Opini
Surprise Ultah Berujung Maut, Bukti Generasi Berpaham Liberalis
Oleh: Hesti Nur Laili, S.Psi.
(Sahabat Tanah Ribath Media)
TanahRibathMedia.Com—Hari ulangtahun merupakan momen yang paling ditunggu-tunggu, terutama bagi kalangan remaja. Banyak remaja yang menggunakan momen tersebut untuk memberikan kejutan dari yang memberikan hadiah, kue ulangtahun, acara tiup lilin tengah malam, hingga melakukan perbuatan-perbuatan yang dianggap seru namun justru berujung maut bagi yang sedang berulangtahun.
Seperti kasus tragis yang terjadi baru-baru ini, yakni seorang siswa SMAN 1 Cawas, Klaten, Jawa Tengah harus meregang nyawa lantaran kejutan ulangtahun yang didapatkan dari teman-temannya. Siswa berusia 18 tahun yang menjabat sebagai ketua OSIS tersebut tewas karena diceburkan ke dalam kolam.
Dugaan awal, siswa bernama Fajar itu meninggal karena tenggelam. Namun, setelah dilakukan penelusuran oleh pihak berwajib, korban meninggal lantaran kesetrum oleh pipa yang berisi kabel beraliran listrik saat korban berpegangan pada pipa tersebut (detik.com, 11-7-2024).
Kasus serupa terjadi juga di Batam. Seorang siswi SMP kelas VII SMPN 3 Batam meninggal lantaran prank dituduh mencuri. Prank tuduhan tersebut membuat korban panik, tidak nafsu makan, jatuh sakit, hingga akhirnya meninggal dunia (jateng.tribunnews.com, 11-2-2022).
Kemudian, selain menyebabkan kematian, seringnya kejutan ulangtahun tersebut juga menyebabkan cedera dan kecacatan bagi korbannya. Seperti yang terjadi pada Yusuf, siswa SMK di Desa Kadumangu, Kecamatan Babakan Madang, Kabupaten Bogor ini harus mengalami kebutaan permanen pada mata sebelah kirinya lantaran dilempari telur busuk saat diberi kejutan ulangtahun oleh teman-temannya (regional.kompas.com, 31-5-2017).
Fenomena-fenomena di atas sungguh membuat miris. Demi agar bisa membuat kejutan awalnya dengan ekspektasi yang menggembirakan, namun nyatanya berujung bencana hingga kematian. Semua fenomena itu tak lepas dari fakta bahwa generasi kita suka meniru-niru budaya yang tidak sejalan dengan budaya Indonesia bahkan budaya Islam. Budaya perayaan ulangtahun bukanlah budaya Islam, termasuk tren prank atau membuat kebohongan demi memeriahkan perayaan ulangtahun tersebut. Karena pada dasarnya Islam sendiri melarang umatnya untuk berbohong, sekalipun dengan tujuan bercanda.
Hal ini sudah dipertegas oleh Allah SWT. dalam firman-Nya mengenai perbuatan bohong di Al-Qur'an surat An-Nahl Ayat 105, Allah Swt. berfirman,
إِنَّمَا يَفْتَرِى ٱلْكَذِبَ ٱلَّذِينَ لَا يُؤْمِنُونَ بِـَٔايَٰتِ ٱللَّهِ ۖ وَأُو۟لَٰٓئِكَ هُمُ ٱلْكَٰذِبُونَ
"Sesungguhnya yang mengada-adakan kebohongan, hanyalah orang-orang yang tidak beriman kepada ayat-ayat Allah, dan mereka itulah orang-orang pendusta."
Dan meskipun niatnya bercanda atau untuk membuat orang lain tertawa, berbohong tetap dilarang. Hal ini jelas disabdakan oleh Rasulullah shalallahu alaihi wasallam dalam riwayat Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu:
لَا يُؤْمِنُ الْعَبْدُ الْإِيمَانَ كُلَّهُ حَتَّى يَتْرُكَ الْكَذِبَ فِي الْمُزَاحِ وَالْمِرَاءَ وَإِنْ كَانَ صَادِقًا
“Seorang hamba tidak beriman dengan sempurna, hingga ia meninggalkan berkata bohong saat bercanda dan meninggalkan debat walau ia benar.” (HR Ahmad).
Mudahnya generasi muda umat Islam Indonesia saat ini yang mudah sekali meniru-niru budaya barat bahkan dalam hal negatif, memberikan kita fakta bahwa generasi kita telah kehilangan sosok idola atau panutan yang benar. Tergerusnya konten agama akibat sistem sekularisme mengakibatkan banyak generasi muda enggan untuk belajar agama maupun sejarah bagaimana orang-orang hebat pada generasi gemilang umat Islam di masa lampau.
Akhirnya Barat dan segala budaya negatif sekulernya itulah kini yang menjadi kiblat pergaulan anak-anak jaman sekarang. Segala hal yang berasal dari Barat atau dari budaya negara-negara sekuler yang dinilai maju seperti Jepang, Korea Selatan, Amerika dan negeri-negeri Eropa dianggap keren sekalipun hal tersebut menyesatkan, yang salah satu contohnya adalah prank dalam surprise ulang tahun.
Terpaparnya generasi oleh budaya Barat yang tak ada ilmu maupun manfaatnya itu tak lain akibat buah dari sekularisme yang telah tersistem di negara ini. Kurangnya pemahaman Islam dalam diri generasi muda, membuat mereka tak paham arah dan tujuan hidup, maupun halal dan haramnya suatu perbuatan. Tak sampai di pikiran mereka bahwa konten prank yang mereka serap dari luar itu adalah hal yang negatif atau haram, karena yang terpenting adalah anggapan kekinian dan keren bagi kawula muda.
Dari sisi pendidikan juga sama. Tak ada nilai yang ditanamkan dalam diri peserta didik kecuali hanya sebatas angka-angka nilai akademik saja. Maka tak heran, surprise prank ulangtahun ini juga terkadang dilakukan oleh para guru terhadap teman sejawatnya maupun guru ikut andil dalam surprise ulang tahun muridnya.
Lantas jika gurunya saja demikian, bagaimana peserta didik bisa mendapatkan pemahaman tentang mana budaya yang baik untuk diserap dan mana yang tidak? Mana budaya yang bermanfaat dan mana budaya yang merugikan? Coba cek, berapa banyak telur, tepung, dan kopi yang terbuang sia-sia hanya untuk dilempar kepada "yang berulangtahun" sebagai bagian dari surprise yang dianggap keren? Dan sayangnya budaya ini justru dianggap biasa dan keren, bahkan oleh sebagian kalangan pendidik maupun orangtua.
Lalu selanjutnya, rusaknya generasi hingga para pendidik yang dengan mudah menyerap budaya-budaya asing yang jauh dari nilai-nilai kebaikan tentunya tak lepas dari peran negara. Di era teknologi yang serba canggih ini, penyaringan terhadap berbagai konten di sosial media hampir tak ada wujudnya. Segala informasi baik yang bersifat positif maupun negatif sangat dengan mudah diakses oleh masyarakat.
Akibatnya, teknologi yang seharusnya bisa menjadi alat kemudahan untuk kelangsungan hidup masyarakat, kini seringnya justru menjadi racun bagi generasi dengan berbagai tayangan-tayangan dan konten-konten yang tidak bermanfaat. Artis-artis, influencer, publik figur, maupun tokoh-tokoh ternama tak jarang memamerkan kekayaan, pesta-pesta, maupun kejutan ulangtahun di depan masyarakat melalui sosial medianya hingga akhirnya dengan mudah ditiru oleh masyarakat karena dianggap keren.
Hal ini jelas berbeda jika sistem Islam yang diterapkan di suatu negara. Di dalam sistem Islam, untuk mencetak generasi gemilang yang berkualitas, ada tiga pilar yang bersinergi untuk membentuknya, yakni: ketakwaan individu, kontrol masyarakat, dan peran negara yang menerapkan aturan dan syariat dari Allah.
Ketakwaan individu tentu didapat dari tak hanya peran orangtua dalam mendidik anak di dalam rumah, tetapi juga peran pendidikan di sekolah-sekolah. Setiap individu didorong untuk menjadi pribadi yang sholeh, taat, bertakwa dan beriman kepada Allah Swt. tak hanya didorong tetapi juga dipahamkan, mengapa harus menjadi pribadi yang bertakwa dengan cara memahamkan apa hakikat dan tujuan hidup di dunia ini. Sehingga individu dalam sistem Islam tumbuh dengan memiliki rasa takut kepada Allah Swt. maka, jangankan melakukan prank ulangtahun yang tidak bermanfaat, bahkan mereka pun mampu memahami apa makna bertambahnya usia dan bagaimana cara untuk mensyukurinya.
Yang kedua adalah kontrol masyarakat. Amar makruf nahi mungkar dan saling memberi nasihat menjadi budaya agar masyarakat terdorong menjadi pribadi yang peduli dengan sesamanya, lebih-lebih dalam urusan dosa dan kezaliman. Maka, jika dalam sistem sekularisme, masyarakat dibentuk menjadi pribadi yang individualis dan lebih mementingkan diri sendiri yang akhirnya merugikan banyak orang akibat dari individualis tadi, hal ini jelas berbeda dalam sistem Islam. Dorongan amar makruf nahi mungkar menjadi pilar penjaga kedua setelah diri pribadi untuk tak hanya kebaikan diri agar terhindar dari dosa, tetapi juga semi kemaslahatan umat agar terhindar dari dampak dosa yang ditimbulkan oleh seorang individu.
Yang terakhir tentu saja peran negara. Negara punya andil yang sangat besar untuk mencegah berbagai informasi negatif dari luar dengan penjagaan yang sempurna. Negara menutup akses segala yang membahayakan generasi. Selain itu, negara juga secara tegas menegakkan hukum berdasarkan Al-Qur'an dan hadits Rasulullah untuk menebus sebuah kesalahan dan mencegah agar tak terulang kembali, baik dari sisi pelaku maupun orang lain yang menyaksikan dan terinspirasi olehnya.
Demikianlah, tampak jelas perbedaan sistem sekularisme dan Islam dalam melihat masalah dan memberikan solusi atas masalah tersebut. Islam dengan segala peraturan menyeluruh bagi umat manusia untuk mengatasi berbagai masalah dalam hidup serta mencegah kerusakan-kerusakan dalam diri umat.
Via
Opini
Posting Komentar