Opini
Bahasa Arab Ditinggalkan, Islam dalam Keterpurukan
Oleh: Naila Ahmad Farah Adiba
(Siswi MAN Batam)
TanahRibathMedia.Com—Umat Islam mengalami kemunduran, akibat dari bahasa Arab yang ditinggalkan. Mungkin sebagian orang menganggap hal ini sebagai hal yang terlalu hiperbola atau dibesar-besarkan. Padahal hal ini nyata adanya.
Ketika dahulu Islam berjaya, bahasa Arab menjadi bahasa resmi negara. Berbanding terbalik dengan saat ini, yang seolah kita makin dibuat menjauh dengan bahasa Arab yang merupakan bahasa Al-Qur'an dan juga bahasa surga.
Bahkan ketika terlibat salah sebuah pembicaraan atau obrolan, sering terdengar ucapan atau sindiran yang menjelekkan bahasa arab. Kini, kenyataannya para pemuda dan masyarakat dari berbagai kalangan, banyak yang hanya menatap sebelah mata ketika mendengar kata bahasa Arab.
Padahal ketika dahulu syariat Islam pernah diterapkan secara sempurna, bahasa Arab juga ikut dilestarikan dan dijadikan sebagai bahasa resmi negara. Sehingga, ketika semua kalangan telah mencintai dan membiasakan Bahasa Arab, perlahan semua orang akan menikmatinya dan bisa menjadikan bahasa arab itu sebagai bahasa sehari-hari.
Mungkin timbul pertanyaan dari sebagian kalangan, mengapa bahasa Arab menjadi sebuah hal yang sangat krusial bagi kaum muslimin? Salah satu alasannya adalah tentu saja karena ahasa Arab adalah bahasa dengan sejuta keutamaan yang tak dapat disebutkan satu-persatu. Ia juga merupakan bahasa Al-Qur'an dan juga bahasa surga.
Bukankah ilmu pengetahuan dan teknologi berkembang di dunia Islam karena dahulu mereka menerapkan bahasa Arab sebagai bahasa negara? Dengan bahasa Arab, umat muslim bisa melakukan proses ijtihad atau proses penggalian suatu hukum. Sehingga hukum-hukum yang diterapkan mampu menjadi problem solver atas segala problematika yang terjadi.
Namun sayangnya, sejak Daulah Islam runtuh pada tanggal 03 Maret 1924, bahasa Arab menjadi tidak dianggap dan ditinggalkan oleh kaum muslimin. Sehingga menyebabkan ditutupnya proses ijtihad atau proses penggalian suatu hukum. Ketika pintu ijtihad ditutup, maka akan menghasilkan ulama-ulama yang jumud. Ketika seorang ulama telah jumud, maka tidak akan maksimal untuk membina umat.
Ketika kita telah memahami akan pentingnya bahasa Arab untuk dipelajari dan dipahami oleh setiap kaum muslim, tentu kita tidak akan berdiam diri untuk memahaminya seorang diri, namun juga harus menyadarkan banyak orang akan pentingnya bahasa Arab sebagai bahasa persatuan.
Oleh karenanya, apa yang bisa kita lakukan sebagai anak muda yang seharusnya menjadi agen perubahan? Yang pertama tentu saja menuntut ilmu dengan benar dan mendalam. Tidak mencukupkan diri hanya dengan belajar di sekolah saja. Namun, juga harus selalu semangat untuk belajar dimanapun dan kapanpun.
Ketika telah mendapatkan suatu ilmu, jangan hanya dinikmati untuk konsumsi pribadi, namun harus disebarkan kepada banyak orang. Terlebih ilmu dan pemahaman tentang keislaman. Sebarkan agar umat tersadarkan bahwa kini dunia sedang tidak baik-baik saja.
Ketika masyarakat telah tersadarkan, maka akan lebih mudah untuk menuju ke ranah yang lebih besar lagi. Jangan pernah berhenti untuk terus menyebarkan kebaikan dan kebenaran, hingga Islam tegak secara sempurna di seluruh penjuru alam. Karena tanpa Daulah Islam, mustahil untuk mencapai apa yang selama ini menjadi impian kita bersama. Wallahu a'lam bish showwab.
Via
Opini
Posting Komentar