Opini
Gen Z Menderita di Sistem Kapitalis
Oleh: Susi Mariam Mulyasari, S.Pd.I.
(Pendidik Generasi dan Penggiat Literasi)
TanahRibathMedia.Com—Dikutip dari KOMPAS.com (24-5-2024), Badan Pusat Statistika merilis sebuah informasi bahwa hampir 10 juta penduduk Indonesia generasi Z berusia 15-24 tahun menganggur atau tanpa kegiatan (no in employment, education, and traing/NEET).
Kondisi ini tidak serta merta terjadi secara tiba-tiba melainkan akumulasi dari serentetan masalah pendidikan dan ketersediaan lapangan kerja yang belum selesai di negeri ini.
Bisa kita lihat dari sudut pandang pendidikan, bahwa sistem pendidikan Indonesia dari sejak zaman awal kemerdekaan sampai sekarang masih menimbulkan polemik, seringnya berganti-ganti kurikulum, gaji guru honorer, ketersediaan infrastruktur pendidikan, sampai sekarang masih menuai permasalahan yang belum selesai.
Ditambah lagi dengan adanya pandemi beberapa tahun lalu yang secara proses pembelajaran banyak yang mengeluhkan bingung dan kesulitan, membuktikan bahwa sistem pendidikan di negeri ini masih banyak yang harus dibenahi. Krisis akhlak dan mentalitas dalam belajar telah menjadi masalah akut yang harus segera di selesaikan, sebab dua hal ini yang menjadi faktor utama dari kualitas sumber daya manusia suatu bangsa.
Berbicara tentang gen Z atau yang kita kenal kaum digital, karena mereka lahir di era digital yang sedang berkembang, sehingga segala hal yang menjadi kebutuhan mereka dengan sangat mudah mereka selesaikan, cukup dengan menggunakan gadget (handphone) minim aktivitas dan usaha untuk mendapatkannya. Dengan pola hidup yang serba instan, sangat berdampak pada pola perilaku keseharian mereka.
Misalkan, antusiasme belajar ketika di kelas. Suasana belajar gen Z sedikitnya sangat berbeda dengan generasi sebelumnya. Ketika dalam proses belajar di kelas walaupun pengajar sudah siap menyampaikan materi ajar, sikap mereka cenderung cuek dan direspon begitu saja, mereka fokus pada gadgetnya, atau bahkan keberadaan pengajar di kelas hanya direspon sebagai sesuatu hal yang "membosankan".
Mereka mengganggap semuanya tak ada arti yang terpenting segala kebutuhannya terpenuhi secara cepat dan instan dengan cukup searching di internet. Ini kondisi gen Z ditinjau dari sisi kesiapan mereka ketika belajar. Kalau kita lihat dari sisi lain, kurikulum pendidikan pun menjadi penyebab akan kualitas pelajar.
Indonesia adalah negeri muslim terbesar di dunia. Namun ironis, tatkala sistem pendidikan diselenggarakan justru sekularisme yaitu pemisahan agama dengan kehidupan menjadi asas dalam pendidikan saat ini. Pelajaran agama hanya dijadikan formalitas saja, yang hanya dipelajari 2 jam perpekan. Sehingga dengan adanya informasi bahwa 10 juta gen Z mengalami pengangguran, sangatlah wajar, sebab secara mentalitas dan antusiasme meraka sangatlah minim. Dan ternyata kualitas seperti ini, adalah yang tidak diharapkan oleh perusahaan tertentu yang ada di Indonesia. Perusahaan tidak akan mau berspekulasi merekrut pegawai yang tidak berkompetensi dan tidak memiliki akhlak.
Akar Masalah
Kalau kita tinjau secara mendalam, sumber masalah yang melanda gen Z adalah tidak terselenggaranya sistem pendidikan yang paripurna dan sesuai dengan fitrahnya, yang mengantarkan peserta didik menjadi manusia yang seutuhnya berlandaskan keimanan dan ketakwaan. Dan ini bisa terjadi apabila sistem Islam diterapkan, karena sistem pendidikan Islam secara kurikulum pendidikannya berasaskan akidah dan Islam mentaklif (mewajibkan) bahwa mencari ilmu adalah sebuah kewajiban. Oleh karena itu siapa saja yang ia beriman tidak boleh melalaikan untuk belajar dan mencari ilmu.
Bahkan ini dibuktikan sepanjang sejarah kepemimpinan Islam yang pernah diterapkan selama 13 abad lamanya dalam bingkai kekhilafahan, di mana selama itu pendidikan difasilitasi secara gratis bagi siapa saja yang dia mengenyam pendidikan di era kekhilafahan, oleh karena itu tidaklah aneh pada masa keemasan Islam banyak sekali melahirkan para ilmuwan-ilmuwan yang menghasilkan ilmu yang bermanfaat bagi peradaban Islam, bahkan sangat berguna bagi umat manusia sampai pada abad ini.
Ini membuktikan bahwa Islam mampu melahirkan para generasi yang antusias dalam mencari dan menghasilkan ilmu, tetapi mereka tidak lupa bahwa tujuan mencari ilmu adalah untuk mendapatkan rida Allah Swt..
Oleh karena itu, perjuangan untuk melanjutkan kehidupan Islam dalam bingkai khil4f4h, tidak bisa ditawar lagi sebagai jalan untuk menyelamatkan generasi muslim dan peradaban manusia yang hebat untuk mengembalikan kepada fitrahnya yaitu sebagai hamba-hamba yang brilian dan beriman.
Wallahu 'alam bishshawab
Via
Opini
Posting Komentar