Opini
Gen Z Menganggur, Rugi donk!
(Sahabat TRM)
TanahRibathMedia.Com—Menteri Ketenagakerjaan (Menaker), Ida Fauziyah, bicara mengenai data Badan Pusat Statistik (BPS) yang mencatat ada 9,9 juta penduduk Indonesia yang tergolong usia muda atau Gen Z belum memiliki pekerjaan. Angka tersebut didominasi oleh penduduk yang berusia 18 hingga 24 tahun. Ida mengatakan angka pengangguran ini terbanyak statusnya sedang mencari pekerjaan usai lepas dari masa pendidikan. Namun, mereka tak kunjung mendapatkan pekerjaan (kumparan.com, 20-05-024).
Menurut Ida, pengangguran terbanyak disumbangkan dari lulusan SMK. Anak-anak lulusan SMA ini memang terjadi mismatch yang terus didorong oleh pemerintah dengan membangun pendidikan dan pelatihan vokasi yang nyambung dengan pasar kerja. Sehingga antara pasar kerja dan lulusan terjadi link and match yang tepat sasaran (kumparan.com, 20-05-2024).
Bila dirinci lebih lanjut, anak muda yang paling banyak masuk dalam ketegori menganggur atau tanpa kegiatan (not in employment, education, and training/NEET) justru ada di daerah perkotaan yakni sebanyak 5,2 juta orang dan 4,6 juta di pedesaan. Fenomena maraknya pengangguran di kalangan Gen Z menjadi ancaman serius bonus demografi menuju Indonesia Emas 2045. Gen Z adalah mereka yang lahir pada 1997 hingga 2012 (money.kompas.com 24-05-2024).
Kerugian Besar!
Bicara tentang pengangguran, tentunya ini adalah permasalahan besar yang melingkupi negeri kita tercinta. Demografi yang banyak seharusnya menjadi bonus bagi negara akan kelangsungan negerinya, penerus bangsa kedepan. Namun kini kita temui, generasi muda kita justru menganggur. Generasi muda yang seharusnya terus berkarya dalam usaha produktif dan menciptakan sesuatu yang inovatif terkungkung dalam kubangan masalah atas nama pengangguran.
Pendidikan vokasi yang ditawarkan oleh pemerintah bagi kelompok SMK belum dapat mengejar kecepatan industri sehingga lulusannya tidak mampu menyesuaikan diri dengan kebutuhan pasar. Alhasil, mereka berjalan di arah yang berbeda. Pendidikan berjalan ke arah kanan, industri ke arah kiri, atau sebaliknya. Sehingga wajar sekali gen Z banyak menganggur. Salah satunya karena adanya ketidaksesuaian antara lapangan kerja yang tersedia dengan pendidikan gen Z.
Kalau kita amati kembali, tingginya angka pengangguran di kalangan gen Z disebabkan sempitnya lapangan pekerjaan yang ada. Negara gagal menyiapkan lapangan pekerjaan bagi rakyat. Pemerintah hanya berposisi sebagai perantara yang hanya menghubungkan antara penyedia SDM, yaitu dunia pendidikan, dengan penyedia lapangan kerja, yaitu industri. Pemerintah berlepas tangan dari penyediaan lapangan kerja, sedangkan industri punya agenda sendiri yang juga terlepas dari agenda dunia pendidikan. Dalam kondisi demikian, selamanya kedua pihak ini tidak akan bisa seiring sejalan dimanapun dan kapanpun.
Ditambah lagi, adanya kebijakan negara yang memudahkan investor asing dan pekerjanya bekerja di Indonesia termasuk dalam mengelola SDA, semakin menambah ruwet masalah pengangguran di negeri ini. Mereka yang bekerja saja sulit memenuhi kebutuhan dasar apalagi yang menganggur. Belum lagi naiknya bahan-bahan pokok menambah deretan sulitnya kehidupan ekonomi masyarakat saat ini karena kebijakan negara makin tak ramah kepada rakyat.
Islam Urai Benang Kusut Pengangguran
Islam sebagai agama sekaligus ideologi memiliki tata aturan lengkap dalam masalah pengangguran, utamanya di kalangan gen Z. Dalam IsIam, penguasa adalah ra'in (pengurus) dan penjaga yang bertanggung jawab menyediakan lapangan pekerjaan bagi rakyat. Rakyat tidak akan berjibaku sendiri dalam memenuhi kebutuhannya. Negara juga akan menerapkan kebijakan ekonomi yang berpihak pada rakyat, yang tidak akan membuat rakyat pontang panting kemana-mana.
Negara dengan sistem pendidikan IsIamnya akan menyesuaikan dengan kebutuhan serapan tenaga kerja tanpa melupakan tujuan mencetak generasi. Generasi yang terlahir dalam sistem pendidikan IsIam ini adalah generasi yang berilmu tinggi sebagai pembangun peradaban yang mulia. Faqih dalam agamanya namun juga mumpuni dan siap menghadapi kondisi apapun.
Negara akan membuka lapangan pekerjaan yang luas dari berbagai sektor dengan menerapkan politik industri yang akan mengembangkan industri alat-alat (industri penghasil mesin), sehingga akan mendorong tumbuhnya industri-industri lain. Hal ini akan mampu mencerap ketersediaan sumber daya manusia yang melimpah ruah dengan kompetensi yang tidak diragukan sebagai output sistem pendidikan.
Negara IsIam akan menghentikan penguasaan swasta pada SDA milik rakyat dan beralih pengelolaannya oleh negara yang akan dikembalikan untuk kesejahteraan rakyat. Sumber daya alam adalah milik umum, sehingga jika pengelolaan SDA oleh negara akan membuka lapangan pekerjaan yang besar.
Tidak hanya itu, negara juga akan memastikan tiap individu laki-laki wajib bekerja. Kewajiban bekerja hanya dibebankan pada laki-laki. Kaum perempuan tidak wajib bekerja. Fungsi utama perempuan adalah sebagai ibu dan pengurus rumah suaminya. Kondisi ini akan menghilangkan persaingan antara tenaga kerja perempuan dan laki-laki. Dengan kebijakan ini perempuan kembali pada pekerjaan dan kewajiban utamanya, bukan menjadi pengangguran. Sementara lapangan pekerjaan sebagian besar akan diisi oleh laki-laki, kecuali sektor pekerjaan yang memang harus diisi oleh perempuan.
Namun itu semua hanya bisa terwujud jika IsIam diterapkan dalam sebuah negara berupa sistem Khil4f4h. Khil4f4h yang pernah diterapkan oleh Rasulullah telah berjaya memayungi hingga dua per tiga dunia. Khil4f4h ini yang akan menjadi penjaga, yang sinarnya menerangi seluruh penjuru bumi. Dan hanya Khil4f4h yang akan menghapuskan tidak hanya masalah pengangguran gen Z, tetapi juga masalah-masalah lainnya yang mendera dunia saat ini. Tentunya, kita sangat rindu dengan sistem Khil4f4h ini, bukan?
Waalahu a'lam.
Via
Opini
Posting Komentar