Opini
Kebebasan Aspirasi, Mungkinkah Terjadi?
Oleh: Naila Ahmad Farah Adiba
(Siswi MAN Batam)
TanahRibathMedia.Com—Pada 3 Mei kerap kali diperingati sebagai hari kebebasan pers sedunia. Sehingga seharusnya para jurnalis dan wartawan bebas mengeluarkan pendapatnya dan menyebarkan berita kebenaran ke seantero dunia.
Namun sayangnya, hal itu kini tidak dapat terlaksana dengan sempurna. Sebagaimana yang telah kita saksikan bersama, banyak para jurnalis dan wartawan yang berusaha untuk mengabarkan kepada dunia, bahwa P4lestin4 dan G4z4 sedang tidak baik-baik saja. Namun, mereka langsung dibombardir oleh zionis laknatullah 'alaih.
Mirisnya, para pemimpin negeri muslim hanya diam membatu melihat penderitaan saudara muslim lkita disana. Mereka seolah hanya boneka yang mengikuti alur kotor permainan yang mereka lakukan. Berkhianat dan juga menjilat kepada kaum kafir. Mereka diam membisu, hanya menggertak tanpa memberikan kontribusi nyata untuk membantu saudara muslim di G4z4.
Sayangnya, di saat belahan dunia lain merayakan hari pers sedunia, yang katanya setiap orang bebas berpendapat dalam sistem demokrasi, pada kenyataannya itu hanyalah omong kosong belaka. Nyatanya, P4lestin4 sedang berjuang hingga titik darah penghabisan. Bahkan untuk sekadar mengabarkan kejadian kepada dunia, para jurnalis dan wartawan harus rela bertaruh nyawa. Miris memang.
Hal ini tentu saja disebabkan oleh makin banyaknya orang yang bersikap apatis, tak mau tahu, dan seolah abai akan nasib saudara sesama muslim nun jauh di sana. Sehingga menyebabkan orang-orang tak peduli akan kesedihan yang kini menimpa P4lestin4. Mereka mengatakan bahwa masalah di negeri sendiri saja sudah banyak, tidak perlu lagi mengurusi masalah negara lain disaat negara kita masih bergelut dengan banyak problem yang sistemik.
Ini merupakan hasil dari nation state yang selalu dijadikan alasan ketika ingin membantu saudara kita yang berbeda negara. Dengan ikatan nasionalisme ini, kaum muslim makin dijauhkan dari saudara seiman. Hal ini menyebabkan kaum muslimin semakin hari semakin terpecah belah, karena terkotak-kotak akibat nation state.
Ikatan nasionalisme ini bermula ketika Daulah Islam runtuh pada tahun 1924 di kota Istanbul. Sejak saat itulah, umat muslim dijajah dan dipecah belah agar tidak menjadi satu kesatuan yang dapat mengguncang dunia.
Maka, bisa dipastikan, kebebasan mengeluarkan aspirasi mustahil terjadi di sistem demokrasi saat ini. Jangankan untuk mengeluarkan pendapat, untuk melaksanakan kajian tentang keislaman saja kaum muslimin harus sering bersinggungan dengan aparat pemerintahan.
Sistem kapitalisme demokrasi yang berasaskan keuntungan, tentu saja hanya akan berpihak kepada siapa saja yang bisa menghasilkan keuntungan atau manfaat bagi mereka. Sehingga wajar saja apabila sistem ini hanya berpihak kepada para pemilik modal dan para korporat.
Kita yang hanya rakyat kecil, tak akan pernah didengarkan aspirasi maupun keluhannya. Sehingga bagaimana agar segala ketidakadilan ini segera berakhir?
Tentu, tidak lain dan tidak bukan adalah dengan diterapkannya syariat Islam secara sempurna. Karena hanya dengan sistem Islam lah, keadilan itu bisa kita temukan. Pemimpin yang senantiasa menjadikan rida Allah sebagai tujuan, tentu tidak akan melakukan sesuatu yang akan membuat Allah murka. Sehingga, kesejahteraan akan kita dapatkan.
Maka apabila muncul pertanyaan apakah kebebasan beraspirasi bisa kita dapatkan dalam sistem demokrasi ini? Jawabannya adalah tidak mungkin terjadi kecuali dalam Daulah (negara) yang menerapkan syariat Islam secara sempurna.
Wallahu a'lam bish showwab
Via
Opini
Posting Komentar