedia.Com—Pada 2 Mei diperingati sebagai Hari Pendidikan Nasional. Pelaksanaan upacara setiap tahunnya turut mewarnai sebagai bentuk memperingati dan mengingat setiap perjuangan para pejuang pendidikan. Namun sepertinya tidak menimbulkan perubahan apapun bagi sistem pendidikan itu sendiri.
Bagi Gen Z mungkin merasakan bagaimana susahnya beradaptasi dengan kurikulum yang sudah berkali-kali diganti. Dari kurikulum KTSP 2006, Kurikulum K13, dan kemudian dicetuskannya kurikulum merdeka.
Kurikulum merdeka dicetuskan dengan harapan mampu membuat semangat belajar para siswa meningkat sehingga tidak terjadi krisis sumber daya manusia.
Sudah bertahun-tahun upacara memperingati Hari Pendidikan Nasional ini dilaksanakan, namun tidak menimbulkan perubahan yang signifikan bagi sistem pembelajaran di negeri ini. Terlebih lagi, menurunnya semangat belajar para siswa yang diakibatkan jenuh akibat dari menumpuknya tugas dan PR yang diberikan.
Sehingga siswa yang seharusnya belajar dengan senang dan semangat, malah harus dihadapkan dengan tugas yang seolah tak ada habisnya. Hal ini menimbulkan kejenuhan dan kejumudan berpikir para generasi muda.
Generasi yang seharusnya menjadi pilar atau agen perubahan, malah seolah menyerah dengan masa depan. Tentu saja hal ini tak terlepas dari sistem yang diterapkan saat ini, yang menjadikan semuanya sebagai bisnis, termasuk dalam ranah pendidikan.
Sehingga fokus utama mereka bukan lagi membentuk generasi yang mampu merubah masa depan menjadi lebih terang dengan agama Islam. Melainkan hanya sebagai ladang bisnis mereka.
Tentu saja hal ini sudah sangat jauh dari ketika Islam diterapkan. Ketika Islam menguasai dunia, seluruh aspek kehidupan diperhatikan kesejahteraannya. Termasuk di dalamnya adalah pendidikan. Dalam Daulah Islam, pembentukan karakter adalah hal yang utama. Bukan lagi soal bisnis, karena seluruh biaya pendidikan ditanggung oleh Daulah.
Kurikulum yang digunakan dalam pendidikan pun bukan kurikulum abal-abal. Kurikulum tersebut mengacu pada pendidikan ala Rasulullah yang terbukti sukses mengahasilkan para pemuda yang tidak hanya kuat fisiknya, tapi juga kuat secara iman dan pemikiran.
Sehingga tidak ditemukan pemuda yang krisis identitas ataupun jenuh karena menuntut ilmu. Mereka bersuka cita dalam menuntut ilmu karena menyadari akan keutamaan seorang penuntut ilmu. Maka wajar apabila dahulu Islam mampu berjaya dengan waktu yang sangat lama, 1400 tahun lamanya atau setara dengan 14 abad.
Para pemudanya saja merupakan pemuda yang berkualitas, sehingga hasil yang didapatkan pun maksimal. Maka, jika hanya merayakan atau memperingati hari pendidikan nasional setiap tahunnya, tapi tidak ada kesadaran untuk melakukan suatu perubahan, maka mustahil kita mampu merubah peradaban jika para generasi mudanya saja enggan untuk berubah.
Oleh karenanya, tugas kita saat ini adalah terus mengkaji dan mempelajari Islam secara sempurna agar tidak salah paham dalam memahami Islam. Setelah mempelajarinya, maka sebarkanlah ilmu tersebut. Karena ilmu yang tidak disebarkan dan hanya disimpan untuk diri sendiri, lama kelamaan akan lupa dan hilang tak berbekas. Sebagaimana air akan keruh apabila ia tidak mengalir.
Terus berjuang dan berdakwah menyampaikan Islam kaffah. Karena mustahil kita mendapati kurikulum yang sesuai dengan syariat Islam di dalam sistem sekularisme ini. Maka, jangan pernah lelah untuk menyebarkan kebaikan dan kebenaran, hingga kelak Daulah Islam tegak di seluruh penjuru alam.
Wallahu a'lam bish showwab
Via
Opini
Posting Komentar