Opini
Duhai Ayah, Sayangilah Anakmu
Oleh: Yuke Octavianty
(Forum Literasi Muslimah Bogor)
TanahRibathMedia.Com—Ayah, satu sosok yang mampu menjadi pelindung sekaligus perisai bagi anak-anaknya. Tugasnya sebagai pemimpin, menjadikan sang ayah harus kuat dan kokoh dalam menjalankan perannya.
Namun sayang, fakta kehidupan saat ini menyajikan beragam kisah pilu anak yang mendapatkan perlakuan hina dari sang ayah. Salah satunya yang terjadi di Pinrang, Sulawesi Selatan. Sang ayah tega menyandera dan menyiksa anaknya yang berusia 1 tahun 2 bulan. Pelaku menyekap anak kandungnya selama 16 jam tanpa makan dan minum. Pelaku pun membanting, menggantung, dan menyiksa anaknya karena kesal terhadap istrinya yang mengajukan cerai (metrotvnews.com, 9-8-2024). Sungguh memprihatinkan. Aparat polisi yang menangani kasus ini pun tampak tidak tega dan menangis melihat anak balita yang telah disiksa ayahnya. Atas perbuatannya tersebut, pelaku terancam penjara lima tahun.
Tidak hanya di Pinrang, beragam kisah pilu anak yang menerima kekejian sang ayah pun terjadi di wilayah lain. Di Banyuasin, Sumatera Selatan, sang ayah tega memperkosa dua anak kembarnya sejak usia Sekolah Dasar (jpnn.com, 9-8-2024). Pelaku mengaku melakukan perbuatan bejatnya saat sang istri tidak di rumah. Pelaku mengancam korban menggunakan senjata tajam agar tidak mengadu kepada siapapun. Beragam fakta buruk terjadi. Keluarga tidak lagi menjadi tempat ternyaman.
Refleksi Sekularisme
Kejamnya ayah. Miris. Anak-anak yang mestinya tumbuh dan besar dalam dekapan kasih sayang ayah, justru harus menerima kebejatan dan kekejaman ayah. Begitu banyak anak yang menjadi korban kekerasan di lingkungan masyarakat, sekolah, bahkan keluarga. Pelakunya bisa orang dewasa termasuk orangtua. Semua fakta ini menunjukkan buah dari sistem pendidikan yang rusak. Tidak heran, saat sistem koyak ini melahirkan watak individu yang jauh dari mulia. Karakter yang emosional dan keras menjadi ciri khas yang dihasilkan pola pendidikan sekular yang menihilkan aturan dan nilai agama. Alhasil, individu pun hilang kendali. Tidak mampu membedakan konsep benar salah. Emosi dijadikan kiblat untuk menuangkan segala bentuk kemarahan dan kekesalan.
Kasus kekerasan yang terus berulang mestinya menjadi tamparan keras bagi kita semua. Kehidupan yang kini tersaji menjadi bukti bahwa anak sama sekali tidak terjamin keselamatan dan keamanannya. Inilah refleksi kegagalan sistem yang hanya menyandarkan konsep pengaturannya pada sekularisme dan liberalisme. Konsep ini menghantarkan pemikiran rusak terkait perlindungan dan jaminan keselamatan anak. Tujuan kebebasan menjadi prioritas utama yang merusak jaminan tersebut. Bahkan di tingkat lingkungan terdekat, seperti keluarga, anak mengalami kekerasan yang mengancam nyawa. Dan tidak sedikit kasus hilangnya nyawa anak sebagai akibat perbuatan kekejaman orang tua.
Negara menjadi sumber segala macam bentuk kekerasan yang kini terjadi. Penerapan kebijakan yang tidak mampu melindungi secara menyeluruh, membuka membuka celah yang besar terhadap kasus kekerasan anak. Di sisi lain, sistem sanksi yang diterapkan pun tidak mampu menjadi solusi sistemik yang mengatasi masalah. Justru sebaliknya, kebijakan yang ada, semakin meningkatkan angka kekerasan yang terjadi. Sistem sanksi yang lemah, sama sekali tidak mampu menciptakan efek jera bagi para pelaku kekerasan.
Keberadaan Kementerian Khusus Perlindungan Anak dengan segala kebijakan dan program andalan, ternyata belum mampu mewujudkan perllindungan anak yang utuh. Segala bentuk masalah ini karena paradigma sekuler kapitalisme. Konsep ini sama sekali tidak mampu melindungi dan memandang keberadaan anak bukan sebagai bagian rakyat yang harus dilindungi. Justru sebaliknya, anak dijadikan sasaran pelampiasan emosi dan hawa nafsu, karena anak dipandang sebagai makhluk lemah yang tidak memiliki kekuatan menjaga diri. Betapa rusak kehidupan dalam tatanan sistem batil yang kian merusak nilai kehidupan.
Sistem Islam Menjaga Keselamatan Anak
Sistem Islam memiliki strategi dan mekanisme yang khas dalam melindungi setiap individu rakyat, termasuk anak. Sistem Islam menerapkan syariat Islam yang menyeluruh. Secara efektif, sistem ini hanya mampu diterapkan dalam satu institusi khas, yakni khil4f4h. Dengannya pula perlindungan anak mampu terjamin sempurna. Karena dalam Islam, penjagaan nyawa setiap individu adalah kewajiban negara.
Rasulullah saw. bersabda: “Sesungguhnya Allah SWT. telah mengharamkan kepada kalian darah, kehormatan dan harta kalian.” (HR Bukhari Muslim).
Syariat Islam pun mewajibkan atas orang tua untuk melindungi dan menjaga anak keturunannya dengan sekuat tenaga. Sistem Islam memiliki beberapa strategi dalam melindungi keselamatan anak yang ditegakkan dalam tiga pilar, yaitu keimanan dan ketakwaan individu, kontrol masyarakat dengan amar makruf nahi munkar, dan penerapan kebijakan yang amanah oleh negara.
Pertama, Individu yang beriman dan bertakwa senantiasa menyandarkan setiap perbuatannya pada aturan syara. Halal dan haramnya jelas sesuai batasan yang jelas. Inilah salah satu dasar yang mampu menjaga antara satu individu dan individu lainnya. Kedua, penjagaan masyarakat mampu diwujudkan dalam mekanisme pengawasan masyarakat. Amar ma'ruf nahi munkar menjadi satu hal yang wajib ada demi menjaga setiap hal yang terjadi di tengah masyarakat. Saling mengingatkan dan saling menjaga dalam satu akidah Islam.
Ketiga, penerapan aturan dan kebijakan yang amanah dalam menjaga keselamatan setiap individu. Termasuk di dalamnya penerapan sistem sanksi yang tegas. Paradigma ini mampu efektif memutus mata rantai kasus kejahatan dan kekerasan yang menimpa anak-anak.
Indahnya aturan Islam. Hanya dengan penerapan Islam yang kaffah, peran utama orang tua mampu optimal tercurah untuk keluarga. Hanya dengannya, kemuliaan anak terjaga, keamanan nyawa pun tercipta sempurna. Wallahu alam bisshowwab
Via
Opini
Posting Komentar