Opini
Hari Pendidikan Nasional, Bergerak Bersama dengan Kurikulum Islam yang Sistemis
Oleh: Yauma Bunga Yusyananda
(Alumni Universitas Pendidikan Indonesia, Member Ksatria Aksara Kota Bandung)
TanahRibathMedia.Com—Bagi para pendidik dan pelajar, Bulan Mei identik dengan Hari Pendidikan Nasional.
Berdasarkan Peraturan Presiden Tahun 1959, tanggal 2 Mei ditetapkan sebagai Hari Pendidikan Nasional (Hardiknas) yang diambil dari hari lahir Ki Hajar Dewantara sebagai pelopor pendidikan nasional yang sudah berjasa agar sekolah dan pendidikan di Indonesia mampu dirasakan oleh semua kalangan. Karena belajar adalah kewajiban dan mendapatkan pendidikan yang layak adalah hak bagi semua generasi.
Adapun hal terpenting ketika kita berbicara pendidikan ternyata bukan perihal bangunan yang bagus atau pakaian seragam yang beragam, konsep dan landasan yang mampu menopang pendidikan agar sesuai tujuan dan melahirkan generasi unggul kuncinya ada pada kurikulum yang digunakan dalam sistem kenegaraan yang sejalan juga dengan tujuan negara yang dibangun.
Kurikulum sifatnya bukan sekadar teoritis dengan tujuan yang rumit, namun haruslah memiliki prinsip yang kuat mencetak generasi yang aplikatif serta mampu menjawab tantangan demi tantangan yang ada dalam kehidupannya sesuai dengan Yang Maha Menciptakan mereka yakni Al Khalik, Allah Subhanahu wa ta’alaa.
Jika kurikulum sekadar teori campur tangan manusia yang hanya menambahkan saja perihal agama sebagai sentuhan yang tak terlupakan, maka ini adalah kekurangan yang keliru. Karena agama harusnya menjadi landasan serta kepemimpinan berpikir dalam diri generasi. Agama yang dimaksud juga bukan sekadar agama yang mengatur hubungan generasi ini dengan generasi lainnya ataupun hanya mengatur hubungan dirinya dengan tuhannya saja.
Akan tetapi agama yang dimaksudkan adalah yang memiliki aturan sistematis dalam segala aspek kehidupan yang lurus yang memang sudah dipersiapkan oleh Allah. Kurikulum kehidupan kita sejatinya adalah Islam, dan guru teladan terbaiknya adalah Rasulullah shalllahu’alaihi wasalam dengan bimbingan wahyu dari Allah melalui para malaikat-Nya.
Jadi jika kita ingin generasi ini menjadi generasi yang unggul, yang harus sangat diperhatikan adalah kurikulumnya. Kita ketahui negeri ini sibuk dengan bahasan kurikulum yang berganti-ganti sesuai dengan kebijakan dari pemerintahan, dan untuk kurikulum yang kita gunakan sekarang adalah 'Kurikulum Merdeka Belajar'.
Ini sudah diumumkan sejak 22 April 2024, bahwa tema dari Hardiknas tahun ini masih seputar Merdeka Belajar yaitu Bergerak Bersama, Lanjutkan Merdeka Belajar.
Kita pikirkan kembali dengan kurikulum ini, salah satu anggota Komisi X DPR RI, Ferdiansyah pernah memberikan penjelasan tentang 3 klasifikasi Kurikulum Merdeka yaitu pembelajaran berbasis proyek untuk pengembangan soft skills dan karakter sesuai profil pelajar Pancasila. Selanjutnya, fokus pada materi esensial, sehingga ada waktu cukup untuk pembelajaran kompetensi dasar seperti literasi dan numerasi, dan yang terakhir, fleksibilitas bagi guru untuk melakukan pembelajaran yang terdiferensiasi sesuai dengan kemampuan peserta didik, dan melakukan penyesuaian dengan konteks dan muatan lokal.
Jika kita rangkum bahwa generasi ini dicetak agar pendidikan yang mereka terima akan memudahkan mereka bekerja, tetap up to date dalam literasi dan kemampuan berhitung dan tidak mau merepotkan guru dalam hal mengajar. Namun apakah hal tersebut sesuai dengan kondisi lapangan? Maka ini memang harus dirombak dari landasannya.
Mungkin pemerintah atau yang memiliki kebijakan saat ini juga sedang kebingungan pasalnya mereka kerap mencari cara agar generasi ini tertarik dengan belajar, seperti mengadakan konser dengan menggandeng artis ternama yaitu "Konser Musikal Memeluk Mimpi-Mimpi Terinspirasi Program Merdeka Belajar," yang juga mengajak Isyana Saraswati hingga Sherina untuk menarik generasi saat ini yang sudah diadakan 25 April 2024 di Teater Jakarta ( liputan6.com 26-04-2024 ).
Sudahilah memaksakan hal yang memang tidak sesuai fitrah manusia, walaupun seolah memang cocok dengan keinginan generasi, namun bukan hal itu yang mereka butuhkan. Mereka membutuhkan pondasi yang kuat sebagai spirit juang dalam pendidikan. Dan hal tersebut hanya dimiliki oleh bahasan yang diawal tentang Islam.
Islam memang di framekan sebagai hal yang membosankan, nasihat-nasihat dan seolah tidak friendly dengan semua kalangan. Namun jika kita mau membuka pikiran, telinga dan hati kita, bahwa zaman senantiasa bergerak dan Allah sudah berikan aturan yang mampu menjawab segala keluh kesah dan problem yang sudah pernah terjadi di masa lalu.
Tidak akan menyesal jika kita mengambil Islam sebagai jalan kehidupan kita, dan dengan Islam terbukti bahwa peradaban gemilang lahir dan memunculkan ahli yang tidak dalam satu keilmuan saja karena mereka menerapkan kurikulum yang terintegrasi dengan fitrah manusia yang Allah inginkan. Memang tidak bisa setengah-setengah, atau hanya sekadar menggunakan Islam sebagai sentuhan pemanis saja dalam kurikulum dengan sistem yang salah, maka kita harus bergerak bersama melanjutkan kurikulum Islam yang dulu pernah berjaya menjadi kurikulum sahih selanjutnya, itulah yang seharusnya digaungkan pada bulan pendidikan ini dan seterusnya sehingga ummat tersadar bahwa hanya Islam kunci dari segala kesuilitan dan problem yang ada saat ini.
"Bacalah dengan menyebut nama Tuhanmu yang menciptakan. Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah yang Maha Pemurah, yang mengajarkan manusia dengan perantaraan pena, Dia mengajarkan manusia apa yang tidak diketahuinya." (QS Al ‘Alaq 1-5).
"Dia memberikan hikmah kepada siapa yang dikehendaki-Nya. Barangsiapa diberi hikmah, ia benar-benar telah diberi kebaikan yang banyak. Dan tidaklah mengingat (perintah-perintah Allah) kecuali orang-orang yang berakal." (QS Al Baqarah 269).
Islam tidak ditujukan hanya untuk muslim, namun untuk seluruh manusia yang berakal, karena Allah sudah mengetahui pendidikan yang hebat bagi seluruh makhluk-Nya yang berakal.
Wallahu’alam bi shshowab.
Via
Opini
Posting Komentar