Opini
Perayaan Ulang Tahun Berujung Maut, Salah Siapa?
Oleh: Ummu Saibah
(Sahabat Tanah Ribath Media)
TanahRibathMedia.Com—FN, 18 tahun, ketua OSIS di sebuah SMAN di Klaten, meninggal dunia tersengat listrik, setelah diceburkan oleh teman-temannya ke kolam di Sekolah. Sebagai bentuk surprise perayaan ulang tahunnya (Tempo.com 8-7-2024).
Berita itu begitu menggetarkan hati setiap ibu yang mendengarnya. Bagaimana tidak, harapan seorang ibu ketika anaknya pergi ke sekolah adalah mendapati mereka belajar, lalu pulang tanpa kurang satu apapun. Tetapi betapa hancurnya hati seorang ibu ketika mendapati anaknya pulang sekolah tanpa nyawa. Hal ini tentu sangat disayangkan. Apalagi setelah mengetahui kronologi peristiwa yang menyebabkan si anak meninggal adalah karena surprise dari teman-temannya, dalam rangka merayakan hari ulang tahunnya.
Bagaimana Sistem Kapitalisme Membangun Kebiasaan Remaja
Sudah menjadi tren di kalangan remaja memberikan surprise untuk merayakan ulang tahun, bahkan sudah membudaya di masyarakat. Walaupun terkadang surprise yang diberikan cenderung hal-hal yang tidak baik, seperti prank yang penuh kebohongan, menyiram dengan tepung atau telor, membenamkan muka ke kue ataupun menceburkannya ke kolam, yang kadang berakibat fatal.
Munculnya kebiasaan-kebiasaan buruk semacam ini tidak lepas dari pengaruh tren dunia barat. Perkembangan zaman yang menyuguhkan kecanggihan teknologi digital, mempermudah akses untuk mendapatkan berbagai macam informasi tanpa batasan. Tidak terkecuali bagaimana perkembangan kehidupan di berbagai negara maju, yang menawarkan kesenangan dengan hingar-bingar dunia hiburan dan kepopuleran. Kehidupan ala kapitalisme seperti ini menumbuhkan kebiasaan buruk yang akhirnya membudaya seperti flexing, gaya hidup hedon, dan konsumtif juga mengejar kepopuleran. Hal-hal tersebut dengan mudah mempengaruhi kehidupan remaja, Sehingga mereka lebih suka meniru gaya hidup ala Barat yang kental dengan faham individualismenya, pergaulan bebas, dan bertingkah laku sebebas-bebasnya tanpa mengkhawatirkan akibat dari perbuatannya.
Mentalitas remaja yang labil hasil dari sistem pendidikan kapitalisme, membawa mereka makin larut dalam arus negatif dari modernisasi digital, kecenderungan ingin diperhatikan bahkan menjadi populer, membuat mereka mengejar eksistensi diri, yaitu dengan meniru segala sesuatu yang dianggap tren, tidak perduli apakah tren itu buruk, ataupun berbahaya untuk dilakukan. Karena menurut mereka tercapainya eksistensi diri dan pengakuan dari komunitas ataupun media sosial lebih utama dari lainnya.
Hal ini menyebabkan perilaku remaja sering bersifat spontan, tanpa disertai pemikiran mendalam. Mereka tidak mempertimbangkan akibat dari perbuatan yang mereka lakukan. Apalagi mempertimbangkan halal-haram sebagai standar perbuatan. Tentu saja kondisi yang demikian disebabkan karena dasar pendidikan yang mereka terima adalah pendidikan sekularisme yang memisahkan agama dari kehidupan. Tidak dipahamkan dalam pendidikan sekuler, standar perbuatan dan kaidah berfikir yang benar, serta adanya pertanggungjawaban atas setiap perbuatan. Yang ditanamkan hanya semangat untuk meraih kesuksesan dan terpenuhinya kesenangan hidup di dunia.
Sehingga wajar bila saat melakukan suatu perbuatan mereka abai terhadap resiko yang mungkin terjadi. Seringkali perbuatan dilakukan sekedar untuk bersenang-senang, begitulah kebiasaan yang tidak produktif akhirnya membudaya di masyarakat. Hal ini tentu saja akibat dari penerapan sistem kapitalisme di negeri ini, yang juga digaungkan oleh dunia Barat.
Bagaimana Islam Mengantarkan Remaja Menjadi Produktif
Islam bukan sekadar agama ritual saja, tetapi merupakan pandangan hidup atau ideologi. Darinya terpancar peraturan-peraturan untuk mengatur kehidupan dan juga pemikiran-pemikiran cemerlang yang menjadi pangkal dari kegemilangan peradaban Islam. Dunia mengakui bahwa umat Islam adalah umat dengan peradaban besar, yaitu pada masa kegemilangan Islam atau the golden age , pada saat itu umat Islam memimpin dunia sebagai negeri yang memiliki wilayah yang sangat luas, militer yang kuat dan ditakuti, negeri yang melahirkan banyak ilmuwan dan menjadi satu-satunya tempat untuk menimba ilmu pengetahuan, tidak hanya itu, kesejahteraan rakyat merata di kota-kota besar yang mempesona. Tetapi kini yang tertinggal hanyalah jejak peradabannya saja, walaupun itu saja sudah membuktikan bahwa penerapan Islam sebagai pandangan hidup mampu membangun sebuah peradaban yang besar dan agung.
Masa kegemilangan peradaban Islam dicapai dengan menerapkan Islam secara kaffah dalam setiap lini kehidupan baik politik, ekonomi, pendidikan, dan lainnya. Sehingga melahirkan individu-individu yang beriman dan bertakwa juga berkualitas dalam bidang ilmu dan teknologi. Lingkungan yang kondusif dan aman, karena kesejahteraan rakyat terjamin oleh negara. Dari situlah tercipta kebiasaan dan budaya yang bersifat positif dan produktif dalam masyarakat.
Penerapan sistem pendidikan Islam mengajarkan kaidah berfikir yang benar yaitu dengan menjadikan akidah Islam sebagai dasar berfikir. Individu dipahamkan untuk berfikir dengan menggabungkan fakta yang diindera dengan maklumat sabiqoh atau informasi awal serta menggunakan akal untuk berfikir dan mengaitkan segala sesuatu dengan syariat islam. Sehingga akan menghasilkan pemikiran yang cemerlang tidak sekedar pemikiran yang mendalam saja.
Begitu pula pendidikan Islam akan menggiring kesadaran setiap individu bahwa Allah Swt. selalu mengawasi setiap gerak langkah manusia dan kelak akan dimintai pertanggung jawaban atas setiap perbuatan yang telah dilakukan. Sehingga dengan keterikatan itu setiap individu akan menimbang perbuatan mereka dengan mendalam, apakah sesuai dengan syariat Islam atau tidak, dan memikirkan konsekuensinya baik di dunia maupun di akhirat, tidak hanya memikirkan nilai yang akan dicapai oleh suatu perbuatan saja.
Begitulah Islam akan menghantarkan remaja menjadi individu yang beriman, bertakwa, serta bertanggung jawab terhadap segala perbuatannya dan lebih produktif dalam beraktivitas. Mereka tidak hanya mengejar kesenangan dunia saja, tetapi juga kebahagiaan hakiki kelak di akhirat. Karena mereka yakin semua perbuatan harus dipertanggungjawabkan dan akan mendapat balasannya. Keadaan ini hanya akan tercapai dengan penerapan sistem Islam secara kaffah. Waallahu a'alam bishowab
Via
Opini
Posting Komentar