Opini
BBM Melejit Rakyat Semakin Sulit
Oleh: Nabila Andifa
(Aktivis Ideologis)
TanahRibathMedia.Com—Karut-marut perekonomian nasional telah merebak di mana-mana. Indonesia, negeri yang berlimpah kekayaan sumber daya. Negeri yang tanahnya kaya akan tambang sekaligus lumbung energi saat ini. Indonesia dengan segala potensinya, tak mampukah sejahterakan rakyat? Kali ini, lagi-lagi rakyat harus menghadapi kenyataan pahit. Di tengah beras yang mahal, tarif listrik yang semakin melangit, kini harga bahan bakar minyak (BBM) pun tak henti-hentinya mengalami kenaikan.
Berdasarkan data yang dikutip dari liputan6.com (11-08- 2024), Pertamina akhirnya menaikkan harga BBM jenis Pertamax di seluruh SPBU Pertamina pada Sabtu, 10 Agustus 2024. Kenaikan ini mengikuti kenaikan Pertamax Turbo yang sudah naik di awal bulan ini.
Dilansir pula dari kompas.com (11-08-2024), sejumlah warga mengeluhkan kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) nonsubsidi Pertamax yang awalnya Rp. 12.950 per liter menjadi Rp. 13.700 per liter. Di antara mereka ada yang menilai bahwa kenaikan harga BBM membuat beban hidupnya semakin berat. Apalagi pendapatannya yang tak sebanding dengan kenaikan biaya sehari-harinya.
BBM telah menjadi kebutuhan vital masyarakat. Sangat sulit saat ini memisahkan BBM dengan kebutuhan masyarakat. Kini, mayoritas semua alat transportasi memerlukan BBM. Begitu BBM tak dapat dijangkau, lumpuhlah kegiatan masyarakat. Mereka akan kesulitan beraktivitas.
Terus naiknya harga BBM di saat harga pangan maupun listrik juga sedang naik jelas akan membuat rakyat mengeluarkan beban biaya yang semakin tak sedikit. Tagihan akan membengkak. Apalagi biaya pendidikan yang mahal dan juga sedang marak PHK. Kehidupan rakyat semakin sulit dan tercekik. Saat ini, rakyat dibiarkan berjuang sendirian. Bak tikus mati di lumbung padi. Sungguh miris, padahal tanah air penuh dengan sumber daya energi.
Apadaya pejabat negara. Mereka yang disebut pelayan rakyat realitanya malah melayani diri mereka sendiri. Rakyat hanya menjadi objek meraih cuan. Negara seharusnya mampu dalam mengelola sumber daya alam serta energi yang terdapat di negeri ini secara mandiri, tanpa memberi peluang para investor untuk mengelolanya. Terlihat jelas bahwa pengelolaan secara demikian hanya akan menguntungkan para penguasa plus pengusaha. Rakyat tidak akan mendapat jatah secuil pun. Padahal sejatinya rakyatlah pemilik sumber daya alam (SDA) tersebut.
Negara juga sudah sepatutnya menjadi pelayan rakyat dan mampu dalam memenuhi kebutuhan pokok rakyat dengan penerapan sistem ekonomi maju dalam pengatutan SDAE. Namun sayangnya, hal demikian tak akan dapat terwujud dalam penerapan sistem negara saat ini. Yakni sistem Kapitalisme yang menjunjung tinggi keuntungan para kapitalis ketimbang rakyat. Sistem yang berpihak pada penguasa dibanding rakyat jelata.
Di sisi lain tanpa kita sadari, terdapat sistem yang telah matang dan siap untuk menyejahterakan masyarakat. Itulah sistem Islam. Sistem yang berkebalikan 180 derajat dengan sistem Kapitalisme. Dengan konsep kepemilikan dalam ekonomi Islam, sumber daya alam (SDA) akan dikelola oleh negara dengan mandiri serta hasilnya akan dikembalikan untuk kesejahteraan rakyat dalam berbagai bentuk layanan negara atas rakyat.
Harga BBM pun akan terkendali di bawah naungan negara Islam alias khilafah sehingga rakyat tidak akan menderita dengan perubahan harga minyak dunia. Negara Islam dengan baitul maal-nya yang memiliki sumber penerimaan beragam akan mampu menjaga kestabilan harga sehingga rakyat tak akan terkena dampak buruk perubahan harga minyak dunia. Sampai sini, jelaslah bahwa sistem Islam yang benar dan menyejahterakan. Jadi tunggu apa lagi? Islamlah solusinya!
Via
Opini
Posting Komentar