Opini
Pemuda Mabuk Kecubung, Buah Liberalisasi Perilaku
Oleh: Yuke Octavianty
(Forum Literasi Muslimah Bogor)
TanahRibathMedia.Com—Bunga kecubung, salah satu jenis bunga yang kini tengah jadi sorotan publik. Meskipun bukan termasuk golongan narkoba dan zat aditif, namun efeknya bisa berdampak sangat berbahaya, mulai dari halusinasi, hilang kesadaran hingga kematian. Seperti yang dialami puluhan pemuda di Banjarmasin, Kalimantan Selatan (kompas.id, 12-7-2024).
Kejadian bermula saat ada dua orang mengoplos bunga kecubung dengan alkohol dan obat-obatan. Campuran tersebut kemudian dikonsumsi sehingga mengakibatkan hilang sadar dan halusinasi. Dilaporkan dari tragedi ini, terdapat dua nyawa yang tidak bisa diselamatkan meskipun telah dilakukan perawatan di Rumah Sakit Jiwa Sambang Lihum. Sementara 35 orang lainnya mengalami gangguan mental dengan tingkat keparahan bervariasi. Pada umumnya mereka belum bisa diajak berkomunikasi karena efek halusinasi.
Terkait fenomena tersebut, Kepala Kepolisian Resort Kota Banjarmasin, Kombes Cuncun Kurniadi menghimbau, agar masyarakat tidak mengkonsumsi kecubung karena dapat menyebabkan gangguan mental. Meskipun dampak konsumsi bunga kecubung telah diketahui dan berbahaya, namun hingga kini kecubung belum ditetapkan sebagai jenis narkoba atau zat aditif. Hal ini pun belum diatur dalam kebijakan dari Kemetrian Kesehatan.
Dampak Sistem Rusak
Mabuk Kecubung merefleksikan adanya kerusakan dalam tubuh generasi. Sebagian besar generasi memyelesaikan masalah dengan cara yang salah. Alih-alih ingin mendapat solusi, justru generasi terjebak dalam jebakan yang rusak dan fatal. Ketahanan mental yang lemah menjadikan generasi mudah goyah.
Inilah gambaran kegagalan sistem yang terus mengancam generasi. Kurikulum pendidikan yang berbasis sistem sekularisme menjadikan generasi jauh dari standar ideal. Perilaku kekerasan dan akal yang pendek menjadi perilaku generasi. Sistem sekularisme, sistem yang menjauhkan nilai agama dari kehidupan menjadikan mereka jauh dari esensi iman dan takwa. Generasi tidak memiliki sandaran yang kuat saat diterpa masalah. Alhasil, mereka melampiaskan masalahnya pada solusi parsial yang sama sekali tidak mampu menyelesaikan. Inilah watak generasi yang mengutamakan sifat liberal, serba bebas tanpa aturan.
Di sisi lain, negara pun abai menjaga generasi. Kebijakan-kebijakan yang mestinya segera ditetapkan justru diabaikan padahal korban sudah berjatuhan. Betapa buruknya dampak penerapan sistem liberal sekularistik. Kehidupan menjadi hal yang tidak lagi berharga.
Islam dan Penjagaannya
Islam yang diterapkan sebagai sistem memiliki mekanisme yang khas terkait pembinaan dan penjagan generasi. Sistem pendidikan yang mengedepankan akidah Islam akan mencetak generasi unggul anti badai. Karena kekuatan dan keterikatannya terhadap hukum syara' sangatlah erat.
Akhlak mulia menjadi hal utama yang terlahir sebagai proses keberhasilan pendidikan. Tidak hanya itu, generasi yang terlahir dalam sistem Islam pun bermental baja dan produktif dalam segala hal. Semua ini sebagai refleksi dari sinergi yang sempurna antara syariah Islam yang diterapkan sebagai sistem dalam tatanan institusi khil4f4h yang amanah.
Nasib generasi merupakan tanggung jawab penuh negara. Karena didikan dari sistem yang keliru akan menjebloskan generasi pada pemahaman yang keliru. Khil4f4h sebagai institusi penjaga akan menerapkan berbagai kebijakan yang menjaga dan melindungi generasi dari berbagai ancaman, baik berupa pemahaman rusak maupun lingkungan yang keliru. Karena negara berfungsi sebagai ra'in (pengurus) dan junnah (perisai) bagi seluruh umat.
Rasulullah saw. bersabda,
“Imam/Khalifah adalah pengurus dan ia bertanggung jawab terhadap rakyat yang diurusnya.” (HR Muslim dan Ahmad).
Hanya dengan sistem Islam-lah generasi terjaga sempurna, terjaga akhlaknya, terjaga pula kehormatannya. Wallahu a'lam bisshowwab
Via
Opini
Posting Komentar