Opini
Perempuan dalam Jebakan Bisnis Pariwisata ala Kapitalisme
Oleh: Shabrina Wahyuli
(Owner Rumbel Sidoarjo)
TanahRibathMedia.Com—Di hadapan wakil sekitar 40 negara partisipan dalam The 2nd UN Tourism Regional Conference on the Empowerment of Women in Tourism in Asia and The Pacific, Wakil Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Wamenparekraf) Angela Tanoesoedibjo mengenalkan tentang tokoh kesetaraan gender Tanah Air, Ibu Kartini serta menyatakan pentingnya peran kaum hawa dalam bisnis pariwisata.
Berdasarkan agenda 2030 PBB untuk tujuan pembangunan berkelanjutan dan kode etik pariwisata global, dikatakan Indonesia memiliki tanggung jawab bersama untuk memastikan bahwa pariwisata memberikan kesempatan yang sama bagi perempuan dan lelaki dalam berkontribusi dalam sektor pariwisata.
Perlu diketahui pariwisata Indonesia sendiri meraih peringkat yang lebih baik dalam Global Tourism Index. Indonesia yang sebelumnya berada di peringkat ke-44, kini berada di peringkat 32 dari 117 negara dalam Travel and Tourism Competitiveness Index (TTCI) tahun 2021, berdasarkan data yang dirilis World Economy Forum pada Mei 2022.
Sekretaris Kemenparekraf Ni Wayan Giri Adnyani mengatakan, pada level global, perempuan juga memegang posisi dominan dengan 54% angkatan kerja. Ini sesuai dengan Laporan Global tentang Perempuan dalam Pariwisata oleh UN Tourism. (Kompas, 14-2-2024).
Peran itu mampu meningkatkan devisa sebesar US$5 miliar atau sekitar Rp77,9 triliun. Proyek dunia saat ini memang mendorong peningkatan devisa dari sisi pariwisata. Hal ini berimbas dengan banyaknya program KEK yang hampir 50% berkosentrasi sektor ini.
Keterlibatan perempuan dalam dunia pariwisata dinilai mampu meningkatkan pendapatan dan devisa baik sebagai subjek maupun objek.
Sebagai subjek, perempuan akan mampu berdaya sama dengan para laki laki, dengan demikian keberhasilan untuk mewujudkan kesetaraan gender akan bisa terwujud. Diketahui para perempuan memang lebih tangkas dan cekatan dalam bekerja, dan bisa menempati posisi apapun. Tak salah jika begitu besar sanjungan Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) yang menyebutkan peran perempuan di bidang pariwisata sangatlah besar. Kontribusinya hingga mencapai 54,22% dan persentasenya lebih besar dari pada kontribusi laki-laki dalam bidang pariwisata dan ekonomi kreatif (parekraf).
Sebagai objek, kegemaran para ibu terhadap wisata guna refresing, pembelian buah tangan, atau sekadar cuci mata, sungguh nilai cuan yang menggiurkan. Sektor pariwisata di Indonesia yang saat ini bergerak menuju pariwisata berkelanjutan dan inklusif sehingga wajar jika Senior Lecturer of Tourism pada Griffith Institute for Tourism, Elaine CL mengatakan 70% wisatawan solo (solo traveller perempuan) mempertimbangkan aspek keamanan saat berwisata. Menurutnya, Indonesia memiliki peluang besar untuk mendorong wisatawan tunggal, terutama perempuan, untuk berwisata ke Indonesia.
Hanya saja jika memang hal ini sudah terjadi, apakah benar perempuan akan sejahtera?
Sungguh, sistem kapitalisme telah menjadikan perempuan dihargai jika menghasilkan uang. Tidak salah dikatakan perempuan menjadi tumbal kegagalan sistem ekonomi kapitalisme dalam mewujudkan kesejahteraan rakyat, sehingga harus melibatkan perempuan sebagai penggerak ekonomi.
Sistem ekonomi kapitalisme tidak mampu menyejahterakan karena sistem ini berpihak kepada para kapital. Para kapital diuntungkan diberbagai lini. Ambil contoh sektor wisata ini, para kapital memegang peran di sektor perhotelan, pengelolaan tempat wisata, pembuatan oleh oleh skala besar. Sedangkan rakyat hanya memegang sektor remeh misalkan pelayan hotel, juru parkir dan lain lain. Pengembangan ekonomi negara melalui pariwisata sesungguhnya hanya kamuflase, sementara sektor strategis seperti penguasaan SDA dikuasai oleh negara penjajah.
Perempuan Sejahtera Hanya dalam Sistem Islam
Sesungguhnya Islam adalah agama yang penuh rahmah. Allah Swt. telah menciptakan manusia dengan segala bekal di bumi. Islam memiliki sistem ekonomi yang tangguh yang akan menjamin kesejahteraan rakyat termasuk perempuan dengan berbagai mekanismenya.
Dalam Islam, sumber pendapatan utama negara juga bukan dari sektor pariwisata, melainkan dari kekayaan negara dan kekayaan umum yang diatur oleh Baitul Maal. Kekayaan negara meliputi jizyah, kharaj, fai, ganimah, harta tidak bertuan, dan lain semisalnya.
Sedangkan kekayaan umum meliputi seluruh SDA berupa api, tanah, dan air. Jadi, pariwisata bukanlah penopang utama keuangan negara. Sungguh, penerapan sistem Islam akan mengatur segala sesuatu sesuai tempatnya. Perempuan dijaga fitrahnya dan dijamin kesejahteraannya oleh negara, sehingga perempuan akan sejahtera tanpa harus berdiri di garda depan guna meningkatkan ekonomi keluarga dan negara.
Wallahualam bish showab
Via
Opini
Posting Komentar