Opini
Indonesia Posisi Pertama Pengangguran di ASEAN, Haruskah Bangga?
Oleh: Ratna Kurniawati, SAB
(Sahabat Tanah Ribath Media)
TanahRibathMedia.Com—Sungguh kondisi yang miris, Indonesia negeri kita tercinta yang memiliki sumber daya alam yang melimpah menduduki peringkat pertama pengangguran di ASEAN. Negeri yang dikenal dengan julukan gemah ripah loh jinawi seolah hanya impian karena pengelolaan yang kurang tepat.
IMF (International Monetary Fund) atau Dana Moneter Internasional mengemukakan bahwa tingkat pengangguran 5,2 persen tertinggi dibandingkan dengan negara ASEAN lainnya. Posisi ini memang lebih rendah 0,1 persen apabila dibandingkan tahun lalu sebesar 5,3 persen.
Kemudian posisi kedua ditempati Filipina sebesar 5,1 persen, Brunei Darussalam sebesar 4,9 persen, Malaysia sebesar 3,5 persen, Vietnam sebesar 2,1 persen, Singapura sebesar 1,9 persen, Thailand sebesar 1,1 persen (Detik.com, 25-7-2024).
Seperti kita lihat secara sederhana dari teori permintaan dan penawaran, rendahnya keinginan pengusaha untuk menciptakan lowongan pekerjaan menjadi salah satu faktor utama tingginya angka pengangguran di Indonesia.
Tingkat pengangguran di kalangan SMK lebih tinggi dibandingkan dengan lulusan Diploma IV, S1, S2 dan S3. Selain itu, persyaratan batas usia juga turut andil dalam mempengaruhi lowongan pekerjaan karena banyak yang terbebani dengan ketentuan tersebut. Fakta ini sangat memprihatinkan, tingginya angka pengangguran menunjukkan kegagalan negara dalam menciptakan lapangan pekerjaan bagi rakyatnya.
Sayangnya, kebijakan di sektor ekonomi misalnya terkait penanaman modal asing yang mensyarakatkan tenaga kerja asing masuk di Indonesia membuat lulusan SMK/PT tak terserap dalam dunia kerja. Belum lagi program pemberdayaan perempuan yang membuat para pencari kerja laki-laki bersaing dengan para pencari kerja perempuan untuk mengisi lowongan pekerjaan sehingga semakin sempit kesempatan laki-laki mendapatkan pekerjaan.
Kapitalisme, Biang Kerusakan
Dalam sistem kapitalis pengelolaan sumber daya alam diserahkan pada tenaga ahli dan tenaga kerja yang diambil dari negara asing sehingga dampaknya rakyat kehilangan kesempatan untuk bekerja. Rakyat harus menjadi TKI keluar negeri untuk memenuhi kebutuhannya.
Konsekuensi dari kerjasama dengan negara asing membuat tenaga asing masuk dan mengisi kuota dari lowongan pekerjaan tersebut. Maka wajar apabila angka pengangguran di Indonesia meningkat dan menjadi tertinggi di ASEAN. Sistem kapitalis menekankan keuntungan sebesar-besarnya bagi pemilik modal sehingga mengabaikan kesejahteraan pekerja.
Adapun dampak dari penerapan sistem kapitalis terhadap pengangguran antara lain eksploitasi pekerja sehingga upah buruh rendah dan tidak sesuai dengan biaya hidup. Inovasi dengan teknologi baru oleh perusahaan mengakibatkan kecanggihan teknologi menggantikan tenaga manusia. Liberalisasi perdagangan di Indonesia dengan membuka kran perdagangan masuk membuat industri lokal harus bersaing sehingga tidak jarang yang gulung tikar sehingga mengakibatkan pengangguran meningkat.
Solusi Islam untuk Mengatasi Pengangguran
Islam bukan hanya sekadar agama semata, namun Islam memiliki solusi atasi pengangguran. Ada beberapa langkah yang harus dilakukan oleh seorang pemimpin dalam mengatasi pengangguran karena seorang pemimpin akan dimintai pertanggung jawaban atas kepengurusan terhadap rakyatnya. Sebagaimana dalam sebuah hadits yang menyatakan bahwa:
“Imam (Khalifah) adalah raa’in (pengurus rakyat) dan ia bertanggung jawab atas pengurusan rakyatnya.” (HR al-Bukhari)
Beberapa hal yang harus dilakukan oleh pemimpin negara adalah: pertama, pendidikan dalam negara Islam mudah didapatkan bahkan gratis. Rakyat bebas memilih sesuai potensinya serta memberikan keahlian dan ketrampilan pada rakyat terutama laki-laki karena memiliki kewajiban bekerja.
Kedua, menyiapkan sarana dan prasarana bagi rakyat terutama laki-laki untuk bekerja seperti pemberian modal cuma-cuma dan lainnya. Ketiga, kewajiban bekerja hanya untuk laki-laki. Perempuan hanya boleh bekerja yang memang harus di isi oleh perempuan. Keempat, pengelolaan sumber daya alam di tangan negara sedangkan tenaga kerja asing dibatasi jumlah dan masa kerjanya sesuai kebutuhan dan kewajiban transfer ilmu dan teknologi kepada pekerja lokal.
Dengan beberapa langkah diatas, Islam mampu atasi pengangguran sehingga kesejahteraan dapat dirasakan baik oleh muslim maupun non muslim. Sebagaimana Khalifah Umar Bin Abdul Aziz yang menjadikan rakyatnya tidak ada yang berhak menerima zakat. Sungguh hanya ada pada peradaban gemilang di bawah naungan daulah khil4f4h Islamiah. Sudah saatnya kembali pada aturan Islam kaffah. Wa'llahualam bishawab
Via
Opini
Posting Komentar