Opini
Kapitalisme Gagal Menjamin Kesehatan Mental Rakyat
Oleh: Wida Ummu Azzam
(Muslimah Peduli Umat)
TanahRibathMedia.Com—Maraknya kasus bunuh diri menunjukkan betapa lemahnya mental masyarakat. Fakta menunjukkan beratnya kehidupan di dalam sistem sekuler kapitalis saat ini dan menimbulkan berbagai macam persoalan. Tentu saja kondisi tersebut memicu stres bahkan sampai depresi dan mengakibatkan meningkatnya kasus bunuh diri di Tanah Air. Provinsi Bali memiliki peringkat tertinggi se-Indonesia kasus bunuh diri.
Dikutip dari cnnindonesia.com (2-07-2024), Data Pusat Informasi Kriminal Indonesia (Pusiknas) Polri menyebut laporan kasus bunuh diri di Bali di 2023 mencapai angka 3,07. Catatan data tersebut sangat jauh di atas provinsi-provinsi lain di Tanah Air. Suicide rate sebesar 1,58 sebagai peringkat kedua ditempati oleh Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY).
Saking banyaknya kasus bunuh diri di Tanah Air, Polres Karimun menggandeng para tokoh agama dan instansi terkait, menggelar rapat koordinasi membahas penanganan fenomena bunuh diri yang begitu marak di tengah masyarakat.
Dikutip dari ulasan.co (5-07-2024), Polres Karimun menggelar rapat koordinasi bersama tokoh agama dan instansi terkait dalam rangka penanganan fenomena perilaku bunuh diri yang terjadi akhir-akhir ini di wilayah tersebut pada Jumat, 5 Juli 2024. Pertemuan diadakan di Kedai Kopi Servanda, Kelurahan Sungai Lakam Timur, Kecamatan Karimun, Kabupaten Karimun.
Pertemuan penting tersebut turut diikuti oleh Kepala Kemenag Kabupaten Karimun Jamzuri M Noor, perwakilan MUI Karimun, Pengurus Gereja Indonesia (PGI) Karimun, Ketua FKUB Karimun Rasyid Nur, para Camat, dan Ketua KUA se-Kabupaten Karimun.
Lalu apakah cukup hanya menggelar rapat saja, mengkoordinasi pihak terkait dan para tokoh agama? Apa sebenarnya yang menjadi faktor penyebab maraknya bunuh diri akhir-akhir ini?
Gangguan mental makin banyak terjadi di tengah masyarakat. Faktor penyebab internal yaitu berasal dari dalam diri penderita gangguan kesehatan mental, seperti ketidakmampuan seseorang dalam memahami kehidupan dan ketidaksiapan menerima keadaan yang telah ditetapkan oleh Allah Swt..
Efeknya masyarakat menderita krisis identitas sebagai seorang hamba serta krisis keimanan yang membuat seseorang mudah goyah, mudah tersulut emosi, nafsu sesaat, hingga pikiran kalut yang berujung pada keputusasaan.
Faktor eksternal biasanya terjadi dari luar diri penderita gangguan kesehatan mental, seperti tekanan hidup karena faktor ekonomi yang mengimpit, masalah pekerjaan, pertemanan, keluarga, lingkungan, dan sebagainya. Mental yang lemah dipengaruhi banyak hal, salah satunya adalah pandangan hidup berdasar kepada sekulerisme kapitalisme.
Dikarenakan kebijakan kapitalis yang diterapkan di negeri ini, menyebabkan beban ekonomi masyarakat makin berat, sistem sekuler kapitalistik juga membentuk kehidupan masyarakat serba sempit dan mengagungkan kebebasan. Semua berdampak pada kehidupan masyarakat. Akhirnya masyarakat pun semakin jauh dan sulit untuk bisa menegakkan nilai-nilai Islam, bahkan tidak sedikit yang ikut terjebak kehidupan materialistik individualistik yang jauh dari nilai-nilai Islam.
Sistem sekuler kapitalis juga turut memberi andil munculnya ketidakharmonisan dalam keluarga bahkan tidak sedikit yang berujung pada perceraian. Semua memicu stres bahkan depresi. Stres berkepanjangan yang tidak kunjung diobati mampu melemahkan tubuh dari waktu ke waktu, akhirnya penyakit-penyakit berat bermunculan dan gangguan mental yang parah mengakibatkan dorongan untuk bunuh diri semakin besar.
Islam menjadikan negara sebagai rain yaitu melayani dan mengurusi kepentingan dan kemaslahatan rakyat. Negara wajib mengurus rakyat dan memberikan kehidupan terbaik bagi rakyatnya yaitu dengan penerapan syariat Islam kafah oleh negara yang akan menjamin terwujudnya kesejahteraan dan ketenteraman di tengah masyarakat. Jika fungsi negara dijalankan dengan benar maka akan terbentuklah rakyat yang berjiwa raga sehat.
Nabi saw. bersabda, “Ingatlah bahwa di dalam jasad itu ada segumpal daging. Jika ia baik maka baik pula seluruh jasad. Jika ia rusak maka rusak pula seluruh jasad. Ketahuilah bahwa ia adalah hati.” (HR Muttafaq ‘alayhi)
Dalam aspek ruhiah Islam mengajak orang-orang yang beriman untuk semakin bertakwa kepada Allah Swt., taat kepada perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya.
Islam mengajarkan sabar, salat, dan berdoa hanya kepada Allah Swt. yaitu Zat yang Maha Menolong hamba-Nya dalam menghadapi persoalan hidup. Kedekatan inilah yang akan memberikan rasa tenang (sakinah) dan optimis di dalam jiwa manusia sehingga menghindarkan manusia dari stres dan depresi.
Dalam aspek politik yaitu optimalisasi peran negara. Segala gangguan yang bisa merusak mental akan diminimalkan atau bahkan bisa dihilangkan dengan cepat.
Islam akan memenuhi kebutuhan pokok rakyatnya untuk memaksimalkan periayahan di aspek ekonomi. Negara memastikan tidak ada rakyat yang kesulitan mencari nafkah atau mencari pekerjaan yang layak untuk memenuhi kebutuhan rakyatnya.
Negara juga akan melakukan rehabilitasi penyakit medis maupun nonmedis. Orang-orang yang mengalami gangguan kesehatan mental akan benar-benar ditangani oleh ahli yang berkompeten di bidangnya.
Itulah gambaran solusi Islam yang mampu mengatasi masalah gangguan kesehatan mental rakyatnya. Semua berlandaskan kecintaan pemimpin kepada rakyatnya agar fungsi negara bisa dijalankan dengan maksimal sebagai pelindung (junnah) atas rakyat.
Di tengah sistem kehidupan sekuler kapitalistik yang tengah mendera kita, menciptakan penghidupan yang serba sempit serta deraan kezaliman para penguasa yang kebijakannya tidak pernah berpihak kepada rakyat.
Allah Swt. mengancam orang-orang yang berpaling dan menentang-Nya dalam QS. Taha: 124 yang artinya: "Siapa yang berpaling dari peringatan-Ku, maka sesungguhnya baginya kehidupan yang sempit. Kami akan mengumpulkannya pada hari Kiamat dalam keadaan buta.” Wallahualam bissawab
Via
Opini
Posting Komentar