Opini
Benarkah Sistem Kapitalisme Mampu Menuntaskan Krisis Kesehatan Mental?
Oleh: Endah Dwianti, S.E., CA., M.Ak.
(Pengusaha)
TanahRibathMedia.Com—Pemberitaan di media saat ini membuat kita mengurut dada. Betapa tidak, kasus bunuh diri di Indonesia terus meningkat. Bahkan kerap terjadi di waktu yang berdekatan. Dengan beragam penyebab yang membuat miris dan prihati. Dari bunuh diri yang hanya sendirian hingga satu keluarga.
Dikutip dari cnnindonesia.com (2-7 2024), Bali tercatat sebagai wilayah dengan tingkat bunuh diri tertinggi se-Indonesia. Fenomena ini menunjukkan lemahnya mental masyarakat dalam menghadapi tekanan hidup.
Dalam sistem kapitalisme, berbagai persoalan hidup makin memperberat beban mental individu. Kehidupan yang penuh persaingan dan ketidakpastian ekonomi menjadi faktor utama yang mendorong banyak orang mengalami tekanan mental yang luar biasa.
Peningkatan kasus bunuh diri juga mengindikasikan kegagalan sistem pendidikan dalam mencetak individu yang bermental kuat. Pendidikan yang ada saat ini belum mampu membekali individu dengan kemampuan untuk selalu bersyukur dan bersabar dalam menghadapi berbagai cobaan hidup.
Selain itu, negara juga belum optimal dalam mengurus rakyatnya dan menjaga kesehatan mental mereka. Pemerintah seharusnya memberikan perhatian lebih dalam dan menyediakan layanan kesehatan mental yang memadai dan aksesibel bagi seluruh lapisan masyarakat.
Kelemahan mental masyarakat tidak lepas dari pengaruh pandangan hidup yang didasarkan pada sekularisme dan kapitalisme. Dalam pandangan ini, nilai-nilai materialisme dan individualisme lebih dikedepankan, mengesampingkan aspek spiritual dan sosial. Hal ini menyebabkan individu cenderung merasa kesepian, terisolasi, dan tidak memiliki tujuan hidup yang jelas. Padahal, kesehatan mental yang baik sangat tergantung pada keseimbangan antara aspek fisik, mental, dan spiritual.
Islam memiliki pandangan hidup yang komprehensif dan menempatkan negara sebagai rain (pelindung) yang bertanggung jawab mengurus rakyatnya. Negara dalam sistem Islam bertugas memberikan kehidupan terbaik bagi rakyatnya melalui penerapan sistem kesehatan masyarakat yang unggul.
Dalam Islam, kesehatan mental tidak hanya dilihat dari aspek medis semata, tetapi juga dari aspek spiritual dan sosial. Islam mengajarkan umatnya untuk selalu bersyukur, bersabar, dan tolong-menolong dalam kebaikan. Hal ini dapat membentuk individu yang bermental kuat dan mampu menghadapi berbagai cobaan hidup dengan bijaksana.
Penerapan syariat Islam secara kafah oleh negara diyakini mampu menjamin terwujudnya kesejahteraan dan ketenteraman bagi seluruh rakyat. Syariat Islam memberikan jaminan untuk menjaga setiap rakyat memiliki jiwa dan raga yang sehat dan kuat. Negara bertanggung jawab menyediakan layanan kesehatan yang berkualitas dan mudah diakses oleh seluruh lapisan masyarakat.
Selain itu, negara juga bertugas menciptakan lingkungan sosial yang kondusif, di mana nilai-nilai kebersamaan, saling menghormati, dan tolong-menolong dijunjung tinggi. Dengan demikian, sistem Islam mampu memberikan solusi yang komprehensif dalam mengatasi berbagai persoalan hidup, termasuk masalah kesehatan mental.
Sistem ini tidak hanya berfokus pada aspek material semata, tetapi juga memperhatikan aspek spiritual dan sosial yang menjadi kunci bagi kesehatan mental yang optimal. Oleh karena itu, sudah saatnya kita kembali kepada sistem Islam yang telah terbukti mampu memberikan kehidupan yang lebih baik bagi umat manusia.
Kesimpulannya, kapitalisme telah gagal dalam menjamin kesehatan mental rakyat. Sistem ini hanya menambah beban hidup masyarakat dengan berbagai persoalan yang ada. Sebaliknya, Islam menawarkan solusi yang komprehensif dan menyeluruh dalam mengatasi masalah kesehatan mental. Dengan penerapan syariat Islam secara kafah, negara dapat memberikan kehidupan yang lebih baik dan menjamin kesejahteraan serta kesehatan mental seluruh rakyatnya. Wallahualam bissawab
Via
Opini
Posting Komentar