Opini
Pemberdayaan Perempuan, Mematikan Fitrah Keibuan
Oleh: Oktavia, SE.
(Sahabat Tanah Ribath Media)
TanahRibathMedia.Com—Wakil Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Wamenparekraf) Angela Tanoesoedibjo mengenalkan tentang tokoh kesetaraan gender Tanah Air, Ibu Kartini.
Pernyataan ini disampaikan di hadapan wakil 40 negara partisipan dalam The 2nd UN Tourism Regional Conference on the Empowermen of Women in Tourism in Asia and The Pacific.
Demi tercapainya kesetaraan gender, PBB melibatkan perempuan dalam bisnis di sektor pariwisata. Bahkan PBB membentuk badan khusus dalam sektor pariwisata yang diberi nama UN Tourism agar mampu menjadi wadah dalam pemberdayaan seluruh kaum perempuan.
Keterlibatan kaum perempuan menjadi bukti atas kegagalan sistem ekonomi kapitalisme karena keberadaan perempuan baru diakui, bernilai dan terhormat apabila mampu berkarier dan menghasilkan materi. Menjadikan perempuan sebagai penggerak ekonomi bukanlah solusi yang tepat dalam penyelesaian masalah ekonomi yang dihadapi pemerintah. Andai saja, Sumber Daya Alam (SDA) dikelola dengan baik oleh penguasa yang amanah dan digunakan untuk kesejahteraan rakyat, maka perempuan tidak perlu ikut terlibat dalam urusan menghasilkan materi. Dari sini, nampak jelas rusaknya sistem kapitalisme bukan menyejahterakan rakyat malah merusak fitrah perempuan dan membahayakan nasib anak-anak.
Perempuan diiming-imingi dengan slogan kebebasan hak sendiri agar terlepas dari kritik. Seakan perempuan menjadi pekerja dan menanggung beban ekonomi keluarga adalah hal yang wajar. Dengan begitu sama halnya melepaskan fitrah perempuan sebagai istri dan ibu bagi anak-anaknya.
Di dalam Islam Allah menempatkan laki-laki dan perempuan pada fitrah dan perannya masing. Allah memberikan hak yang sama terhadap perempuan dan laki-laki dalam aktivitas politik. Syekh Abdul Qadim Zallum dalam kitab Al-afkaru Siyasi mendefinisikan bahwa politik adalah mengatur urusan umat.
Aktivitas politik tidak hanya berlaku bagi laki-laki, perempuan juga memiliki kesempatan yang sama untuk melakukan aktivitas politik, termasuk mengoreksi berbagai ketimpangan yang ada.
Menurut Islam, hukum bekerja bagi perempuan adalah mubah (boleh), yang dengan kata lain boleh pula jika perempuan menghendaki untuk tidak bekerja. Perempuan boleh saja bekerja, tetapi tetap dalam koridor syariat, berlomba-lomba dalam kebaikan, memudahkan urusan umat. Tentu semua dilaksanakan dengan catatan tidak melalaikan kewajiban utama yaitu sebagai ibu pengurus rumah tangga dan sekolah bagi anak-anaknya.
Islam itu sangat memuliakan perempuan yaitu sebagai ummu warobbatul bait (ibu dan pengurus rumah tangga).
Jika perempuan dianggap bernilai tinggi berdasarkan materi belaka maka, bukan kemajuan yang didapat melainkan telah menjauhkan perempuan dari fitrahnya serta menghinakan peran kaum perempuan itu sendiri. Perempuan hebat itu bukanlah yang pandai dalam mencari materi melainkan perempuan yang mampu mendidik anak-anak menjadi generasi yang beriman dan bertakwa kepada Allah Swt..
Bahkan di dalam Al-Quran juga dijelaskan bahwa kaum laki-laki lah yang mencari materi untuk menafkahi istri dan anak-anaknya, sebab laki-laki telah diberi kelebihan baik secara fisik dan mental seperti yang tertera dalam Al- Quran QS An-Nisa' ayat 34:
اَلرِّجَالُ قَوَّامُوْنَ عَلَى النِّسَاۤءِ بِمَا فَضَّلَ اللّٰهُ بَعْضَهُمْ عَلٰى بَعْضٍ وَّبِمَآ اَنْفَقُوْا مِنْ اَمْوَالِهِمْۗ فَالصّٰلِحٰتُ قٰنِتٰتٌ حٰفِظٰتٌ لِّلْغَيْبِ بِمَا حَفِظَ اللّٰهُۗ وَالّٰتِيْ تَخَافُوْنَ نُشُوْزَهُنَّ فَعِظُوْهُنَّ وَاهْجُرُوْهُنَّ فِى الْمَضَاجِعِ وَاضْرِبُوْهُنَّۚ فَاِنْ اَطَعْنَكُمْ فَلَا تَبْغُوْا عَلَيْهِنَّ سَبِيْلًاۗ اِنَّ اللّٰهَ كَانَ عَلِيًّا كَبِيْرًا ٣٤
"Laki-laki (suami) adalah penanggung jawab atas para perempuan (istri) karena Allah telah melebihkan sebagian mereka (laki-laki) atas sebagian yang lain (perempuan) dan karena mereka (laki-laki) telah menafkahkan sebagian dari hartanya. Perempuan-perempuan saleh adalah mereka yang taat (kepada Allah) dan menjaga diri ketika (suaminya) tidak ada karena Allah telah menjaga (mereka). Perempuan-perempuan yang kamu khawatirkan akan nusyuz, berilah mereka nasihat, tinggalkanlah mereka di tempat tidur (pisah ranjang), dan (kalau perlu,) pukullah mereka (dengan cara yang tidak menyakitkan). Akan tetapi, jika mereka menaatimu, janganlah kamu mencari-cari jalan untuk menyusahkan mereka. Sesungguhnya Allah Mahatinggi lagi Mahabesar."
Seyogianya, di balik slogan pemberdayaan ekonomi perempuan dalam sektor pariwisata, ternyata hanyalah tipu muslihat Barat. Barat menjadikan derita perempuan sebagai fakta membenarkan slogan pemberdayaan perempuan dalam konsep ide kesetaraan gender untuk membebaskan kaum perempuan. Justru, ide kesetaraan gender makin menenggelamkan perempuan ke jurang penderitaan yang terdalam. Sudah saatnya perempuan menyadari apa yang sesuai dengan fitrah nya yaitu kembali kepada Islam kafah.
Wallahualambissawab.
Via
Opini
Posting Komentar