Opini
Mitigasi Kurang, Bencana Makin Berulang Dampak Kerusakan dan Nyawa Menjadi Taruhan
Oleh : Sinta Mustika Sari
(Aktivis Mahasiswa)
TanahRibathMedia.Com—Bencana alam merupakan suatu peristiwa atau rangkaian fenomena alam yang bisa menyebabkan kerusakan besar, kerugian materi, dan korban jiwa. Bencana alam contohnya adalah gempa bumi, tsunami, letusan gunung berapi, banjir, kekeringan, dan badai. Bencana alam dapat terjadi secara tiba-tiba dan tidak
dapat dikendalikan oleh manusia.
Namun fenomena bencana yang telah terjadi saat ini yaitu banjir bandang besar akibat dari erupsi gunung yang mengeluarkan lahar dingin sampai memakan banyak korban jiwa.
Dilansir dari laman bbc.com mengatakan bahwa tim penolong masih terus mencari sedikitnya belasan orang yang dilaporkan hilang akibat banjir bandang di Sumatra Barat. Upaya pencarian masih terus dilakukan. Hingga Kamis (16-5-2024) pagi, tercatat 67 korban meninggal dunia.
Kepala Pusat Data, Informasi dan Komunikasi Kebencanaan pada Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Abdul Muhari mengatakan jumlah korban meninggal dunia terus bertambah setelah tim SAR gabungan berhasil menemukan beberapa orang yang sebelumnya dilaporkan hilang.
Di sisi lain, Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) mendorong percepatan perbaikan sejumlah jalan nasional dan jembatan yang terputus dan rusak.
Cukup bnyak dampak yang terjadi dari kejadian tersebut dari mulai lingkungan alam yang rusak, bangunan-bangunan yang hancur sampai merengut banyak korban meninggal dan yang hilang. Astagfirullah...
Dalam menanggapi bencana alam, pemerintah harus mengambil berbagai tindakan yang mencakup persiapan sebelum bencana, respons cepat saat bencana terjadi, dan langkah-langkah pemulihan setelah bencana. Pemerintah harus mengambil peran tegas dalam upaya mitigasi bencana yang terjadi agar masyarakat lebih siaga dan dapat mengantisipasi lebih dini. Setidaknya meminimalisir korban jiwa yang terjadi.
Namun nyatanya mitigasi di negara ini masih sangat minim. Pemberitahuan bahkan sosialisasi pun rasanya tak ada. Mau menyelamatkan masyarakat seperti apa? Sosialisasi terhadap mitigasi saja pemerintah abai dalam menangulanginya. Sangat disayangkan!
Melihat kondisi seperti ini, jauh dibandingkan saat pemerintahan islam yang di pimpin oleh Khalifah Umar bin Khattab yang dijuluki sebagai pemimpin yang terkenal dengan ketegasan, keberanian, sekaligus kelembutan hatinya. Di antara bukti kelembutan hati Umar, dapat dilihat saat khawatir dan takut jika kelak di hari kiamat akan ditanyai dan dimintai pertanggungjawaban oleh Allah SWT. Bahkan Umar sangat memperhatikan kenyamanan dan keamanan jalan umum bagi rakyatnya.
Umar sangat khawatir jika kondisi jalan akan menyebabkan korban jiwa. Sebagai pemimpin dia pasti akan dimintai pertanggung jawaban.
Masyaallah...
Jika kita bercermin dari kisah Umar saat menjadi khalifah, beliau begitu menyayangi umatnya dari hal terkecil karena ia yakin semua akan dimintai pertanggung jawaban di akhirat kelak. Bandingkan dengan pemimpin kita saat ini saat menghadapi bencana. Karena ketidaksiapannyaa telah menelan banyak korban akibat bencana alam yang terjadi seperti saat ini. Apakah mereka memiliki perasaan seperti Umar dahulu, jelas jawabanya: "Tidak! " karena sistem kapitalisme yang di anut oleh pemimpin kita saat ini telah banyak sekali merusak bahkan membuat rugi umatnya. Sangat disayangkan yang seharusnya umat merasa aman dan nyaman tinggal di negara tanah kelahiranya sendiri namun dibuat tidak nyaman oleh pemimpinnya sendiri.
Lalu bagaimana solusi nya? Jawabanya hanya satu: "Islam". Dengan sistem Islam-lah semua problematika dapat teratasi dengan semestinya. Dalam sistem Islam, seorang pemimpin akan sadar akan akidah dan keimanan apa yang seharusnya mereka kokohkan. Kita meyakini semua makhluk di dunia ini Allah Swt. yang menciptakannya. Jika kita yakin akan semua keagunganya bahkan hukum pun yang bersumber dari Al-Quran dan As-Sunah dapat menjawab bahkan memberikan solusi yang terjadi.
Wallahu a'lam bishshawab.
Via
Opini
Posting Komentar