Opini
Pendidikan Indonesia dalam Belenggu Kesenjangan
Oleh: Neni Arini
(Sahabat Tanah Ribath Media)
TanahRibathMedia.Com—Pendidikan merupakan faktor penting dalam peningkatan kualitas sebuah bangsa. Terbentuknya sumber daya manusia yang mumpuni akan bergantung pada pendidikan yang layak dan berkualitas.
Menurut Undang-Undang No.20 Tahun 2003, pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.
Setiap 2 Mei diperingati sebagai Hari Pendidikan Nasional. Peringatan tersebut menjadi momentum besar bagi setiap warga negara dalam memaknai kembali tujuan pendidikan nasional, yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 telah memberikan amanat dalam hal pendidikan, yang menjadi hak dasar bagi seluruh warga negara Indonesia untuk mendapatkan pendidikan secara merata dan maksimal.
Pada tahun 2024 ini, tema yang diusung adalah “Bergerak Bersama, Lanjutkan Merdeka Belajar.” Tema ini tertuang dalam Surat Edaran Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi RI Nomor 11911/MPK.A/TU.02.03/2024 tentang Pedoman Peringatan Hari Pendidikan Nasional Tahun 2024(detik.com, 1-5-2024).
Tema ini masih merupakan lanjutan dari program Merdeka Belajar yang diusung dari tahun-tahun sebelumnya. Untuk diketahui, Merdeka Belajar merupakan program yang dicanangkan oleh Nadiem Makarim sebagai Mendikbudristek RI untuk merevolusi sistem pendidikan di tanah air.
Sebagai hak warga negara, maka negara dalam hal ini pemerintah harus bertanggung jawab memberikan hak kepada seluruh warga negara untuk mendapatkan pendidikan tersebut dengan baik. Namun sayangnya sampai saat ini masih banyak kita jumpai permasalahan pendidikan di Indonesia di antaranya kesenjangan pendidikan. Akses pendidikan yang belum merata menjadikan banyak anak bangsa terpaksa tidak dapat mengenyam pendidikan yang berkualitas terutama pendidikan tinggi.
Sementara para generasi harus menjadi generasi penerus bangsa yang mampu berpikir holistik, memiliki keseimbangan antara intelektualitas dan spiritualitas sebagai penguatan karakter.
Menurut data Direktorat Jenderal Kependudukan dan Pencatatan Sipil (Dukcapil) RI, penduduk Indonesia berjumlah 275,36 juta jiwa pada tahun 2022. Dari jumlah tersebut hanya 6,41 persen yang sudah mengenyam pendidikan sampai perguruan tinggi. Rinciannya, yang berpendidikan D-1 dan D-2 proporsinya 0,41 persen, kemudian D-3 sejumlah 1,28 persen, S-1 sejumlah 4,39 persen, S-2 sejumlah 0,31 persen, dan hanya 0,02 persen penduduk yang sudah mengenyam pendidikan jenjang S-3.
Penduduk Indonesia yang berpendidikan hingga Sekolah Lanjutan Tingkat Atas (SLTA) ada 20,89 persen. Kemudian yang berpendidikan hingga Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP) sebanyak 14,54 persen. Sementara itu 23,4 persen penduduk Indonesia merupakan tamatan Sekolah Dasar (SD). Ada pula 11,14 persen yang belum tamat SD, dan penduduk yang tidak sekolah/belum sekolah mencapai 23,61 persen.
Persentase masyarakat yang mengenyam pendidikan tinggi masih memprihatinkan. Ini cukup membuktikan bahwa kesempatan untuk memasuki perguruan tinggi masih sangat sedikit. Biaya pendidikan yang besar didorong oleh faktor ketimpangan sosial-ekonomi menjadi penyebab makin menyempitnya akses pendidikan tinggi bagi masyarakat menengah ke bawah. Jika hal ini terus dibiarkan, maka akan semakin memperdalam jurang kesenjangan dan mengikis motivasi para generasi muda untuk melanjutkan pendidikan di perguruan tinggi karena sempitnya kesempatan serta biaya yang besar.
Biaya kuliah menempuh pendidikan tingkat S1 hari ini makin mahal. Bagi masyarakat yang ekonominya pas-pasan, mereka harus berpuas diri menempuh jenjang SMA/ SMK saja. Kalaulah ingin kuliah gratis, mendapatkan beasiswa S1 juga bukan perkara mudah. Selain kemampuan akademik yang mumpuni, siswa yang ingin kuliah S1 gratis melalui bantuan/beasiswa harus melalui persyaratan dan administrasi yang tidak mudah.
Menyoal masalah karut-marutnya sistem pendidikan, negara hanya bisa berpangku tangan. Regulasi yang ada hanya sebatas aturan yang tidak mampu menyelesaikan beragam masalah yang terjadi. Setiap solusi yang disajikan tidak mampu menyentuh akar masalah. Wajar saja, saat masalah pendidikan menjadi masalah yang terus membelit generasi.
Sementara peradaban Islam telah mewarnai sejarah peradaban dunia selama 14 abad lamanya. Pesatnya perkembangan Islam baik di Barat maupun Timur dari abad ke-8 hingga ke-14 Masehi bisa mendominasi beberapa peradaban yang ada.
Tidak salah jika kita katakan bahwa peradaban Islam merupakan peradaban paling berpengaruh di dunia. Buktinya, berbagai jenis peradaban Islam masih dapat dilihat di berbagai negara bekas penguasaan wilayah Islam, seperti Bagdad (Irak), Andalusia (Spanyol), Fatimiyah (Mesir), Ottoman (Turki), Damaskus, Kufah, Suriah, dan sebagainya.
Islam juga tidak membatasi seseorang mempelajari berbagai disiplin ilmu. Sebab, sistem Khil4f4h kala itu benar-benar memperhatikan pendidikan sebagai langkah awal membangun peradaban manusia. Sekolah gratis, perpustakaan bertebaran, dan suasana belajar sangat didukung oleh fasilitas, sarana, dan masyarakat bertakwa.
Selain itu, negara benar-benar menjamin dan memenuhi kebutuhan dasar masyarakat dengan berbagai kemudahan akses dan cara mendapatkannya, seperti harga pangan murah, rumah murah, lapangan pekerjaan mudah, bantuan modal usaha dan sosial, layanan pendidikan dan kesehatan gratis, dan penghargaan tinggi bagi cendekiawan, akademisi, dan ilmuwan yang berinovasi untuk kemaslahatan umat manusia.
Setiap warga negara khil4f4h akan mendapatkan layanan pendidikan terbaik yang merata, baik muslim ataupun non muslim melalui pembiayaan yang ditanggung sepenuhnya oleh khil4f4h melalui pos-pos Baitul Maal yang tangguh. Sehingga masalah dana pendidikan bukanlah masalah rumit seperti yang saat ini menjadi kendala yang menyulitkan.
Dengan penerapan sistem Islam akan terlahir generasi-generasi kuat yang cerdas penuh iman dan takwa. Dan generasi cerdas inilah yang akan membawa kehidupan pada peradaban gemilang. Kehidupan mulia dalam genggaman syariat Islam yang terjaga.
Wallahu'alam bisshowwab.
Via
Opini
Posting Komentar