Opini
Anak Muda Susah Cari Kerja, Negara Tutup Mata
Oleh: Sri Astutiani
(Sahabat Tanah Ribath Media)
TanahRibathMedia.Com—Ratusan pencari kerja berjejer memadati Mall Depok Town Square (DETOS) pada Senin (29-7-2024). Antrian mengular bermeter-meter di pusat perbelanjaan yang berada di jalan Margonda Raya. Mall yang sudah mulai sepi pengunjung itu mendadak ramai dipadati oleh anak-anak muda. Mereka yang didominasi Gen-Z datang bukan untuk berbelanja melainkan untuk mencari pekerjaan. Mereka berusaha nampak masih tersenyum walau cemas di hati untuk menanti panggilan kerja (kumparan.com, 04-08-2024).
Anak-anak muda Gen-Z kini harus menelan pil pahit, karena makin sempitnya lapangan pekerjaan. Ini disebabkan minimnya pengalaman kerja dan berpindahnya sektor padat karya ke padat modal, sehingga kemajuan teknologi semangkin berkembang pesat. Tercatat pada saat ini lebih dari 9,89 juta anak muda yang tidak bekerja dan tidak sedang sekolah.
Faktor apa sih sebenarnya yang menyebabkan anak-anak muda khususnya Gen-Z susah mencari pekerjaan. Pertama, pilih-pilih pekerjaan. Pada tahun 2022 terungkap bahwa sebanyak 58 persen generasi Z berusia 18-24 tahun yang sudah menjadi pegawai memilih berhenti bekerja, dikarenakan tidak sesuai dengan minat mereka dan banyak dari anggota Gen-Z ini memilih menganggur dari pada merasa tidak nyaman dengan pekerjaan yang mereka tidak sukai. Mereka lebih mengutamakan kenyamanan hidup daripada mendapat penghasilan.
Kedua, terlalu banyak menuntut. Berbeda dengan generasi sebelumnya, anak-anak muda ini memiliki ekspektasi tinggi terhadap lingkungan kerja, termasuk aspek fleksibilitas, keseimbangan antara kehidupan pribadi dan pekerjaan, dan tidak memiliki tujuan dalam pekerjaan. Mereka mencari pekerjaan yang hanya memenuhi aspirasi pribadi dan yang hanya mereka kuasai saja.
Inilah yang menyebabkan mereka lebih selektif dalam memilih pekerjaan, yang pada akhirnya mempersempit peluang untuk mereka dalam mendapatkan pekerjaan. Ada juga Gen-Z yang menuntut gaji tinggi karena mereka merasa pekerjaan ini menguras tenaga dan pikiran yang dihubungkan langsung dengan bidang pekerjaan, makanya Gen-Z ini tidak mendapatkan posisi di lingkungan kerja dan mereka tersingkir karena tuntutan yang mereka buat.
Ketiga, minim pengalaman kerja. Meskipun mereka memiliki keahlian dalam bidang teknologi dan adaptabilitas yang tinggi, kurangnya pengalaman membuat mereka kalah bersaing dengan kandidat yang lebih berpengalaman. Perusahaan pada saat sekarang ini lebih memilih karyawan yang berpengalaman yang bisa lansung memberikan kontribusi dan tidak mau memberikan pelatihan kepada karyawan baru. Sering kita dapati persyaratan untuk mendapatkan pekerjaan mulai harus berpenampilan menarik sampai harus mempunyai pengalaman kerja yang mempuni. Inilah yang menjadikan Gen-Z sulit untuk mendapatkan pekerjaan.
Keempat, budaya kerja yang kurang disukai. Bukan hanya standar gaji yang tidak memenuhi ekspektasi mereka, kurangnya daya serap kerja di sektor formal dan juga karena ada pergeseran makna kerja dalam kelompok usia tersebut, di mana bekerja tidak harus berada dalam lingkungan kantor fisik. Sebagian anak-anak muda ini memilih kerja fleksibel yang memungkinkan mereka bekerja dari mana saja (work from anywhere) atau dari rumah (work from home) mereka lebih nyaman dan produktif dengan fleksibilitas semacam ini, yang sering lebih ditemukan di industri kreatif. Hal yang seperti ini yang mereka cari sebab mereka bisa mengatur waktu dan tempat kerja mereka sendiri, yang mereka anggap sebagai elemen penting dalam kepuasan bekerja dan kesejahteraan pribadi, sehingga hal ini yang membuat Gen-Z ini sulit mendapatkan pekerjaan.
Di dalam Islam bekerja merupakan salah satu ibadah yang di perintahkan Allah Swt. kepada umat Islam. Kaum muslim sangat dianjurkan untuk bekerja agar memerangi sikap malas, lemah, mengemis, dan pengangguran. Seperti firman Allah:
فَإِذَا قُضِيَتِ ٱلصَّلَوٰةُ فَٱنتَشِرُوا۟ فِى ٱلْأَرْضِ وَٱبْتَغُوا۟ مِن فَضْلِ ٱللَّهِ وَٱذْكُرُوا۟ ٱللَّهَ كَثِيرًا لَّعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ
Artinya: “Apabila telah ditunaikan shalat, maka bertebaranlah kamu di muka bumi; dan carilah karunia Allah dan ingatlah Allah banyak-banyak supaya kamu beruntung.” (QS Al-Jumu’ah: 10).
Dan ada juga firman Allah berikut:
ۖ وَسَتُرَدُّونَ إِلَىٰ عَٰلِمِ ٱلْغَيْبِ وَٱلشَّهَٰدَةِ فَيُنَبِّئُكُم بِمَا كُنتُمْ تَعْمَلُونَ
Artinya: “Dan Katakanlah: "Bekerjalah kamu, maka Allah dan Rasul-Nya serta orang-orang mukmin akan melihat pekerjaanmu itu, dan kamu akan dikembalikan kepada (Allah) Yang Mengetahui akan yang ghaib dan yang nyata, lalu diberitakan-Nya kepada kamu apa yang telah kamu kerjakan.” (QS At-Taubah:105).
Padahal sebenarnya ini adalah tanggung jawab pemerintah. Dalam hal ini seharusnya pemerintah memiliki peranan penting dalam menciptakan lapangan pekerjaan untuk anak-anak muda. Pemerintah dapat lansung berinvestasi di sektor-sektor yang memiliki potensi untuk menyerap tenaga kerja dalam jumlah besar, seperti industri manufaktur, pariwisata, dan jasa.
Tetapi pemerintah seolah olah menutup mata dengan hal ini. Pemerintah tidak peduli dengan apa yang terjadi khususnya di kalangan anak-anak muda dan di dalam masyarakat pada saat sekarang ini. Inilah bobroknya sistem pemerintahan kapitalis liberalis, yang hanya mementingkan kelompok-kelompoknya saja.
Oleh sebab itu sistem Islamlah yang mampu membangkitkan kembali keadaan yang sudah sangat-sangat kritis ini. Dengan sistem Islam kehidupan dan akhlak masyarakat akan menjadi lebih baik lagi. Marilah kita bersama-sama membangkitkan kembali apa yang dahulu Rasulullah shalallahu alayhi wasallam telah contohkan. Dengan kemuliaan akhlak dan perilaku yang lemah lembut, Rasulullah mampu menjadi pemimpin umat yang adil dan bijaksana. Dengan sistem Islam insyaa Allah rakyat akan merasakan ketenangan dan kemakmuran dan hidup selamat dunia dan akhirat. Wallahu a'lam bishawab
Via
Opini
Posting Komentar