Opini
Merdeka Belajar Membentuk Generasi Emas?
Oleh: Ai Qurotul Ain
(Pemerhati Kebijakan dan Praktisi Pendidikan)
TanahRibathMedia.Com—Dalam upacara peringatan Hari Pendidikan Nasional (Hardiknas) Tahun 2024 dan Hari Otonomi Daerah (Otda) XXVIII Tingkat Provinsi Sumbar di halaman Kantor Gubernur Sumbar, Kamis (2-5-2024), Wagub Audy Joinaldy, membacakan pidato Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Mendikbudristek) Nadiem Makarim yang menyatakan bahwa gerakan Merdeka Belajar ditujukan untuk memahami tantangan dan peluang dalam memajukan pendidikan Indonesia (Top satu, 2-5-2024).
Merdeka Belajar terus digencarkan baik oleh pemerintah, sekolah, maupun kampus, tidak hanya di Sumbar tetapi juga hampir di seluruh wilayah Indonesia.
Merdeka Belajar menjadi program harapan untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia (kemendikbud.co.id), terlebih lagi ada upaya untuk mewujudkan Generasi Emas. Gerakan Merdeka Belajar yang diklaim sebagai wadah untuk memahami tantangan dan peluang sehingga pendidikan Indonesia menjadi lebih baik, namun nyatanya tidak mampu menghadapi persoalan pendidikan yang sesungguhnya. Betapa banyaknya masalah yang menimpa dunia pendidikan saat ini, seperti perundungan, kekerasan seksual, hingga kehidupan pelajar yang diliputi kemaksiatan yang sangat jauh dari karakter dan akhlak mulia. Maka harus dipertanyakan, benarkah merdeka belajar mampu menyelesaikan masalah-masalah tersebut? Atau bahkan tidak mampu menyentuh akar persoalan?
Penguasaan teknologi, dan digitalisasi rasanya tidak cukup untuk memperbaiki sistem pendidikan negeri ini. Karena krisis moralitas tampak semakin kontras, bahkan kebijakan yang kurang tepat terkait teknologi dan komunikasi sangatlah mempengaruhi. Maraknya konten-konten tidak berfaedah terus membanjiri layar kaca dan media sosial. Parahnya konten kemaksiatan dan kekerasan seakan menjadi ladang pengumpul cuan, dengan alasan “yang penting tidak mengganggu orang” atau “demi mengejar dolar”. Hal ini sungguh memprihatinkan dan menunjukkan bukti generasi dalam ancaman.
Di sisi lain program digitalisasi seperti Platform Merdeka Mengajar (PMM) yang digadang-gadang sebagai produk inovasi untuk meringankan tugas guru malah menjadi sumber tekanan bagi guru selaku aktor utama yang memiliki tanggung jawab besar dalam proses pembelajaran dan pendidikan di lembaga pendidikan.
Pada dasarnya merdeka belajar merupakan salah satu produk sistem pendidikan sekuler. Artinya agama tidak menjadi landasan dan pedoman dalam menyelenggarakan sistem pendidikan. Maka, hasilnya adalah peserta didik cenderung diarahkan pada kompetensi yang bersifat materi dan melupakan aspek pembinaan agama. Sistem saat ini melihat mutu lulusan dari keterserapan output pendidikan di dunia kerja dan mampu memenuhi tuntutan pasar. Jika demikian standarnya, maka wajar apabila banyak terlahir orang pintar, kaya, dan sukses di dunia, tetapi tidak mengenal Tuhan dan agamanya. Agama hanya sebagai pengatur hubungan dirinya dengan Pencipta, sedangkan dirinya cenderung bebas menentukan standar hidupnya tanpa diatur agama sebagai aturan dari Pencipta.
Jika dibandingkan dengan konsep Islam, sungguh berbeda. Sistem pendidikan Islam dibangun atas akidah Islam yang menargetkan terbentuknya generasi berkualitas, beriman, bertakwa, terampil dan berjiwa pemimpin. Negara akan mewajibkan pembelajaran ilmu (tsaqofah) secara menyeluruh dan ilmu-ilmu sains dan teknologi yang membawa kemaslahatan untuk umat. Sehingga akan lahir para generasi emas yaitu, yang memiliki keluasan ilmu serta mengamalkannya atas dorongan takwa dan memberi manfaat bagi sesama. Sebagaimana ketika Islam berkuasa, sains dan teknologi berkembang pesat, banyak penemuan dari tokoh-tokoh muslim seperti Hasan Al Basri, Al Farabi, Al Khawarizmi, Ibnu Sina, Al Zahrawi, dan tokoh lainnya.
Dengan demikian hanya sistem pendidikan Islam, yang mampu membangun peradaban emas yang cemerlang. Peradaban yang melahirkan generasi emas yang berkualitas. Mereka adalah orang-orang berkepribadian baik, yaitu memiliki pola pikir yang benar sesuai Islam dan pola sikap yang mulia. Akal dan hawa nafsu tidak menjadi raja, tetapi keduanya ditundukkan oleh aturan Allah Swt.. Hanya dengan menerapkan Islam secara total, generasi dapat diselamatkan.
Wallahuallam bishowab.
Via
Opini
Posting Komentar