Opini
Impor, Solusi bagi Negara Sekuler Kapitalistik
Oleh: Fadia Nur Baiti
(Mahasiswi Politeknik Negeri Jakarta)
TanahRibathMedia.Com—Menurut Holding BUMN Pangan, PT Rajawali Nusantara Indonesia/RNI (Persero), ada sejumlah importasi bahan pangan yang ditugaskan kepada mereka namun terlambat masuk ke Indonesia. Komoditas pangan itu yakni gula kristal putih, bawang putih, dan daging beku. Direktur Utama ID Food Frans Marganda mengatakan ketiga komoditas itu akan masuk malah setelah Lebaran 2024. Adapun rencana impor daging sapi beku untuk setahun 20.000 ton, gula kristal putih (bahan baku gula) 296.000 ton, dan bawang putih (antaranews.com, 20-03-2024).
Impor seolah menjadi solusi bagi negara sekuler kapitalistik. Padahal faktanya kebijakan impor tidak akan pernah mampu mengatasi masalah. Justru yang ada hanyalah ketergantungan untuk terus melakukan impor dan atau menaikkan harga pangan. Bukankah ketergantungan pada impor sejatinya dapat mengancam kedaulatan negara? Hal ini menunjukkan bahwa pemerintah hanya terfokus pada untung rugi, bukan pada kesejahteraan masyarakat. Oleh karena itu, negara seharusnya mencari solusi agar menjadi negara mandiri dan berdikari.
Indonesia yang kaya akan kebutuhan pangannya, kini berubah total menjadi negara yang doyan impor. Kapitalisme telah berhasil mengubah negeri ini menjadi negeri importir pangan. Walhasil, tidaklah heran jika setiap kebijakan pemerintah akan senantiasa diarahkan untuk kepentingan para kapital atau pemilik modal. Pada akhirnya para pemilik modal yang besar yang akan mengendalikan pasokan bahan pangan dan menentukan harga komoditas secara leluasa di pasaran.
Namun yang sangat disayangkan, pemerintah justru tunduk kepada para kapital yang menguasasi komoditas pangan. Tentu, inilah yang menjadikan impor terus berulang dan kenaikan harga pangan tak dapat dikendalikan. Lagi-lagi rakyat harus bertahan sendiri dengan kondisi kebijakan yang karut marut ini.
Kondisi demikian sangat berbeda jauh dengan Islam ketika diterapkan. Islam mewajibkan negara berdaulat, mandiri, dan mewujudkan kesejahteraan. Berbagai upaya akan dilakukan negara secara maksimal termasuk membangun infrastruktur berkualitas, berinovasi meningkatkan teknologi tepat guna dan berkemampuan tinggi, serta memberikan subsidi pada rakyat yang membutuhkan termasuk petani dan peternak yang kurang modal atau tidak memiliki modal.
Negara Islam dengan menerapkan sistem Islam secara kafah, mampu men-support rakyatnya. Negara akan memberikan kemudahan dalam mengelola lahan. Bibit, pupuk, obat-obatan akan di-support penuh dengan subsidi besar dari negara sehingga rakyat tidak tertatih-tatih dalam mempertahankan hidupnya. Selanjutnya dalam mekanisme pasar, negara akan terus berusaha mendorong untuk terciptanya keseimbangan dengan menggunakan mekanisme supply and demmand (permintaan dan penawaran) bukan dengan kebijakan pematokan harga seperti saat ini.
Sementara itu, berbagai tindakan kecurangan seperti monopoli pasar, penimbunan, riba dan penipuan akan ditindak tegas sehingga tidak akan ada yang bisa memainkan harga seenaknya sendiri atau semaunya sendiri. Tentu semua ini akan segera tercapai ketika negara ini mengambil seluruh aturan Islam secara kafah untuk diterapkan.[]
Via
Opini
Posting Komentar