TENAGEER
Memilih Log-Out dari Dunia, Remaja Tidak sedang Baik-baik Saja
Oleh: Kak Shafa
(MIMÙ…_Muslimah Indramayu Menulis)
TanahRibathMedia.Com—Problema hidup tak hanya dirasakan oleh manusia dewasa, benar kan Sob? Dari sekian wajah innocent usia belia, sudah banyak lho yang merasakan luka dan derita. Anak-anak sampai bayi dalam kandungan turut merasakan pahit dan getirnya kehidupan.
Lho kok bayi juga? Yup, betul Sob. Bayi yang bahkan belum nongol ke permukaan bumi, baru bobo cantik di dalam rahim emaknya, tiba-tiba dipaksa keluar sebelum waktunya, alias diaborsi karena timing-nya engga pas (Kehamilan tidak diinginkan akibat gaul bebas). Andai janin itu bisa ngomong, pasti protes habis-habisan, karena hak hidupnya direnggut paksa.
Kita langsung satset ke kakak-kakak yang udah pake seragam keren, putih abu, sampai level setelahnya, yakni di bangku kuliah. Mereka yang udah sweet seventeen-an, ternyata hidupnya gak kalah rumitnya. Mulai dari timbunan tugas-tugas, tuntutan akan prestasi, gencetan dari teman sebaya, sampai ada yang matanya sembab karena putus cinta. Di seberang jalan, ada juga yang lagi merana sebab pascawisuda lamaran pekerjaan belum juga menemukan hilal-nya, alias ditolakin mulu, Sob! Kebayang desperate-nya. Predikat "pengangguran" tetiba horor bin thriller pangkat seribu, ketimbang nonton film "Train To Busan".
Dilanjut ya Sob, btw sudah pada tahu belum, ada kasus yang masih hangat tapi super tragis dan bikin ngilu. Beberapa hari lalu, Kamis (2/5) pagi, seorang mahasiswi salah satu kampus negeri jurusan kebijakan pendidikan, di Kabupaten Sleman, ditemukan tergeletak dengan kepala berdarah-darah. Dagunya robek dan kemungkinan besar kaki kirinya patah pada bagian paha.
Ternyata Sob, perempuan berusia 19 tahun ini bermaksud log-out dari dunia fana dengan cara melompat dari Flyover Jombor karena sedang ada permasalah keluarga. Tapi di luar ekspektasi korban, setelah melompat, ternyata belum berpindah alam, masih keburu dilarikan ke Rumah Sakit terdekat. Entah kudu ikutan prihatin atau malah lega, yang jelas kabar ini viral dan diberitakan pada laman radar jogja.jawapos.com (3/5).
Sob, kasus semacam ini engga sedikit. Data yang terkuak hanyalah di permukaan. Seperti fenomena gunung es, kasus depresi nyatanya diidap oleh banyak pihak. Kirain yang banyak beban itu mahmud alias mamah muda aja ya Sob, repot ngurus keluarga, susu bayi, diapers, sampai tagihan-tagihan. Nyatanya anak-anak muda yang masih pada kenyes-kenyes, fisik prima, single, belum keamanahan ngerawat bayi dan anak-anak, tak ayal dihentak badai kegalauan juga. Seperti kapal di lautan yang karam akibat hempasan badai. Mental anak muda mudah retak dan diremuk oleh keadaan.
Oleh karena itu Sob, kita kudu waspada dan selalu berjaga-jaga, karena dunia remaja saat ini tidak sedang baik-baik saja. Lalu gimana caranya supaya diri sendiri "save", lalu berikutnya bisa nularin positif vibes ke besti yang lain?
Pertama, dekati Sang Pencipta, yaitu Allah Ta'ala. Karena jiwa kita ada dalam genggaman-Nya, maka sandaran terbaik hanya kepada Allah saja. Dirikanlah salat, perbanyak dan perbaiki kualitasnya. Rasakan kehadiran Allah tiap kali membangun rakaat demi rakaat. Jika setiap bacaan salat diresapi sepenuh hati, niscaya akan mampu menjaga seseorang dari perbuatan keji dan mungkar. Kita jadi engga merasa sepi sendiri, bahkan penjagaan Allah akan diturunkan. Pada saat muncul keinginan untuk menyakiti diri sendiri, tiba-tiba rasa takut akan menyeruak dan mencegah niat buruk tersebut terlaksana. Perbanyak istighfar, dzikir, dan doa.
Kedua, tanamkan muraqabah, yakni perasaan selalu diawasi oleh Allah. Meski pun keterbatasan penglihatan, bikin kita engga bisa menyaksikan Allah secara langsung, tapi yakin ya Sob, 24 jam nonstop Allah selalu memperhatikan hamba-Nya. Sob, udah pada ngelotok kan ayat kursi (Al-Baqarah ayat 255), yang di dalamnya disebutkan bahwa Allah terus menerus mengurus makhluk-Nya, plus tidak mengantuk dan tidak tidur. Jadi wajar dong hati terasa tenang, karena sadar ada Allah yang bakal menjaga dan menolong kita semua.
Ketiga, Sob, menangislah bila harus menangis. Jangan kebanyakan ditahan. Sekali-kali mengekspresikan kesedihan itu boleh, asal sesuai takaran, engga berlebihan. Misal tersedu-sedu mulu sampai 7 purnama sembari meratapi nasib, wah gawat. Engga begitu ya, tapi setelah bongkahan di hati terasa melumer, segera susun kembali kepingan asa, dan lukislah senyum di wajahmu Sob.
Terakhir, kudu sering diingat-inget lagi, alasan mengapa kita dilahirkan ke dunia. Allah, Arrahman Arrahim, mana mungkin sengaja niupin ruh cuma biar kita hidup menderita dan merana. Sebaliknya, lewat tuntunan Islam, kita jadi paham, sejatinya Allah menghendaki ciptaannya menemukan bahagia, selamat dan sentosa. Lewat mana? Yaitu lewat jalan: Adz-dzariyat ayat 56.
Sob, meski ayatnya pendek, tapi maknanya nampol beud. Seperti cermin buram disemprot dan dilap pake "Clink", pantulan gambarnya jadi kinclong. Itulah sensasi yang dirasakan oleh kita, saat akhirnya sadar, hidup ini punya misi besar. Yakni untuk membuktikan pengabdian sebagai hamba lewat ketaatan. Se-simple itu ya Sob. Hidup cuma ajang show of di hadapan Allah.
Lewat gede-gedean sabar, ikhlas, syukur, dan amal saleh. Makanya Sob, dunia ini disebut sebagai 'dar al ibtilaa' atau negeri ujian. Dan biasanya kita akan diuji pada hal yang paling disayangi. Bisa itu keluarga, sahabat, harta benda, jabatan, dsb. Semuanya buat alat nge-tes kualitas kehambaan. Supaya Allah bisa "melihat" mana yang beneran hamba dan mana yang cuma klaim semata, alias ngaku-ngaku.
"Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja) mengatakan: "Kami telah beriman", sedang mereka tidak diuji lagi? Dan sesungguhnya kami telah menguji orang-orang yang sebelum mereka, maka sesungguhnya Allah mengetahui orang-orang yang benar dan sesungguhnya Dia mengetahui orang-orang yang dusta." (TQS. Al-Ankabut: 2-3)
Semuanya, dengan izin Allah, akan membuat mental kita jadi kuat lho Sob. Panas terik, hujan badai mampu dilewati, asal kita juga membuka diri untuk melingkar dalam majelis ilmu bersama dengan mereka yang seiya dan sekata dalam iman dan takwa. Karena kebaikan itu menular, maka akan tersuasanai untuk terus gercep dalam kebaikan. Sama-sama di hatinya terisi dengan nama Allah. Sama-sama follower-nya Nabi Muhammad. Sama-sama seneng hidup di dalam rambu-rambu syariat.
Wallahu a’lam bish-shawwab.
Via
TENAGEER
Posting Komentar