Opini
Fitrah Ibu Tergerus Arus Kapitalisme
Oleh: Yuke Octavianty
(Forum Literasi Muslimah Bogor)
TanahRibathMedia.Com—Video vulgar yang melibatkan ibu kandung dan anaknya kian marak ditemukan di media sosial. Iming-iming keuntungan materi menjadi satu magnet yang sulit dihindari. Berdasarkan laporan, hingga saat ini, terdapat dua ibu muda yang ditetapkan menjadi tersangka dalam kasus pelecehan terhadap anak kandungnya sendiri (liputan6.com, 9-6-2024).
Para tersangka mengaku bahwa mereka terperdaya iming-iming teman di salah satu platform pertemanan media sosial atas nama akun Icha Shakila. Tidak sedikit juga yang terperangkap penipuan di media sosial dengan dalih mendapatkan keuntungan berupa uang yang berlimpah dengan cara membuat video vulgar terlebih dahulu. Mulai dari foto setengah telanjang hingga video mesum.
Terkait kejadian tersebut, Direktur Reserse Kriminal Khusus Polda Metro Jaya, Kombes Pol Ade Safri Simanjuntak mengimbau kepada masyarakat agar lebih bijak dalam bermedia sosial. Kewaspadaan penting dilakukan demi penjagaan kehormatan diri. Jangan mudah terperangkap jebakan berupa gaji besar dengan berbagai syarat yang jelas-jelas melanggar norma hukum, agama, dan sosial.
Refleksi Sistem Rusak
Fenomena tindakan asusila yang melibatkan keluarga atau kerabat terdekat anak menjadi tamparan keras bagi dunia pendidikan dalam negeri. Gagalnya sistem pendidikan melahirkan generasi berkualitas menjadikan arus yang membahayakan kehidupan. Bagaimana tidak? Ibu yang mestinya menjaga dan mendidik anak kandungnya, justru menjadi musuh yang merusak masa depannya.
Tidak hanya itu, menjamurnya masalah tindakan asusila juga menjadi PR besar bagi negara. Negara telah gagal menciptakan kesejahteraan yang merata bagi rakyatnya. Fakta ini telah menghancurkan fitrah ibu. Faktanya di tengah kesulitan ekonomi dan sulitnya memenuhi kebutuhan primer harian, peran seorang ibu kian dipertaruhkan. Ibu harus memenuhi kebutuhan, sementara pekerjaan yang ada sangat terbatas. Pekerjaan yang ada pun tidak menjanjikan pemenuhan kebutuhan hidup yang layak. Alhasil, sosok ibu menjadi mudah tergoda dengan iming-iming keuntungan materi dengan menggadaikan kehormatan dan posisinya yang mulia. Standar halal haram menjadi hilang dalam konsep kapitalisme. Semua tindakan dilakukan hanya demi mengejar sejumlah uang. Segala bentuk norma dan aturan ditabrak demi memenuhi kebutuhan hidup yang kian sulit diakses.
Keadaan keluarga yang jauh dari nilai aturan agama pun memberikan andil kerusakan yang kini mengoyak fitrah seorang ibu. Materi, kekayaan, dan uang menjadi kiblat yang terus dituju demi menikmati kesejahteraan. Sekularisme yang kini diadopsi, benar-benar telah mendestruksi konsep pengurusan ibu terhadap keluarga.
Sungguh, setiap kerusakan yang kini terjadi membutuhkan andil negara untuk bergegas membenahi. termasuk kerusakan yang menimpa elemen keluarga. Peran ibu sebagai ummu wa rabbatul bait, ibu dan pengurus rumah tangga semestinya mampu ditempatkan sesuai fitrahnya melalui berbagai mekanisme yang mampu menjaga secara sistematis dan terarah.
Islam dan Konsep Keluarga
Islam memiliki sistem pendidikan tangguh yang mampu menyiapkan individu agar mampu berperan sesuai fitrahnya. Islam juga mempunyai strategi unggul yang mampu mengoptimalkan peran ibu dalam mendidik dan menjaga kehormatan diri serta keluarganya. Landasan ini hanya mampu disandarkan pada konsep iman dan takwa yang terus dijaga secara berkesinambungan. Dalam pendidikan keluarga yang disyariatkan dalam Islam, mewajibkan agar setiap muslim menjaga diri dan keluarganya dari api neraka dan beragam maksiat yang selalu menjegal langkah manusia.
Negara adalah institusi yang mampu secara efektif menerapkan kebijakan terkait hal tersebut. Misalnya dengan memfilter berbagai konten rusak di media sosial atau menetapkan sistem sanksi bagi setiap pihak yang melanggar konsep norma agama, sosial, dan hukum dengan sanksi tegas dan menjerakan.
Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:
"Wahai orang-orang yang beriman! Peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, dan keras, yang tidak durhaka kepada Allah terhadap apa yang Dia perintahkan kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan." (QS At-Tahrim: 6).
Dalam segi ekonomi, Islam memiliki sistem ekonomi yang kuat dan tangguh dengan berbagai prinsipnya yang menjaga pengelolaan setiap kebutuhan rakyat. Melalui berbagai strategi di antaranya mekanisme pengelolaan sumberdaya alam yang dikelola secara mandiri dan amanah oleh negara. Konsep ini akan melahirkan berkah yang berlimpah dalam pengaturan umat. Negara mampu berdikari, kaya secara finansial, dan mampu melayani kebutuhan rakyat dengan amanah sebagai bentuk ketundukan kepada Allah Azza wa Jalla. Ini karena sistem Islam menetapkan bahwa kesejahteraan dan kepentingan setiap individu rakyat adalah tanggung jawab negara secara utuh. Negara pun wajib melayani seluruh kepentingan primer rakyat dengan menyeluruh, mulai dari kebutuhan sandang, pangan, papan, kesehatan, dan pendidikan.
Sebagaimana sabda Rasulullah saw.:
"Imam adalah ra'in (pengurus) dan ia bertanggung jawab atas urusan rakyatnya." (HR Al Bukhari).
Dengan pengaturan dan mekanisme sistem ekonomi Islam yang amanah, setiap pencari nafkah akan terjamin kemudahannya dalam mengakses pekerjaan layak dan terjamin kesejahteraan keluarganya. Konsep ini hanya mampu diterapkan dalam sistem Islam berwadahkan khil4f4h. Satu-satunya institusi yang senantiasa mengedepankan urusan rakyat. Dengan pengurusan yang amanah, kehidupan umat kian terarah. Rahmat dan berkah pun berlimpah di setiap langkah hidup umat. Wallahu'alam bishshowwab
Via
Opini
Posting Komentar